Sebuah gift

6 2 0
                                    

Tok.tok... tok....

"Masuk!" balas Naira dan teman sekamarnya

"Eh maaf ganggu waktunya guys, saya boleh minta tolong?" tanya Bu Dilla yang tiba-tiba masuk ke kamar mereka.

"Iya ada apa bu?" tanya Naira sopan

"Ini Naira, saya mau minta tolong buat ambilin charger saya yang ketinggalan di atas meja. Sekarang saya masih ada meeting yang nggak bisa di tinggalin, jadi bisa nggak kamu ambilnya di ruangan saya. Ini kuncinya" ujar Bu Dilla

"Ohh, baik Bu nanti Naira ambilkan setelah sholat isya"

"Yaudah gapapa, makasih banyak ya. Sekalian ambil coklat sama minuman kotak yang ada di atas meja ya. Nanti langsung tolong anterin ke kamar saya ya" pesan Bu Dilla kemudian segera berlalu.

Setelah mengiyakan apa yang dibilang oleh Bu Dilla, Naira segera melaksanakan sholat isya terlebih dahulu kemudian bersiap ke ruangan Bu Dilla.

"Mau di temenin nggak, kak?" tawar Mira

"Nggak apa-apa kok, kakak sendirian aja" balas Naira

"Okei deh, Kak" balas Mira kemudian melanjutkan aktivitasnya yang sedang menyetrika bajunya.

Naira kemudian berlalu menuju ke ruangan guru yang ada di lantai atas. Sepertinya anak- anak cowok baru saja pulang sholat isya dari masjid, tampak arah koridor cowok sedang ramai.

Naira hendak melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu masuk area gedung kelas, namun ia urungkan karena melihat suasana area gedung yang sangat gelap. Tidak ada satupun penerangan yang ada disana. Bahkan kantor asrama pun lampunya masih mati.

"Mau kemana, Ra?" tanya seseorang dari arah belakangnya

Naira menolehkan kepala, "Eh Egi, Naira mau ke lantai atas mau ngambil chargernya Bu Dilla" balas Naira

Egi yang melihat Naira ragu untuk ke sana sendirian menawarkan diri untuk menemaninya ke sana," Mau Egi temenin ngga?"

"Nggak usah, Gi. Naira bisa sendiri kok" balas Naira

"Yakin?"

Naira menganggukkan kepala kemudian berjalan sambil menghidupkan flash dari ponselnya.

Ketika sedang berada di tangga, Naira memberhentikan langkahnya. Ada sedikit rasa takut dan ragu untuk berjalan sendirian tapi ia tetap lanjutkan. Selangkah lagi, Ia harus berjalan ke arah kanan untuk sampai ke ruangan itu, namun ia agak sedikit takut saat melihat lampu yang ada di depannya sedang berkedip-kedip seperti suasana di film horor.

"Udah Egi temenin aja" ujar Egi yang tiba-tiba ada di belakangnya

Mereka berdua kemudian berjalan ke arah ruang guru, "Mana kuncinya?" tanya Egi

Naira kemudian memberikan kuncinya kepada Egi dan ia segera membuka ruangan itu.

"Makanya, lain kali kalo nggak berani sendirian itu ajak temen, paling nggak tadi bilang kalo nggak berani sendiri" ujar Egi sambil mencoba membuka pintu yang sedikit susah.

"Iya, tadi Naira kira lampunya udah nyala kaya biasanya dan nggak kayak gini suasananya, makanya berani" balas Naira

Pintu terbuka dan mereka segera menyalakan lampu. Naira langsung berjalan menuju meja Bu Dilla kemudian mengambil semua yang di suruh Bu Dilla.

"Bisa nggak?" tanya Egi

"Bisa kok, santai aja" Balas Naira

Kemudian mereka mematikan lampu dan mengunci kembali pintu ruangan itu. Tampak lantai bawah sebagian sudah menyala lampunya, terutama ruangan kantor asrama dan beberapa ruangan kelas 12.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can We? Only 9 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang