sebuah mobil melaju pelan di jalan sepi,suasana tenang mengisi ruang untuk dua orang yang duduk bersebelahan.jendela terbuka sedikit untuk merasakan hembusan angin malam yang dingin.
"yakin mau pulang ke rumah"tanya seseorang di kursi pengemudi dan yang di tanya hanya menjawabnya dengan anggukan.
"kalau orang tua lo di rumah berantem lagi kabarin gue ya"tanya lagi seseorang di bangku pengemudi kepada seorang perempuan di sampingnya dengan beberapa surai merah di rambutnya.
"tenang aja kali ga gue bukan cewek lemah"
ya arga lah yang sedang duduk di kursi pengemudi dan perempuan itu adalah amara.mereka pulang bersama setelah berkumpul di cafe tadi, memang kebetulan rumah mereka dekat ,bahkan bukan hanya rumahnya yang dekat,hubungan mereka juga cukup dekat sebagai seorang sahabat.amara dan arga sudah berteman sedari kecil hal apapun yang ada di arga pasti amara tau dan sebaliknya hal hal kecil dari amara pun arga juga tau."Alahh kalau kenapa napa nangis nya juga ke gue lo"jawab arga dengan seringai kecil sembari mengemudi mobil
"ya kann,yang gue punya juga cuma lo ga" amara dengan suara yang rendah
arga hanya menatapnya iba sebentar sebelum kembali menatap kedepan memfokuskan mengemudi.
"gue akan selalu disini di samping lo ra,untuk jagain lo slalu"ucap arga tanpa menatap amara.
"wihh tumben nih,ngomongnya gitu"amara sembali menggeplak lengan kiri arga
"awsss,sakit tauk raa"arga meringis pelan lalu mengusap lengan nya yang terasa nyeri, bagaimana tidak amara adalah pemilik sabuk hitam taekwondo,jadi jangan meragukan pukulan amara yang rasanya seperti tembus sampai tulang.
"yehh gitu doang juga, btw makasih ga"
mobil berhenti perlahan di depan sebuah rumah dengan lampu teras yang menyala redup. arga menekan pedal rem untuk mengakhiri perjalananya.Amara melangakah keluar mobil
"makasih arga tumpanganya " ucap amara sebelum menutup pintu mobil
"tumben maksih biasaya juga langsung keluar lo"
Amara hanya menanggapinya dengan senyuman manis sebelum akhir ya menutup pintu mobil.arga menatap nya sembari menggeleng nggelengkan kepala.arga kembali menjalankan mobilya perlahan meninggalkan halaman rumah Amara. tetapi hanya sebentar sebelum ia membelokkan mobil ke rumah sebelah, rumahnya sendiri.
mobil berhenti dengan tenang di samping rumah Amara,seolah keduanya sudah terbiasa akan rutinitas ini.
dari jendela rumah sebelah amara melihat arga keluar dari mobil dan melirik ke arahnya dan dibalik kesederhanaan momen tadi ada perasaan yang amara rasakah seakan mengikatnya lebih erat.
amara tersenyum tipis melambaikan tangan pelan dari jendela .Arga membalas senyumnya lalu mengangguk seolah ingin mengatakan " sampai jumpa besok". tak ada yang perlu diucapkan karena mereka tahu bahwa setiap pulang dari perjalanan entah kemanapun mereka, selalu akan kembali ke rumah bersisihan . hanya terpisah dinding rumah yang berdampingan.
Setelah melambaikan tangan pada arga di samping rumahnya, Amara menarik napas panjang dan melangkah masuk ke dalam rumah. Keceriaan yang baru saja ia rasakan perlahan memudar begitu ia menutup pintu di belakangnya. Suara yang sudah akrab itu kembali terdengar-suara yang seharusnya asing di sebuah rumah. Suara pertengkaran.
Ia bergegas menaiki tangga, menuju kamarnya, berusaha mengabaikan teriakan yang semakin jelas di antara ayah dan ibunya. Tangannya gemetar saat menggenggam gagang pintu kamarnya, dan saat pintu itu tertutup di belakangnya, ia berdiri dalam keheningan, membiarkan suasana dingin kamarnya menyelimutinya.
Perempuan itu duduk di tepi ranjang, memeluk lututnya sambil menunduk. Lelah, ia menutup matanya, berusaha menghapus ingatan tentang suara-suara di luar sana. Ia ingin kembali ke suasana di cafe tadi, ingin merasakan kedamaian yang singkat namun begitu berarti. Di sana, ia bisa merasa bebas ,namun di sini, di balik dinding kamarnya, ia kembali terperangkap dalam kebisingan yang tak kunjung usai.
"capekk ......"lirih amara dengan setetes air yang terus menurun ke pipinya.
~~~~~
jangan lupa di vote ya teman teman💋🫰
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Mahameru
Fiksi Remajaenam sahabat memutuskan untuk melakukan pendakian menuju puncak Mahameru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Masing-masing dari mereka memiliki alasan yang berbeda untuk mengambil langkah berani ini. Dalam perjalanan menuju puncak, mereka tidak hanya m...