7| mendaki

25 5 0
                                    

mereka memulai langkah mendaki,dengan rangga yang memimpin perjalanan.tujuan kali ini adalah ranu gumbolo.danau yang memesona di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.yang sering para pendaki sebut sebagai surga tersembunyi di Semeru.

setiap langkah mereka masih terasa ringan,persediaan belum membebani punggung dan udara sejuk pegunungan menyapa mereka dengan lembut.

pos demi pos sudah mereka lewati.Suara canda tawa tak henti-hentinya mengisi perjalanan, membuat langkah-langkah mereka terasa semakin berenergi. Sesekali, mereka saling menggoda dan bercerita tentang hal-hal konyol yang terjadi dalam keseharian mereka, mencairkan suasana dan membuat perjalanan menuju setiap pos terasa penuh keceriaan.

setelah perjalanan yang sudah mulai melelahkan mereka berhenti untuk beristirahat di pos 4.suasana riuh dengan canda tawa dan godaan yang menghangatkan sore itu.

Di Pos 4, saat mereka melepas lelah, perhatian mulai teralihkan ke ransel besar yang dibawa aldi.Tumpukan bekal yang dia keluarkan memancing senyum dan bisik-bisik geli dari teman-temannya, dan suasana mulai dipenuhi tawa kecil yang tertahan.

arga, dengan mata yang menyipit seolah mengevaluasi isi ransel arga, melempar komentar yang membuat semuanya tertawa kecil, "di,lo liat tadi disetiap pos itu ada warungnya,bekal lo segunung gitu buat siapa sih? mau buka warung darurat di tengah gunung?"

aldi, yang tak mau kalah, hanya mengangkat bahu dengan wajah tak berdosa. " ya Siapa tahu kalian kelaparan kan, jadi gue siapin ekstra," ucapnya dengan nada sok bijak. Tapi, mata kayla yang mencermati bekal itu tak bisa menahan godaan, "di, bekalnya banyak banget! Niat banget buat buka warung ya?"

amra  pun ikut menyenggol bahu aldi sambil tertawa, "Kalau tahu ada banyak warung di pos-pos begini, lo nggak perlu repot bawa satu ransel penuh makanan, lho."

aldi tertawa kecil, sambil mencoba menyembunyikan sedikit rasa malu. "Sudah, sudah. Mending kalian semua  pada bantu habisin, biar gue  nggak usah bawa berat-berat, bisa gk sampe puncak nanti gue bawa berat gini " jawabnya, menepuk-nepuk ranselnya yang kini sudah sedikit lebih ringan. Dan dalam suasana penuh candaan itu, perjalanan mereka kembali terasa lebih ringan, dengan tawa yang menghangatkan sore di tengah dinginnya gunung.

---

Hari semakin temarau, cahaya senja berpendar samar di antara pepohonan. Langit yang mulai menggelap menandakan bahwa mereka harus segera bergerak dengan sebuah senter yang terpasang di dahi masing-masing. Tanpa banyak bicara, mereka melanjutkan perjalanan menuju Ranu Kumbolo, danau yang masih tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan dan bukit. Kelelahan terasa, tapi bayangan akan keindahan Ranu Kumbolo yang menanti di ujung sana menguatkan langkah mereka.

Dari kejauhan, langit mulai berubah menjadi lebih gelap, dan hawa dingin khas gunung semakin terasa. Mereka tahu, perjalanan ini masih panjang, tapi ketenangan dan keindahan Ranu Kumbolo yang selalu diceritakan pendaki sebelumnya memberi mereka semangat untuk terus melangkah, seolah menyambut malam di puncak mimpi mereka.

Jam demi jam berlalu, mereka melangkah dalam keheningan malam yang semakin gelap. Rangga, yang biasanya tak banyak bicara, tiba-tiba berhenti dan menunjuk ke depan. Dari kejauhan, cahaya lampu terlihat samar, memercik di antara rimbun pepohonan dan kabut. "Itu tenda para pendaki di Ranu Kumbolo," ucap Rangga pelan, suaranya penuh ketenangan yang memberi dorongan bagi yang lain.

Mendengar itu, semangat mereka semakin berkobar. Terutama Rania, yang langsung menajamkan pandangannya, ingin cepat merasakan danau yang selama ini hanya ada dalam angan-angan. Langkah mereka menjadi lebih cepat, menembus jalur yang tadinya penuh tanjakan dan kini mulai menurun, tanda bahwa mereka sedang menyusuri  lembahan. Setiap langkah terasa membawa mereka semakin dekat, membayangkan betapa tenangnya Ranu Kumbolo yang menanti di ujung perjalanan ini.

~~




Langit MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang