Bagian Ketiga Puluh Dua

13 3 0
                                    

Selir Ellina, selir pertama dari raja Nevada itu tengah menyesap tehnya. Duduk diatas kursi panjang yang berada didalam kamarnya, saat ini ia tengah berfikir bagaimana cara agar ia bisa menyingkirkan sang permaisuri.

Menggantikan posisinya menjadi ratu kerajaan Alterion, menjadi wanita yang akan raja Nevada banggakan, dan juga menjadikan anak pertamanya, Leano untuk menggantikan posisi sang raja.

Selir Ellina hanya berfikir bahwa jika ia bisa memusnahkan permaisuri, maka sang raja akan dengan mudah berpaling padanya. Semua perhatian raja Nevada sudah pasti akan berpusat padanya setelah itu, sebab hanya ia yang pantas menjadi ratu dan istri sah selanjutnya.

Urusannya dengan para selir lain memang rumit dan tidak terlalu baik, apalagi dengan selir Helena. Mereka mungkin saja bekerja sama dalam memperebutkan kekuasaan agar jatuh ditangan mereka, tapi yang sebenarnya terjadi, mereka adalah manusia tamak yang mempunyai tujuan masing-masing hingga saling menjatuhkan.

Selir Ellina bukan wanita bodoh dan polos yang tidak mengetahui apapun yang selir Helena lakukan, ia tau semuanya, hanya saja ia menunggu waktu yang tepat untuk membalas dendam.

Malam yang dingin sebab cuaca yang mungkin mendung di luaran dibarengi dengan angin yang berhembus lumayan kencang tidak membuat selir Ellina berniat merebahkan tubuhnya guna meraih mimpi, justru sebaliknya, ia terjaga untuk merancang sedemikian rupa rencana yang akan ia tujukan kepada selir Helena.

Selir Ellina sudah muak dengan semua sandiwara wanita busuk itu, ia ingin segera menyingkirkannya malam ini juga jika bisa.

"Selir Ellina." Suara kasim menginstruksi, membungkuk hormat sejenak kepada tuannya.

"Bagaimana? Apa ada yang selir bodoh itu lakukan untuk menjebak ku?."

"Tidak ada pergerakan selir, sepertinya selir Helena belum mempunyai rencana yang matang untuk menjatuhkan anda."

"Kabar itu tidak terlalu bagus juga, mungkin dia memiliki sesuatu yang begitu tersembunyi hingga kita tidak tau apa yang dia rencanakan."

"Awasi terus pergerakannya! Perasaanku tidak enak malam ini." Perintah selir Ellina.

"Baik selir."

Sang kasim berlalu dari hadapan selir Ellina, menyeringai seram begitu berbalik sebab berhasil membuat selir Ellina masuk kedalam perangkapnya. Mudah saja mengelabui orang yang pada dasarnya memang bodoh tapi sayangnya merasa paling pintar.

Kasim tersebut bukan pria biasa, selain merupakan orang kepercayaan selir Ellina, ia juga salah satu dari anggota organisasi bayangan yang tengah melaksanakan perintah atasannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Rora. Membiarkan semua rencana para selir untuk saling menumbangkan satu sama lain terwujud.

Malam ini, semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana Rora. Hama disebuah kebun bunga yang indah tidak seharusnya dirusak oleh mereka dan sudah sepatutnya dibasmi.

Seorang dayang memasuki kediaman selir Ellina, berjalan pelan kearah kamar seraya membawa sebuah nampan yang diatasnya terdapat bubur manis yang ia minta beberapa saat lalu.

"Selir Ellina." Sapanya sembari membungkuk hormat sejenak. "Saya membawa apa yang anda minta." Lanjutnya.

"Letakkan diatas meja." Perintahnya, segera sang dayang melakukan apa yang ia minta.

"Apa ada sesuatu yang anda inginkan lagi?."

"Tidak. Kau boleh pergi."

"Saya pamit undur diri selir."

Selir Ellina tidak lagi menjawab, mengambil bubur manis yang baru saja matang dan masih terlihat panas seba terbukti dengan adanya asap yang mengepul dari sana.

Sang Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang