Bagian Kedua Puluh Tiga

10 2 0
                                    

Axton menghela nafas pelan, kemudian mulia berbicara. Menceritakan segala hal yang telah terjadi pada saat mereka berkemah untuk menjaga perbatasan kerajaan.

Axton juga tidak luput menceritakan apa yang sudah terjadi pada panglima utama kerajaan mereka, bagaimana ia diserang, tidak sadarkan diri, lalu bangun dalam keadaan seperti orang yang hilang ingatan, akan tetapi sikapnya juga ikut hilang entah kemana.

Bahkan Axton juga menceritakan tentang bagaimana Ezra menyerang prajuritnya sendiri, dengan alasan karena ia marah dengan kondisi tubuhnya saat itu. Akan tetapi, Axton segera menjelaskan bagaimana Ezra dapat dengan mudah memprediksi jika musuh akan datang, dan menghabisi begitu banyak musuh yang berdatangan secara berkala.

"Jadi, kami mohon maklum yang mulia raja Nevada, apabila panglima Ezra berperilaku kurang sopan sebelumnya dan di kemudian hari, kami juga tidak tau penyebab pastinya karena apa." Ujar Axton, mengakhiri penjelasannya.

Ezra yang mendengar hanya memutar bola matanya malas, sejak tadi dia hanya diam dan menyimak meski dalam hati kesal dengan penjelasan Axton. Jika ia jelaskan sampai mulutnya berbusa pun sudah pasti tidak akan ada yang percaya dengan ucapannya.

"Baiklah jika begitu, tapi ku harap kalian bisa mengajari panglima Ezra agar menjadi pribadi yang baik seperti sedia kala." Ujar raja Nevada.

"Tentu saja yang mulia."

"Baiklah... Aku ucapkan terima kasih, karena berkat kalian kondisi kerajaan untuk saat ini lebih aman karena pengrusuh dari kerajaan sebelah sudah dibinasakan, jika nantinya mereka akan menuntun keadilan, aku pastikan mereka akan menyesal." Ujar raja Nevada.

"Terima kasih kembali yang mulia raja."

"Aku juga ingin meminta maaf karena tidak bisa membersamai kalian untuk menyerang mereka, pekerjaan di kerajaan cukup menumpuk hingga sulit untuk ditinggalkan." Jelasnya lagi.

"Tidak masalah yang mulia raja, ini sudah menjadi tanggung jawab kami, dan kami sangat tau bagaimana anda berusaha keras untuk mensejahterakan rakyat."

"Aku terima laporan kalian, dan sebagai bentuk rasa terima kasihku, aku sudah menyiapkan makan siang istimewa untuk kita semuanya, tidak terkecuali para pasukan yang ikut serta bersamamu."

Senyum Axton terbit seketika, ia sudah tidak sabar, sebab perjalanan dari wilayah perbatasan ke kerajaan memang memakan banyak waktu dan cukup melelahkan dan perutnya memang sudah lapar sejak tadi.

"Terima kasih yang mulia raja atas kebaikan hati anda." Ujar Axton tulus.

"Tidak masalah. Mari, ke ruang makan kerajaan."

Raja Nevada bangkit lebih dulu dari singgasananya, diikuti sang permaisuri yang melingkari tangannya pada lengan sang suami, mereka berjalan dengan penuh wibawa dibagian terdepan menuju ruang makan.

"Kau terdengar seperti penjilat jika terus memuji rajamu itu." Suara Ezra terdengar setelah dirasa raja Nevada sudah cukup jauh dari jangkauan mereka.

"Itu disebut dengan tata krama jika kau ingin tau." Jawab Axton malas.

Ezra tidak menggubris, ia berjalan disamping Axton menuju ruang makan, dengan Drake dan Ethan berada tepat dibelakang mereka.

Keempatnya terlihat begitu sempurna jika berjalan secara bersamaan. Gagah, tampan, berwibawa, dengan tubuh besar yang berotot meski dibungkus oleh baju panglima yang khas, namun itu justru menambah daya pikat tersendiri bagi mereka.

Begitu tiba diruang makan, raja dan ratu duduk ditempatnya masing-masing, begitupun para anggota keluarga kerajaan yang lain yaitu para selir juga anak-anak mereka.

Makan siang kala itu terlihat lebih ramai dari biasanya, meskipun hanya dengan bertambahnya kehadiran empat orang.

Sedangkan untuk para pasukan, mereka telah disediakan tempat dihalaman belakang istana untuk menikmati makan siang mereka dengan daging sapi sebagai menu utama dan mereka dibebaskan untuk memasaknya menjadi apa saja karena para pelayan yang akan membuat serta melayani mereka.

"Silahkan nikmati makanan kalian, jangan sungkan!." Sang raja mempersilahkan.

Disajikannya makanan pembuka oleh para pelayan yang bertugas sebelum mereka memakannya bersama-sama.

Dalam keheningan tersebut, mata tajam Ezra tidak hentinya menatap sosok cantik yang terlihat begitu tenang sejak tadi. Saat pertama kali memasuki ruang makan, gadis cantik yang telah lebih dulu duduk dikursinya itu sudah menarik perhatiannya, dan sayangnya sampai saat ini ia sulit untuk sekedar memalingkan wajah.

Ezra memakan makannya dalam diam seperti semua orang yang berada disana, namun tidak ada satu orangpun yang menyadari jika kedua bola matanya hanya terfokus pada satu titik pusat, bahkan makanannya sendiri terlihat tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Ezra duduk diseberang sang gadis, sedangkan sang gadis duduk dibagian terdekat dengan raja, sejajar dengan sang permaisuri akan tetapi dibatasi oleh meja, sepertinya ia adalah anak raja juga ratu. Pikir Ezra.

Jarak mereka memang cukup jauh sebab dihalangi oleh para selir dan anak-anak raja, akan tetapi matanya bisa menatap dengan detail bagaimana sosok tersebut bersikap dan bagaimana parasnya yang begitu menawan.

Makanan pembuka telah usai, kini para pelayan kembali menghidangkan makanan berat. Menyiapkan dengan penuh kehati-hatian agar tidak melakukan kesalahan.

Acara makan tersebut kembali berlangsung, suara sendok yang beradu dengan piring terdengar khas dan nyaring hingga memenuhi ruang makan yang luas tersebut.

'Sangat cantik.'

Ezra, sang panglima masih terus menatap tanpa rasa bosan, senyum miring berlahan terbit disalah satu sudut bibirnya. Rasanya ada suatu dorongan tak kasat mata yang membuatnya ingin terus menatap bahkan mengenalnya lebih jauh.

Seperti merasa ada sesuatu yang mengganjal tapi entah apa, Rora mengangkat pandangannya dari makanan yang berada didepannya. Kedua matanya mengedar guna mencari sesuatu yang dirasa mencurigakan.

Hingga akhirnya Rora menemukan panglima Ezra yang duduk di kursi hampir mendekati ujung tengah menatapnya dengan intens. Pandangan mereka terkunci untuk beberapa saat dengan Ezra yang tidak berminat melepaskan pandangan karena semakin jatuh dalam pesona sang putri.

Rora yang bingung ada apa dengan Ezra juga bersikap sama, menatapnya dengan pandangan bertanya, sedangkan Ezra hanya memperlihatkan wajah rata seakan tidak ada sesuatu yang harus Rora pikirkan, namun kedua matanya jelas menyiratkan sesuatu yang Rora tidak mengerti apa.

Karena tidak mendapat jawaban, akhirnya Rora kembali memfokuskan penglihatannya pada makanan, memakan dengan tenang meski dalam hati merasa sedikit gugup sebab dari ekor matanya, ia bisa melihat jika Ezra masih saja menatap kearahnya.

Makanan berat telah usai, kini para pelayan kembali melakukan tugas mereka, menghidangkan makanan penutup untuk mengakhiri sesi makan siang pada kesempatan kala itu.

Rora menjadi semakin gelisah, duduknya tidak setenang sebelumnya setelah ia menyadari jika Ezra masih saja memperhatikannya, bahkan Rora juga tidak yakin Ezra mengedipkan kelopak matanya atau tidak. Rora harap Ezra segera menyudahi aksinya.

Ezra tersenyum miring dengan tipis, menyadari jika Rora terlihat tidak nyaman dengan ulahnya justru membuat Ezra semakin ingin terus menggodanya.

Salahkan Rora yang terlihat begitu menonjol juga cantik dimeja makan ini.

'Sangat menarik. Sesuatu yang aku inginkan, harus kudapatkan bagaimana pun caranya dan akan ku pastikan kau tidak akan bisa mengalihkan pandanganmu lagi dariku setelah ini.'

Ezra tersenyum lagi begitu tipis lalu menyudahi kegiatannya untuk memuja Rora, saat ini pandangannya ia alihkan ke makanan penutup didepannya meski tidak begitu berminat.

Rora terlihat lega dengan itu, tapi satu yang tidak ia sadari, jika Ezra hanya memberi jeda sejenak sebelum aksi gila yang sesungguhnya ia realisasikan.





























Sabtu, 12 Oktober 2024
10.19 WIB.
1097 KATA.

Sang Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang