Setelah perjuangan panjang, mereka akhirnya menjejakkan kaki di puncak Mahameru. Udara dingin terasa menusuk, tetapi pemandangan yang terbentang di depan mereka menghapus semua rasa lelah. Matahari yang baru saja terbit memancarkan sinar keemasan, menerangi awan-awan yang mengelilingi gunung. Mereka berdiri di atas dunia, dengan rasa syukur dan kebanggaan yang tak terbendung.
Rania, yang telah lama menahan segala rasa di dalam hatinya, akhirnya tak kuasa menahan air mata. Dia menangis, membiarkan semua kelelahan, rasa bersalah, dan emosi yang telah lama dipendam keluar begitu saja. Amara dan Kayla, yang berada di dekatnya, langsung merangkulnya dengan erat.
"Udah, Ran. Kita udah sampai.," kata Amara dengan lembut, sambil mengusap punggung Rania.
Kayla menambahkan dengan suara penuh rasa sayang, "Ini perjuangan kita bareng-bareng. Lo nggak sendiri."
Arga, yang melihat momen itu, tergerak untuk bergabung. Dia melirik ke arah Rangga dan Aldi yang masih dibopong oleh Rangga. Dengan saling memberi isyarat, mereka berjalan mendekat. Arga merangkul amara, sementara Rangga, yang sudah kelelahan setelah membopong Aldi, tetap kuat dan merangkul kayla dan Rania.
Aldi, yang kini merasa tak lagi terbebani oleh rasa sakit, tersenyum penuh kelegaan. "Gue nggak nyangka kita bisa sampai sini, guys."
Rangga tertawa kecil, "Ini bukan soal gue atau lo. Ini soal kita semua."
Mereka pun akhirnya berkumpul, berpelukan dalam lingkaran erat. Tangis Rania yang tadinya sendu, kini disertai tangis bahagia dari yang lain.
Air mata yang keluar adalah air mata kelegaan, kebahagiaan, dan rasa syukur. Mereka sudah melalui perjalanan yang berat, baik secara fisik maupun emosional, tapi pada akhirnya, mereka berhasil mencapai puncak bersama.
"Gue bangga sama kalian semua," bisik Arga dengan suara bergetar.
Kayla menatap mereka semua, matanya masih basah.
"Kita semua hebat. Ini bukan sekadar mendaki, ini soal bagaimana kita tetap bersama sampai di puncak."
Setelah tangis bahagia itu mereda, mereka menyadari bahwa momen ini harus diabadikan. rania dengan cepat mengeluarkan kamera dari dalam tasnya.
"Ayo, kita foto. Ini momen yang nggak akan terlupakan," katanya sambil tersenyum lebar. Yang lain mengangguk, setuju, dan mulai bersiap di posisi masing-masing.
Mereka semua berkumpul, dengan latar belakang Mahameru yang megah. Aldi, meskipun masih merasakan nyeri di kakinya, berdiri dengan bantuan dari Rangga dan Arga, sementara amara dan Kayla berlutut di depan mereka. "Senyum, guys!" seru rania yang berada di tengah, lalu kamera pun menangkap momen sempurna itu-senyum mereka lebar, bahagia, meskipun kelelahan terlihat di wajah.
Setelah beberapa foto diambil, mereka tertawa lepas, merasa lega dan bangga. Kebahagiaan yang membuncah membuat tawa mereka seolah memenuhi puncak Mahameru. Tak ada lagi rasa sakit atau ketegangan yang tersisa. Hanya ada perasaan bersyukur karena telah melalui perjalanan yang penuh tantangan bersama.
Setelah puas berfoto, mereka semua bergandengan tangan, menatap langit luas di atas mereka yang perlahan berubah menjadi biru cerah. Matahari bersinar lembut, menyinari puncak dengan kehangatan.
Keheningan sesaat menyelimuti mereka, seolah-olah mereka sedang menyerap keindahan dunia yang hanya bisa dinikmati dari puncak gunung ini.
Rania, yang kini merasa jauh lebih kuat, memecah keheningan dengan suara lembutnya
"Gue nggak pernah nyangka kita bisa sampai sini. Di puncak ini, gue sadar kalau persahabatan kita lebih kuat dari apapun."
Aldi mengangguk, suaranya serak karena menahan haru, "Persahabatan nggak selalu mulus, tapi yang penting kita nggak ninggalin satu sama lain."
Rangga, dengan pandangan tegas namun lembut, menambahkan, "Kita udah lewatin banyak hal, dan nggak peduli seberapa sulit jalan di depan nanti, yang penting kita jalanin bareng-bareng."
amara yang mulai terisak, berkata dengan suara tergetar, "Kita nggak cuma sampai di puncak gunung. Kita sampai di puncak persahabatan kita."
kayla , dengan air mata yang kini mengalir di pipinya, menatap mereka semua, "Ini adalah perjalanan yang bakal gue ingat seumur hidup. Gue nggak akan lupa kalau kita saling punya, dan itu yang bikin kita kuat."
"selamat kay, lo udah masuk dalam persahabatan kami "ucap rania dengan sebuah senyuman.membuat kayla semakin tak bisa menahan air matanya.
arga pun berucap "gue harap setelah ini, persahabatan kita akan menjadi lebih indah dan kuat "
Mereka semua mengucapkan kalimat-kalimat penuh makna, membuat air mata kebahagiaan kembali mengalir di pipi masing-masing. Tangis bahagia itu membawa kehangatan yang membuat mereka semakin erat.
Dengan tangan yang masih saling menggenggam, mereka menatap langit di atas puncak Mahameru, merasakan betapa berharganya ikatan yang mereka miliki. Di sana, di ketinggian, mereka tak hanya merayakan pencapaian mendaki sebuah gunung, tetapi juga pencapaian menjaga persahabatan yang akan terus mereka bawa kemanapun mereka pergi.
--
Setelah beberapa saat dalam keheningan penuh syukur, Arga tiba-tiba berkata dengan senyum kecil, "kalian sadar nggak? Kita udah ada di tempat tertinggi di Jawa"
Rania tertawa kecil di sela-sela isak tangisnya. "Gue nggak nyangka aja bisa sampai sini. Kayaknya semua rasa lelah, sakit, semua emosi itu langsung hilang saat ngelihat pemandangan ini."
Aldi, yang kakinya masih terasa sakit namun hatinya kini penuh kebanggaan, menimpali, "Tadi gue beneran mikir nggak bisa sampai puncak. Tapi gue bersyukur kalian nggak ninggalin gue."
Rangga yang sejak tadi diam, menatap Aldi dengan pandangan penuh hormat. "Kita janji nggak akan ninggalin satu sama lain, bro. Dan janji itu bakal kita pegang terus. Perjalanan ini ngajarin gue satu hal-kita lebih kuat kalau kita bareng-bareng."
Kayla merangkul Aldi dengan senyum hangat. "Dan kita semua bangga banget sama lo, Di. Lo kuat banget bisa sampai di sini."
Mereka kembali tertawa, rasa haru dan bahagia bercampur jadi satu. Dalam kebersamaan itu, mereka merasa seolah tak ada beban yang terlalu berat, tak ada tantangan yang tak bisa dihadapi.
Setelah menghabiskan beberapa saat lagi di puncak, mereka mulai memandang ke arah cakrawala yang luas. Langit biru tanpa batas seolah menggambarkan masa depan yang masih panjang, penuh harapan. Amara, dengan suara pelan, memulai, "Gue mau kita semua janji, apapun yang terjadi nanti, seberat apapun hidup, kita nggak akan pernah lupa hari ini. Kita nggak akan pernah ninggalin satu sama lain."
Mereka semua mengangguk, mata mereka berbinar dengan tekad yang sama. arga menambahkan, "Gue setuju. Kita udah ngelewatin banyak hal bareng, dan gue tau apapun yang terjadi, kita bisa ngelaluinnya kalau kita tetap bareng."
Satu per satu mereka saling mengulurkan tangan, membentuk lingkaran erat di atas puncak Mahameru. "Kita janji," ujar mereka serempak, suara mereka penuh keteguhan. Momen itu dipenuhi dengan kehangatan yang tak terlukiskan-sebuah ikatan persahabatan yang tidak bisa dipisahkan oleh apapun.
Setelah itu, mereka melanjutkan dengan beberapa foto lagi, tertawa lepas, menikmati setiap momen yang tak akan pernah terulang. Kali ini, bukan hanya untuk mengenang pencapaian fisik mereka, tetapi juga untuk mengabadikan perjalanan emosional dan persahabatan yang lebih berarti dari apapun.
Sambil bergandengan tangan dan menatap langit biru, mereka tahu bahwa mereka akan selalu punya satu sama lain, tak peduli seberapa jauh jalan yang mereka tempuh setelah ini. Dan di sana, di puncak Mahameru, mereka merayakan bukan hanya akhir dari sebuah perjalanan, tetapi awal dari persahabatan yang semakin kokoh dan abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Mahameru
Teen Fictionenam sahabat memutuskan untuk melakukan pendakian menuju puncak Mahameru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Masing-masing dari mereka memiliki alasan yang berbeda untuk mengambil langkah berani ini. Dalam perjalanan menuju puncak, mereka tidak hanya m...