Bagian Ketiga Puluh Tiga

9 2 0
                                    

Malam dimana selir Ellina menghabiskan waktunya dengan 'bersenang-senang' dan menyelami surga duniawi bersama dengan pria asing, tepat pada malam yang sama pula selir Helena mengalami kejadian tidak mengenakan dalam hidupnya.

Saat ia tengah merebahkan dirinya dan bersiap untuk tidur, sebuah suara yang cukup keras terdengar. Asalnya dari jendela kamar yang tepat menghadap ke taman belakang kediaman, dibuka secara paksa hingga membuat sang selir bangkit lagi dari rebahannya.

"Siapa di.."

Suara selir Helena menggantung begitu melihat bayangan hitam melesat begitu cepat, lentera yang sebagian sudah dimatikan hingga hanya tersisa beberapa membuat suasana menjadi gelap dan mengakibatkan pandangan selir Helena menjadi tidak jelas.

Selir Helena pun tidak dapat memastikan siapa yang begitu berani mengganggu waktu istirahatnya. Diluar, hujan sudah mengalir deras dengan petir menyambar hingga menimbulkan kilatan cahaya, akan tetapi tetap saja hal itu tidak membuat selir Helena dapat melihat siapa yang menerobos masuk ke kamarnya.

"Hei! Siapa.."

Belum selesai lagi suara selir Helena terucap, kamar tersebut menjadi semakin gelap kala semua lentera dimatikan dalam satu waktu, entah bagaimana cara bayangan tersebut melakukannya, yang jelas, itu semua sukses membuat selir Helena terkejut, merasa waspada, dan sedikit takut.

"Diam atau ku pastikan samurai ini akan memotong lehermu."

Sebuah suara berat muncul, dapat selir Helena tebak jika bayangan yang mengusiknya itu adalah seorang laki-laki. Lehernya terasa dingin saat ini, dari yang ia lihat sekilas memang benar pria asing ini sedang menodongkan sebuah senjata kearahnya.

Tanpa sadar tubuhnya menegang, sebab selama masa hidupnya ia tidak pernah ada dalam situasi yang berbahaya seperti ini, ada kasim juga penjaga yang akan selalu siap siaga dan menjadikan tubuh mereka tameng kala selir Helena merasa terancam.

Tapi, kemana semuanya pergi? Kenapa tidak ada yang mendekat saat lentera kamarnya mati keseluruhan secara bersamaan dan mendadak? Selir Helena pastikan mereka akan menyesali kecerobohannya.

"Siapa kau?."

"Kau tidak perlu tau karena ku pastikan kita tidak akan bertemu lagi setelah ini, kecuali jika aku ditugaskan untuk membunuhmu."

"Siapa yang menyuruhmu?."

"Pertanyaan bodoh! Tidak ada penjahat cerdik yang membocorkan identitas tuannya."

"Apa yang kau inginkan?."

"Mudah saja. Hentikan semua rencana busukmu!."

"Hah! Siapa kau berani memerintahku?."

"Aku perantara mu dengan Tuhan. Sangat mudah bagiku untuk membunuhmu detik ini juga dan tidak akan diketahui oleh siapapun. Lagi pula jika pun kau mati, tidak akan ada yang peduli denganmu."

"Sialan! Kau.."

"Sudah ku katakan diam!." Perintah sang pria, semakin menekan samurainya ke leher selir Helena.

Selir Helena meringis, merasa perih pada bagian yang terkena samurai tersebut, sampai akhirnya ia menyadari bahwa saat ini ada luka sayatan disana dan darah yang perlahan mengalir dari luka tersebut, hal itu sukses membuatnya semakin panik.

"Apa yang kau lakukan?."

"Aku sedang mengancam mu bodoh! Jika kau tidak mau menuruti apa kataku untuk tidak merencanakan sesuatu yang buruk kepada anggota keluarga kerajaan lagi, bersiap! Kau tidak akan lagi melihat indahnya matahari."

"Apa urusannya denganmu?."

"Kenapa kau banyak sekali pertanyaan selir hina?."

"Apa kau bilang?."

Sang Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang