Senyum lagi

9 2 0
                                        

Haii guys

Gimana kabarnya? Maaf banget beberapa hari ini nggak update, tapi spesial bab kali ini panjang hehehe

Selamat membaca semuanya!

Malam hari pun tiba, selesai salat isya siswa baru langsung di kumpulkan lagi sesuai house mereka masing-masing yang didapat tadi siang. Mereka juga sudah memakai jaket house masing-masing, warna baju yang sama sesuai dengan warna house mereka, ditambah memakai slayer house yang menambah kesan housesism makin terasa. Naira mengarahkan mereka untuk berjalan mengikuti house captain yang ada di depan mereka. Mereka akan berjalan menuju lapangan basket indoor. Lilin sudah Naira pasang sesuai posisi mereka masing-masing. Mereka duduk melingkari lilin sesuai dengan posisi masing-masing. Sudah ada lilin dan capsule didepan mereka masing-masing. Panitia mulai membagikan kertas kecil berwarna kuning itu. Naira berjalan kesetiap lingkaran dan mengingatkan mereka agar fokus dengan acara yang sedang berlangsung.

Acara dimulai dan semua lampu dimatikan, hanya cahaya lilin yang menghiasi lapangan itu.

Seorang guru mulai mengambil posisi dan mulai berpidato diiringi dengan instrumen yang sangat menyayat hati. Panitia hanya menunggu di pinggir lapangan. Hanya ada beberapa saja yang berada di tengah lapangan. Beberapa saat kemudian, terdengar suara tangisan dari arah lapangan. Ya, semua siswa baru mulai menangis dalam renungan itu, mereka membayangkan perjuangan untuk masuk ke sekolah ini dengan seleksi yang panjang dan sangat susah, tapi mereka berhasil mengalahkan ribuan pendaftar hingga mereka berada di titik itu.

Naira tak kuasa menahan tangis ketika ia juga mengingat dirinya pernah berada di posisi seperti itu, namun tangisannya langsung ia hapus karena nanti terlihat oleh siswa baru.

"Koordinator komdis kok nangis, biasanya juga marah depan adek. Nih, gue ada tisu. Pakek aja, soalnya buat jaga-jaga sebenernya." Egi memberikan Naira tisu itu sambil berbisik dan mengejek Naira

"Gue juga manusia yang punya hati, btw makasih ya" balas Naira sambil mengelap air matanya.

"Gue jadi inget waktu kita kelas X, nggak tau apa-apa dibawa kesini dan ngelakuin hal yang sama, gue nangis banget waktu itu sampe sesak" ujar Naira bernostalgia

Egi duduk di samping Naira sambil mengenang masa mereka kelas X "Gue juga nggak nyangka sekarang ada di posisi ini, dulu awalnya gue nggak yakin bisa ngelewatin semuanya, ehh tahun depan udah lulus dari sini" balasnya

"Iya, dulu kayaknya susah banget mau adaptasi di sini. Sibuk dengan tugas, bahkan nggak bisa bebas kayak siswa lain di luar sana sebagai anak SMA"

Siswa baru diminta menuliskan harapan yang akan mereka wujudkan 3 tahun kedepan di sebuah kertas kecil itu. Lalu harapan itu akan mereka masukkan kedalam capsule yang nantinya akan di kumpulkan didalam box kemudian akan di simpan dan di buka lagi ketika menjelang acara kelulusan dan menuliskan kembali harapan 10 tahun kedepan.

Itulah salah satu tradisi sakral di sekolah ini. Naira mengingat kembali harapan yang ia tulis saat itu, susah rasanya untuk mewujudkannya satu persatu.

Naira kemudian meninggalkan acara time capsule terlebih dahulu, ia bersama Yudha berjalan kelapangan depan untuk mengecek api unggun yang sudah mereka susun tadi sore. Naira juga menyiapkan papan-papan kecil yang akan mereka bagikan kepada siswa baru nantinya.

Acara api unggun di buka secara simbolis sebagai tanda acara MPLSA telah usai. Api menyala dengan cepat melahap kayu yang sudah mereka susun. Semua siswa baru menulis kelemahan dan ketakutan mereka di papan kecil kemudian melemparkannya kedalam api unggun. Mereka sudah melakukan tradisi membakar kelemahan dan ketakutan. \

Can We? Only 9 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang