24

2.8K 177 12
                                    





Happy Reading








°^•'°^'•°^'•

Seira mengoleskan moisturizer ke seluruh muka nya. Di era gempar nya dunia per skincare-an mulai dari serum, toner , peeling dan lain-lain.

Seira hanya memilih menggunakan moisturizer saja. Ia tak suka memakai skincare yg terlalu banyak rangkaian nya—terlalu ribet. Cukup dengan satu macam namun sudah mencakup seluruh komposisi yg di butuhkan kulit wajah nya, misalnya ceramide dan niacinimaide.

Setelah dirasa moisturizer nya telah meresap rata, ia pun segera berjalan ke kasur—menidurkan dirinya.

Baru saja ia memejamkan mata nya, HP yg berada di meja samping berbunyi, yg membuat nya mau tidak mau membuka kembali mata nya.

Ghani? Untuk apa laki laki itu menelfon tengah malam seperti ini?

"Halo Ghani" 

"Ah syukurlah ibu menjawab" Ucap Ghani lega

Dahi Seira mengerut "Ada apa kamu menelfon saya  tengah malam seperti ini?"

"Saya minta maaf Bu, tapi saya benar benar buntu. Bapak belum pulang sampai sekarang bu"

"Apa ibu tau keberadaan bapak sekarang? "

Dirga belum pulang? Seketika ingatan Seira terbawa ke muka pucat Dirga yg ia lihat tadi siang.

Ia menggigit dalam bibir nya, saat pikiran pikiran buruk melintas di otak nya.

"Halo bu? " Ucap Ghani lagi

"Ah iya, saya tidak tau keberadaan pak dirga" Seira dapat mendengar jelas helaan nafas Ghani diujung sana.

"Baiklah kalo begitu, maaf sudah menganggu waktu istirahat ibu" Ucap Ghani sebelum mematikan telfon nya.

Seira menatap gamang telfon nya. Dirga belum pulang dan Ghani tengah mencari pria itu.

Bagaimana keadaan pria itu sekarang? Seira memejamkan mata nya saat penyesalan mulai menyusup ke dalam dirinya.

Harus nya ia mengantar Dirga ke rumah sakit tadi siang.

Harus nya ia tidak mengikuti ego nya sendiri.

Harusnya dan harusnya.

Mendial nomor Dirga namun sialnya hanya suara operator yg terdengar.

Kemana Dirga sebenar nya? Apa pria itu baik baik saja?

Apa yg harus ia lakukan sekarang ? Apa ia harus mengikuti ego nya kembali untuk tidak memedulikan Dirga disaat seperti ini?

Sedangkan satu sisi terdalam dirinya memberontak melawan ego nya. Ia khawatir, ia cemas.

Bagaimana jika terjadi sesuatu pada pria itu?

Seira mencengkram kuat pinggiran kasur , mencoba menelaah kembali diri nya. Sakit hati nya masih ada namun rasa cemas nya lebih besar saat ini.

Menatap dalam foto profil whatsapp Dirga, mencoba mendial kembali nomor pria itu, berharap besar bisa mendengar suara Dirga. Namun lagi-lagi harapan tinggal harapan, pria itu tak mengangkat nya.

Mencari kontak ghani, mengirim pesan menanyakan kabar tentang Dirga, apa pria itu sudah pulang?

10 menit 15 menit tak ada niatan ghani membalas chat nya ataupun membaca nya, yg membuat frekuensi ketakutan nya meroket naik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang