Bagian Kesembilan Belas

13 1 0
                                    

Ezra membelai kuda tersebut, senyum tipis tidak terasa tersungging dibibirnya. Kuda hitam besar itu sungguh membuatnya merasa bersemangat.

"Ayo berangkat."

"Kemana?."

"Kenapa kau menjadi bodoh seketika?." Tanya Ezra balik, sebelah alisnya menukik tajam setelah mendengar pertanyaan Axton.

"Maksudku, kita tidak tau dimana posisi mereka saat ini, dan untuk menemukan mereka tanpa jejak sangatlah sulit."

"Dari arah mana mereka biasanya muncul?."

"Tidak pasti."

"Seringnya?."

"Barat."

"Bagus. Kita akan mencari mereka kesana."

"Kau yakin?."

"Tidak." Bibir Axton berkedut jengkel. Jawaban Ezra ini semakin membuatnya ragu apakah mereka harus melakukan perjalanan ini atau tidak.

"Lalu bagaimana kau bisa berkata dengan penuh percaya diri bahwa kita juga harus ke barat?."

"Prasangka saja."

"Bukankah terlalu beresiko jika kita tidak menyiapkan apapun untuk menyerang mereka? Bahkan kita juga tidak tau mereka berada dimana saat ini?." Ujar Axton.

"Sudah ku katakan jika kau enggan, aku akan melakukan perjalanan ini sendirian."

Axton tidak menjawab ucapan Ezra, ia memilih bungkam kemudian berjalan menuju kudanya dan menaikinya. Meski ia tidak yakin dan merasa bahwa perjalanan kali ini tidak memiliki persiapan yang matang, akan tetapi ia benar-benar tidak bisa membiarkan panglima utama itu melakukan semuanya sendirian.

"Jalan!." Perintah Axton seenaknya, tanpa peduli jika wajah Ezra menyiratkan sebuah kebingungan yang kentara. Setelahnya, Ezra tersenyum senang. Axton ini mudah sekali terpancing emosi, tapi juga memiliki ego yang tinggi dan secara bersamaan patuh seperti anjing peliharaan.

Ezra tidak berujar lagi, ia menaiki kudanya kemudian menyusul Axton yang berjalan lebih dulu kearah barat. Pencarian tidak terarah dan tanpa petunjuk itu sama sekali tidak bisa diprediksi bagaimana akhir ceritanya.

Axton memelankan kudanya sejenak, memberi isyarat Ezra untuk memimpin jalan sebab dia lah yang mencetuskan ide penuh dengan bahaya ini.

Bukannya takut, hanya saja semua ini tidak akan berjalan tanpa adanya ide dari Ezra yang begitu gegabah. Semuanya adalah rencana sang panglima utama sehingga sudah sepatutnya ia yang menjadi komando.

Tidak ada percakapan apapun selama mereka melakukan perjalanan, namun siapapun yang melihat pasti akan merasa bahwa mereka sangat serius dalam hal ini sekarang.

Tubuh mereka selalu siaga hingga terlihat menegang. Berbagai macam rencana yang mulai tersusun meski masih acak perlahan namun pasti muncul dalam otak. Keduanya memiliki rencana masing-masing yang belum diketahui satu sama lain, namun yang pasti mereka akan berfikir jauh sebelum melakukan tindakan.

Hutan yang mereka masuki semakin menggelap, sebab banyak pepohonan yang menutupi sinar matahari untuk masuk lebih dalam menuju kepermukaan tanah hutan.

"Kau pernah datang kesini?." Tanya Ezra tanpa memelankan laju kudanya.

"Pernah."

"Apa yang kau dapat?."

"Tidak ada apapun."

"Sejauh mana?."

"Masih jauh lagi."

Ezra semakin mempercepat laju kudanya, akan ia pastikan hari ini misinya akan berhasil untuk menghabisi para hama yang merusak itu.

"Di zaman yang masih sangat kuno ini mustahil jika mereka tidak bisa ditemukan, dan aku sangat berpengalaman dalam menangkap sampah masyarakat." Ujar Ezra penuh tekad.

Sang Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang