Bagian Kedelapan Belas

15 2 0
                                    

Pagi kembali menyapa, sinar kemuning mengintip pelan sebab mendung masih menjadi dominan, semakin membuat udara menjadi dingin hingga sudah pasti malas untuk melakukan aktivitas, dan tidur diatas ranjang dengan selimut tebal yang membungkus tubuh adalah pilihan terbaik.

Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku bagi sang panglima utama yang saat ini sudah bangun dari tidurnya yang hanya beberapa jam saja dan sudah rapih dengan bajunya setelah membersihkan diri.

Sang panglima terlalu pusing memikirkan semuanya dan tidak sempat untuk memejamkan mata. Lagipula ia memang sering begadang karena mengurus berbagai macam hal. Di kehidupan sebelum ini tentu saja.

Dunia bawahnya memang gelap dan seringnya dilakukan dalam keadaan gelap pula.

Ezra sudah siap dengan 'kostum' khas panglima setelah sempat berdebat panjang dengan Axton mengenai baju yang dimilikinya. Kembali ia merasa bahwa baju yang ada memiliki model terlalu kuno, meski jika ia memakainya masih terlihat bahwa Ezra merupakan pria perkasa lagi berkuasa.

"Kau sungguh menyuruhku memakai baju seperti ini?." Tanya Ezra tepat setelah Axton memberinya baju kemudian ia mengamatinya sejenak.

"Apa yang kau maksud 'seperti ini'? Itu adalah baju mahal dan hanya para bangsawan saja yang mampu membeli dan memilikinya." Jelas Axton. Ezra yang ini sungguh menularkan virus menyebalkannya.

"Terserah kau saja! Aku akan mematahkan tulang tanganmu jika sampai pakaian ini membuatku terlihat jelek." Ujar Ezra penuh ancaman.

"Dan sayangnya aku tidak peduli dengan semua yang kau katakan!." Balas Axton tak kalah sinis. Ia keluar dari tenda Ezra agar panglimanya itu segera memakai pakaiannya.

"Benar-benar tidak ada standar fashion." Gerutu Ezra kesal. Tanpa berkata lagi, ia segera memakai pakaian itu dengan cepat dan memperhatikan dirinya didepan cermin yang mampu memantulkan  semua bagian tubuhnya.

"Beruntung saja pakaian ini tidak terlalu buruk, meski agak norak karena lencana yang begitu banyak dan model yang sangat heboh juga berat."

Ezra memperhatikan baju yang ia kenakan, lebih tepatnya pada berbagai macam lencana dengan bentuk yang beragam, menunjukkan berbagai macam prestasi yang pernah digapainya.

"Tubuh ini benar-benar hebat hingga mendapat begitu banyak prestasi, tidak heran jika gelarnya adalah panglima utama." Gumamnya.

"Not bad, but... Not good."

Setelah memastikan untuk yang terakhir kali jika penampilannya sudah sempurna, Ezra mulai melangkahkan kakinya menuju luar tenda, tidak lupa ia mengambil pedang miliknya.

Pagi ini ia akan mewujudkan apa yang sempat Axton katakan. Memusnahkan para perampok yang bersikeras merebut tanah kerajaan Alterion.

Sebenarnya, mereka bukanlah perampok pada awalnya. Mereka adalah para pemberontak dari kerajaan sebelah yang ingin meminta sebagian tanah yang letaknya berdekatan dengan kerajaan Alterion untuk membangun 'kemerdekaannya' sendiri yang tentu saja ditentang keras oleh raja mereka, apalagi tanah Alterion juga ingin mereka rebut meski hanya sebagian kecil.

Mereka merasa tidak mendapat keadilan dan akhirnya memberontak. Menyerang rajanya sendiri dan mengganggu keamanan warga yang bertempat tinggal disekitar perbatasan serta merusak hutan yang masih menjadi milik kerajaan Alterion.

Cukup sulit bagi Axton juga Ezra untuk menyerang mereka, sebab kehadirannya yang sering kali tidak terduga dan markasnya yang tidak bisa terdeteksi meski mereka sudah berusaha keras mencari, apalagi ada sebuah dugaan jika pemukiman mereka berpindah-pindah tempat. Semuanya mempersulit mereka sehingga sampai saat ini Axton beserta pasukannya belum mendapatkan titik terang.

Sang Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang