seorang gadis berambut coklat panjang dengan poni tipisnya yang menyentuh dahi, sedikit tertiup angin malam saat ia keluar dari mobil. wajahnya tampak lelah tapi masih ada kilau semangat dalam dirinya setelah bertemu dengan- teman temanya tadi.
ia, melangkah gontai memasuki rumah ,berharap pria setengah matang itu sudah tertidur. namun saat ia menyalakan lampu di ruang tamu harapannya pun sirna.
papanya sudah berdiri di depan pintu kamarnya, ekspresi
marah dan khawatir terpancar jelas di wajahnya "rania,dari mana kamu!! kenapa kamu tidak mengikuti les malam ini?sudah berapa kali papa bilang tugas kamu itu belajar!!"suaranya tegas dan penuh dengan penekananamara menundukkan kepala
"maaf,pa..aku hanya berkumpul sebentar dengan teman teman"jawabnya pelan untuk mencari kata kata yang tepat."meskipun ujian sudah selesai kamu mau se enak nya bersenang senang melupakan belajarmu!"suara papa Amara semakin tinggi. amara merasakan dadanya bergetar.ia bingung harus menanggapinya nya.
"aku akan belajar sekarang"amara
berusaha menenangkan walau hatinya terasa berat.papanya menghembuskan nafas berat lalu berkata "sekarang silakan belajar! jangan biarkan teman-temanmu membuatmu lalai!"
amara mengangguk pelan merasakan air mata ingin menetes ia melangkah menuju kamarnya menutup pintu dengan lembut.
dengan buku terbuka di hadapannya amara berusaha untuk belajar meskipun sebenarnya ia sudah cukup lelah.
pukul 02.00
Amara menyelesaikan belajarnya. di luar jendela suara angin malam berbisik, seolah mengingatkannya pada teman-temannya yang menantikan petualangan di puncak Mahameru, amara menghela nafas dalam-dalam berusaha menyalakan kembali semangatnya .karena ia tahu di suatu saat nanti semua perjuangan ini akan terbayar.
amara menuju tempat tidur untuk mengistirahatkan dirinya sebelum bangun pagi untuk bersekolah.
---
Pagi nya. rania bersiap untuk berangkat sekolah. Ia merapikan seragamnya di depan cermin, sambil mencoba mencari keberanian untuk berbicara dengan papanya. Dengan rambut cokelatnya yang tergerai dan poni yang jatuh lembut di dahinya, ia menarik napas dalam-dalam. Ia tahu bahwa percakapan ini tidak akan mudah, tetapi ia tidak bisa menunda lagi.
Saat ia memasuki ruang makan, papa rania sudah duduk di meja, menikmati kopi paginya. Suasana pagi yang biasanya tenang terasa lebih berat dari biasanya. rania meneguk air putih, lalu memberanikan diri membuka pembicaraan.
"aku mau bicara sebentar ,pa" ucapnya pelan.
papanya menatapnya dengan alis terangkat, sedikit heran. "Ada apa, rania? Kamu terlihat serius pagi ini."
rania menggenggam tangan di atas meja, berusaha menenangkan debaran di dadanya. "Aku dan teman-teman sedang merencanakan untuk melakukan pendakian .. Jadi... aku ingin minta izin," katanya hati-hati.
papanya meletakkan cangkir kopinya, ekspresinya berubah menjadi tegas. "Mendaki? Itu bukan ide yang bagus rania ."
"Tapi, pah, ini bukan cuma soal mendaki. Aku merasa butuh waktu untuk diriku sendiri, untuk menemukan apa yang sebenarnya aku inginkan," rania mencoba menjelaskan, suaranya terdengar memohon.
papanya menggelengkan kepala. "rania kamu harus mengerti bahwa masa depanmu lebih penting sekarang. Mendaki gunung tidak akan membantumu untuk menentukan masa depan."
rania terdiam, menatap ayahnya sejenak. "pah... aku tahu ini sulit dipahami, tapi aku butuh waktu untuk memikirkan banyak hal. Aku butuh ruang di luar. Aku janji tidak akan lalai dengan pelajaranku."
papanya mendesah panjang, tetapi ekspresinya tidak berubah. "Kamu tahu, rania, ayah hanya ingin yang terbaik untukmu. Dan ayah tidak setuju dengan rencana ini."
Dengan rasa kecewa yang dalam, rania menyadari bahwa papanya tidak akan memberikan izin. Namun, dalam hatinya, ia sudah memutuskan. Ia akan tetap mendaki bersama teman-temannya, meskipun harus melakukannya tanpa restu papanya.
Matahari pagi mulai menyinari jendela, membawa cahaya ke ruang makan yang terasa begitu berat. rania bangkit dari kursi, mengangguk singkat pada papanya, lalu melangkah keluar rumah menuju sekolah, membawa beban keputusan yang harus ia jalani.
~~
angan lupa di vote ya teman teman💋🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Mahameru
Roman pour Adolescentsenam sahabat memutuskan untuk melakukan pendakian menuju puncak Mahameru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Masing-masing dari mereka memiliki alasan yang berbeda untuk mengambil langkah berani ini. Dalam perjalanan menuju puncak, mereka tidak hanya m...