Prolog

74 7 2
                                    

Seorang putri tunggal, anak satu-satunya, dan putri sah dari raja dan ratu yang lebih memilih mengorbankan jabatannya sebagai pemimpin selanjutkan daripada harus berusaha payah dalam bersaing memperebutkan tahta yang justru membuat kepala rasanya ingin pecah.

Seorang putri yang memiliki paras cantik dan sedikit pendiam itu menikmati hidupnya yang sempurna, disisi lain ia juga menikmati setiap pertunjukan tak terduga yang saudara-saudaranya lakukan terhadap yang lainnya hanya untuk mendapatkan tahta dan menggantikan ayahnya.

Menjilat, menghina, mendebat, melukai, bahkan bersaing secara terang-terangan demi sebuah kehormatan yang bahkan sejatinya tidak semudah yang dibayangkan semua mereka lakukan. Sang putri hanya diam dan tersenyum sebab ialah saksi dari semua hal keji yang keluarganya lakukan. Ia tidak ingin merepotkan diri untuk memihak salah satu diantara mereka. Ia memilih bungkam, meski mengetahui segalanya.

Kehadirannya antara ada dan tiada meskipun ia adalah anak sah raja dan ratu yang memimpin saat ini. Biarlah, lagi pula ia juga tidak ingin terlalu diperhatikan. Biarlah semuanya berjalan seperti ini dan yang paling penting tidak ada yang mengganggunya. Itu sudah lebih dari cukup. Sang putri ingin hidupnya selalu damai meski berada ditengah-tengah kekacauan yang keluarganya buat.


-----


Sedangkan disisi lain, disebuah perbatasan antara kerajaan satu dengan yang lainnya, sang panglima yang terkenal dengan sikap baik hati, sopan, bersikap penuh kekeluargaan, dan murah senyum tersebut dalam satu detik berubah menjadi sosok lain setelah ia sempat tidak sadarkan diri akibat hantaman kerasa dibelakang kepalanya karena markas berhasil dimasuki oleh penyusup.

Sosoknya menjadi begitu dingin, tidak tersentuh, mudah terpancing amarah, dan seketika mempunyai tatapan yang bisa saja membunuh orang pada detik itu juga.

Setelah ia sadar dari pingsan, sang panglima seperti orang linglung sebelum akhirnya mengamuk dan melukai prajurit yang berada didekatnya. Setelah menenangkan diri, ia segera bergerak dan membunuh semua musuh yang dirasa membuatnya kesal karena mereka lah sebab utama dirinya memiliki banyak pekerjaan.

Sang panglima kerajaan itu kembali ke kerajaan, menemui sang raja untuk melaporkan sendiri keadaan perbatasan dan berakhir terjebak untuk makan malam bersama keluarga kerajaan.

Disana lah ia bertemu dengan sang putri. Seakan jatuh dalam pandangan pertama begitu melihat sosok yang begitu anggun, tenang, dan cantik, membuatnya tanpa sadar menyeringai disusul rencana-rencana yang tiba-tiba saja tersusun begitu rapih didalam otaknya.

Sang panglima tidak menampik perasaannya yang tertarik dengan sang putri yang terlihat 'terbengkalai' didalam keluarga busuk kerajaan tersebut. Semuanya semakin mudah, masa depannya akan semakin berwarna setelah apa yang ia lihat dan ia rencanakan.

Sang putri yang diam itu masih belum menyadari bahaya yang sedang mengancam, bahkan lebih berbahaya dari semua saudaranya yang mencoba mencelakainya bahkan setelah ia menyatakan diri untuk tidak ikut dalam persaingan memperebutkan tahta kerajaan.

Rasa tertarik dalam sekali pandangan mata itu berubah menjadi obsesi gila sehingga sang panglima tidak bisa peduli dengan apapun selain ia yang dapat menaklukan sang putri. Segala cara akan ia lakukan meski harus melanggar hukum kerajaan, lagipula siapa yang peduli dengan aturan selagi permainan dapat dijalankan dengan halus, tersembunyi, dan tidak kasat mata?.

Disanalah ancaman tersebar sang putri dimulai. Hidupnya yang tenang seperti bayangannya tidak lah bertahan lama, sosok panglima yang berubah itu menjadi bahaya sekaligus tempat bergantungnya untuk masa depan.

Sedikit saja kesempatan terbuka untuk sang panglima, maka ia akan semakin menjejalkan banyak hal tak terduga agar sang putri tidak memiliki kemampuan untuk menolak dan hanya bisa menerima secara pasrah dalam genggamannya.

Tidak ada halangan bagi keduanya, bahkan jika penentangan itu datang dari raja dan alam semesta pun sudah dapat sang panglima pastikan semuanya hanya akan berakhir sia-sia.



























***

Up date ye.. KARENA:
1. Gabut
2. Otak ini rasanya mau meledak,
    karna banyak ide,
    tapi gak dituangkan dalam bentuk tulisan.
3. Jadwal up date gak pasti.
    (sesuai mood ku aja)
4. Menghilangkan stres,
    jadi jangan paksa buat up date!
5. Bodo amat belum 10k juga yang baca.
    udah gak tahan aku.
6. Semoga suka dengan kisah ini.
7. MURNI DARI PEMIKIRAN SENDIRI!
    JANGAN MAIN COPAS YEE...
    RUGI NIH...

Tapi selama ini kayanya gak ada yang copas☺️
Ya.. karna cerita mu yang baca baru seiprit😒









Jumat, 27 September 2024
09.53 WIB
665 Kata....

Sang Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang