Flashback
"Hallo teman-teman semuanya, kenalin aku Naira Aufa Ramadhanti. Kalian bisa panggil Aku Naira. Salam kenal semuanya semoga kita bisa berteman dengan baik" ujar seorang gadis tinggi dengan sorot mata yang tajam dengan bulu mata yang lentik seolah mengintimidasi lawan bicaranya, tetapi kalo senyum muncul bulan sabit kecil di bawah matanya.
"Haii salam kenal semuanya, aku Egi Zafico Azami, biasanya dipanggil Egi. Senang bertemu dengan kalian" lanjut sosok pria berkulit sawo matang dengan senyuman manis dan sorot mata yang teduh serta nada bicara yang sangat sopan.
Hari itu menjadi awal perjalanan baru bagi Naira dan teman satu angkatannya untuk memulai perjalanan kisah putih abu mereka. Hari ini adalah hari pertama mereka dipertemukan di sekolah ini setelah beberapa hari kemarin mereka sibuk berberes di asrama.
Suasana kelas X Mipa 3 saat ini sangat damai, para siswa disini terkesan kalem dan ambisius.
Hari itu kelas masih disibukkan dengan perkenalan biasa karena baru hari pertama masuk. Hari itu menjadi hari pertama Naira dan Egi bertemu dikelas yang sama.
Selama satu tahun mereka sekelas mereka berdua memang tidak banyak berinteraksi satu sama lain. Entahlah mungkin takdir belum menemukan mereka, hanya sebatas tahu dan berinteraksi seperlunya sebagai teman sekelas.
Menginjak kelas XI Naira dan Egi mendapatkan kelas yang berbeda dan juga sangat jarang berinteraksi. Tapi, beberapa waktu Naira sering meledek Egi dan Sasa yang sedang berdiskusi berdua. Mereka hanya berinterkasi jika ada perlunya saja sebagai anak organisasi.
Sistem organisasi di sekolah ini meniru sistem pemerintahan di Indonesia, MPK berjalan seperti MPR dan OSIS berjalan seperti presiden dan wakil presiden dengan jajaran menteri yang diatur oleh divisi yang disebut sebagai Ministry.
Satu tahun yang lalu sebelum menjabat sebagai OSIS.............
Malam itu, Naira hendak memasang lampu hias di area pameran milik grupnya. Suasana asrama tampak sepi mengingat beberapa hari lagi siswa akan pulang kerumah dan lusa sudah pembagian rapor. Malam itu hanya terlihat siswa wara wiri hanyalah yang berkepentingan seperti kelas XI yang masih sibuk menyiapkan acara pameran esok hari. Di lokasi pameran hanya ada Naira, Egi, Sastra, dan juga Taqi yang sedang sibuk menata both mereka masing-masing.
"Eh ada Naira" sapa Taqi sambil memasang beberapa figura
"Kenapa?" tanya Naira Heran dengan Taqi yang menyapanya duluan, soalnya Taqi ini sangat tidak suka dengan Naira.
"Belum pengumuman ya hasil seleksi anggota OSIS baru? Upss, jangan-jangan gagal jadi kabinet nih" ujar Taqi
Naira sontak melihat ke arah Taqi "Belom kok" balas Naira seadanya.
"Belom atau gagal? Soalnya orang kayak lo nggak pantes jadi Ministry HAM. Udah jutek banget mukanya, jarang senyum, gimana mau jadi anak organisasi kalau gitu? Dari daftar duta sekolah aja gagal, jadi MPK ga ada yang milih" Taqi memutar matanya malas sambil meledek Naira dengan santai
Sontak hal tersebut sangat menohok bagi Naira, sebuah benda tumpul rasanya menancap dengan kecepatan perlahan kedalam hatinya. Tidak pernah ia merasa di ejek sampai segitunya oleh teman-temannya, bahkan nyaris tidak pernah ia dapatkan perkataan jelek di sekolah ini.
Naira hanya menahan bulir bening yang hendak meluncur dari kedua matanya, tanpa disangka sosok pria yang ada di sampingnya itu membelanya.
"Heh, dia itu cewek!" ujar Sastra yang kesulut emosi.
Meskipun dikenal petakilan, absurd, dan kadang jahil tapi, kali ini sastra merasa geram melihat temannya itu sangat keterlaluan dengan cewek.
"Lo apa-apaan sih ngomong gitu" balas Egi sambil menghampiri Taqi dengan muka tak bersalahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/368917077-288-k583079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Can We? Only 9 Days
Teen FictionBanyak remaja yang bilang katanya masa SMA adalah masa yang paling seru. Masa dimana banyak remaja menemukan jati dirinya bahkan tentang kisah cinta layaknya di novel-novel. Namun, sepertinya berbeda dengan yang dialami oleh Naira, tinggal 9 hari la...