bab 32. isi hati

282 37 12
                                    



Ceklekk

Ruangan yang tadinya gelap mulai menerima sedikit cahaya dari arah pintu, orang yang membuka pintu mendekati seseorang yang berada didalam ruangan tersebut,terlihat sosok pemuda yang masih setia terkulai dilantai. "Bangun" ucap orang itu datar. Mau tak mau afan pun menurut, ia berdiri secara perlahan menahan rasa sakit

Afan sudah berdiri kini dirinya tertunduk, bayangan hukuman dan perilaku orang didepan nya ini selalu menghantuinya hingga membuatnya akan sangat ketakutan ketika membantah. Pria itu mendekat memegang dagu afan kasar.

"Dengar ucapan saya" ucap orang itu dengan tatapan mengancam. Mata afan semakin ketakutan, "tempat kamu disini dan jangan pernah berharap untuk keluar dari rumah ini" ucapnya dengan nada menekan. "Satu hal lagi kami adalah kegelapan, dan hidupmu juga kegelapan, jangan berharap untuk mendekati cahaya" ucapnya berusaha memanipulatif pikiran afan

"PAHAM!!" Afan mengangguk "paham pah" ucapnya ketakutan, ketakutan yang dulunya mulai hilang kini kembali, ia baru ingat hidupnya hanya lah kegelapan ia tak pantas bahagia. Maxim keluar meninggalkan afan yang masih berdiam diri dan memandang pintu dengan tatapan kekosongan

Afan keluar dan menyusul masuk kedalam rumah yang menjadi tempat ia dibesarkan, dimana ia selalu dibesarkan dengan siksaan dan juga makian

"Udah keluar Lo" ucap Noah yang melihat afan masuk dari pintu. "Iya bang" ucap afan menunduk. "Good job sekarang Lo pijitin kaki gua" ucap Noah dengan nada tak sopan, afan patuh dan kembali memijit Noah.

Noah melihat afan, ia melihat sorot mata afan kembali seperti dulu dimana ia yang selalu takut dan pandangan kosong itu kembali. Noah tersenyum sungguh ia suka afan yang seperti ini, afan yang akan selalu patuh dengan dirinya. "Gua gak tau apa yang papa bilang.. tapi papa emang hebat" batin Noah menikmati pijitan afan

...........

"Bang Al" panggil Gibran yang sudah sampai dicaffe Al. Tentunya Al menyambut Gibran dengan sangat antusiasnya "datang juga" ucap Al

"Iya dong bang masa  gua gak datang " ucap Gibran tersenyum

"Yaudah jadi kita mau kemana" tanya Al. "Kemana aja yang Abang mau" ucap Gibran dengan senyuman tulusnya.

Kini mereka sudah tiba disebuah pantai. Al mengajak Gibran untuk mendekati bibir pantai, mereka berdiri dengan membiarkan ombak mengenai kaki mereka

"Bang Al pasti banyak pikiran kan" ucap Gibran yang masih setia memandang lurus. Al melihat Gibran terlihat wajah Gibran dari samping Al mendapatkan rahang Gibran sangat mirip dengan milik papa nya

"Tau aja Lo" ucap Al kembali memandang lurus. "Kalau ada keluarin bang" ucap Gibran. "Caranya" tanya Al. Gibran terkekeh ia melihat Al dan kembali melihat lurus, Gibran melangkahkan kakinya satu langkah mendahului Al, tentu nya Al akan sangat bingung dengan sikap Gibran

"AAAAA!!!" Gibran menjeda nya sebentar. "GUA SAUDARA GAK GUNA!!,......GUA BAHAGIA DIA MENDERITA!!!...KENAPA DUNIA KEJAM UNTUK NYA...APA SALAH NYA" setelah mengeluarkan segela keresahan dihatinya napas Gibran terengah engah, ia menghadap kearah Al, ia melihat Al memandangi nya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Lihat..begitulah caranya" ucap Gibran. Al pun maju satu langkah, Gibran sedikit kaget dengan pergerakan dadakan Al

"AAAAA!! GUA MASIH BERHARAP MEREKA ADIK GUA, GUA KANGEN DENGAN MEREKA!!!" Teriak Al, Al Melihat Gibran yang sudah tersenyum kearahnya Al juga ikut tersenyum karena Gibran

...........

Kini Gibran dan Al duduk didekat bebatuan pantai, setelah mengeluarkan masalah yang ada dihidup mereka, mereka merasa sedikit lega

"Thanks" ucap Al santai

"Iya bang" ucap Gibran

"Teriakan Lo untuk afan kan" tanya Al

"Iya bang, gua baru tau afan gak bahagia. Bukan hanya dipertemanan ternyata dari keluarga ia juga kurang beruntung" ucap Gibran menunduk

"Gua merasa jadi saudara yang gagal bang" ucap Gibran

"Gua adalah contoh saudara yang gagal" ucap Al, tentu dengan reflek Gibran melihat kearah Al

"Gua kehilangan adik kembar gua, dan sampai sekarang gua belum bertemu dengan mereka" ucap Al

"Gua gagal menjadi Abang untuk mereka" ucap Al

"Gak bang Al gak boleh mikir gitu. Justru siapapun adik Abang pasti mereka bangga memiliki Abang" ucap Gibran

"Lo larang gua merasa gagal tapi Lo juga merasa gagal kan" ucap Al

"Afan...dia disiksa papa nya" ucap Gibran

"Gua jadi ragu mereka seperti nya bukan keluarga gua" ucap Gibran lagi

"Bisa bisanya mereka nyiksa afan begitu" ucap Gibran mengepal kedua tangannya. "Gua juga gak habis pikir dengan keluarga afan" ucap Al

"Gua bingung bang, afan udah gua ajak tapi dianya gak mau tinggal sama gua" ucap Gibran lesu

"Afan takut" ucapan Al itu membuat Gibran bingung. "Dia takut berharap pada keluarga kamu Gibran. Selama ini ekspektasi dia sudah dipatahkan oleh keluarga nya sendiri, jadi jangan salahkan dia jika tidak mau menaruh harapan" ucap Al

Gibran mengernyit kan dahinya ia tidak mengerti maksud Al. "Harapan maksud nya" tanya Gibran. "Gua cuman minta dia tinggal bareng gua bang bukan nyuruh dia berharap" ucap Gibran memandang Al

"Lo kira dengan Lo ajak afan dia gak bakal berharap. Berharap yang gua maksud disini mendapatkan Perhatian, setiap rumah yang dihuni keluarga pasti akan memberikan kehangatan pada anggota keluarga nya, dan afan ia takut berharap mendapatkan itu dari kalian" jelas Al

"Kenapa takut, sudah pasti ia akan mendapatkan nya" ucap Gibran

"Lo gak ngerti gib. Lo bukan afan" ucap Al

Gibran terdiam, dan kembali terhanyut kedalam pikirannya.ia masih bingung dan ragu tentang keputusan nya untuk afan. Namun satu hal yang Gibran tau saat ini

"Gua mau balas semua perbuatan mereka ke afan bang" ucap Gibran

"Gua bantu Lo apapun yang bakal Lo lakuin buat ngelindungi dia gua bakal bantu Lo" ucap Al menatap Gibran yakin. Entah ada mantra apa Gibran yang mendapatkan tatapan Al itu merasakan kepercayaan diri nya kembali meningkat, sungguh suport Al kini juga berpengaruh untuk dia

"Makasih bang"

"Kita lindungi dia sama sama ya"





















Bersambung

Twins (End✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang