8| Ranu kumbolo

18 4 0
                                    

Setelah berjam-jam perjalanan yang menguras energi dan melewati jalan berbatu serta tanjakan yang tak henti, akhirnya mereka tiba di tepian danau Ranu Kumbolo. Rasa lelah seakan sirna saat mata mereka disambut pemandangan danau yang tenang dan dikelilingi bukit-bukit. Namun, hawa dingin yang menusuk segera menyadarkan mereka bahwa malam semakin larut.

Tanpa membuang waktu, mereka segera bergegas menyiapkan tenda. Amara dan kayla sibuk mengeluarkan peralatan, sementara arga dan yang lainnya memasang penyangga dengan cepat. Kelelahan mereka tergantikan oleh ketenangan alam yang terasa memeluk di bawah langit malam. Ketika tenda-tenda telah berdiri, satu per satu mereka masuk, merasakan hangatnya kantong tidur, bersiap menyambut hari esok dengan semangat baru.

Rania merasa kedinginan di dalam tenda, terjaga dari tidur yang nyenyak. Udara malam yang dingin membuatnya gelisah, jadi ia memutuskan untuk keluar dan menatap danau Ranu Kumbolo. Suasana malam yang tenang dengan cahaya bintang yang berkilauan membuatnya merenung, mengenang perjalanan panjang yang telah mereka lalui.

Saat Rania tenggelam dalam lamunan, tiba-tiba sebuah tangan menggenggam minuman kaleng muncul di depan matanya. Ia menengok dan melihat Rangga, yang berdiri dengan jaket tebal menutupi tubuhnya.

"Minum ," kata Rangga dengan nada tenang dengan sedikit senyuman, hanya sedikitt!.

Rania terkejut sejenak, tetapi senyuman Rangga membuatnya merasa hangat. "Thanks," jawabnya sambil menerima kaleng tersebut. Rania membuka kaleng dan merasakan kesegaran minuman itu mengalir ke tenggorokannya, sedikit mengusir rasa dingin yang mengigit.

"Kenapa nggk tidur?" tanya Rangga, mengamati Rania yang masih berdiri di pinggir danau.

"Belum ngantuk. hanya ingin menikmati pemandangan," jawab Rania sambil menatap danau yang berkilau di bawah cahaya bulan.

Rangga berdiri di sampingnya, ikut menikmati keindahan malam. "Pemandangannya memang indah. Tapi lebih baik kita istirahat, perjalanan kita masih panjang," sarannya, mencoba memberikan sedikit perhatian.

Rania mengangguk, meski hatinya terasa hangat melihat sisi lain dari Rangga yang biasanya dingin. Mereka berdiri di sana, berbagi momen tenang di tepi danau, menikmati kesunyian malam yang hanya terpecahkan oleh suara angin dan gemericik air.

---

Pukul 03.00, suara derap langkah dan bisikan para laki-laki mulai membangunkan para perempuan yang masih terlelap dalam tidur mereka. Suasana masih gelap, hanya diterangi oleh sinar bulan yang samar. Saat para perempuan, akhirnya terbangun, mereka disambut dengan hangat oleh api unggun yang menyala cerah di depan tenda. Aroma kopi yang baru diseduh menguar, menambah suasana pagi yang menyenangkan.

"Selamat pagi, para ratu!" seru arga dengan nada ceria, membuat semua orang tersenyum.

"Coba lihat, laki laki tampan ini sudah menyediakan kopi spesial untuk kalian," tambah aldi, menunjukkan cangkir kopi yang telah disiapkan.

Mereka pun duduk melingkar di sekitar api unggun, menikmati hangatnya suasana pagi dan secangkir kopi. Dengan latar belakang keindahan Ranu Kumbolo yang mulai terlihat saat fajar menyingsing, mereka mulai bercerita tentang pengalaman mereka di danau yang mempesona itu.

"Ranu Kumbolo itu indah sekali, ya? Aku masih tak percaya kita di sini!" ucap kayla dengan semangat.

"Belum lagi keindahan danau saat pagi, bikin pengen foto-foto terus!" sahut rania.

Di tengah perbincangan, aldi tiba-tiba melontarkan candaan. " siapa yang tadi malam berisik tidurnya? Kayak suara kerbau tau nggk !"

Tawa pecah di antara mereka, amara pun menimpali, "Bisa jadi itu suara lo sendiri, lo Kan kamu yang paling banyak ngomong saat di tenda!"

aldi merespons dengan cengiran lebar, "Eh, gue kan hanya berbagi cerita! Itu bukan berisik, itu namanya entertaining!"

Percakapan mereka berlanjut dengan tawa dan cerita lucu, menambah keakraban di antara mereka.

Arga , tiba-tiba mengambil gitar kecil yang tergeletak di dalam. Dengan senyum lebar, ia mulai memetik senar-senar gitar, menciptakan melodi lembut yang mengisi ruang di antara mereka. "Rania, ayo nyanyi! Suara lo pasti bisa menghangatkan suasana malam ini," ajaknya, memandang Rania dengan penuh harapan.

Rania tersenyum, merespons ajakan Arga. "Boleh juga tpi kita nyanyi bareng ya!" Ia melangkah mendekat, memposisikan dirinya di samping Arga, siap untuk mulai. Teman-teman yang lain juga ikut menyemangati, menepuk tangan dan memberi dukungan.

Namun, Amara yang duduk sedikit jauh dari mereka, merasakan hatinya tertekan. Melihat kedekatan Rania dan Arga, ia merasa cemburu, tetapi berusaha menampilkan senyuman di wajahnya. "Kenapa harus Rania terus?" pikirnya, kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa mengendalikan perasaannya. Suara tawa dan nyanyian mereka terasa semakin menjauh darinya.

Rangga, yang duduk di samping Amara, mencoba terlihat tenang meskipun perasaannya berkecamuk. Melihat Rania bersenang-senang dengan Arga, ia merasa ada rasa cemburu yang menjalar di dalam hatinya. "Kenapa aku harus merasa seperti ini?" batinnya, berusaha mengalihkan perhatiannya dengan memandang api unggun yang menyala.

"Semua siap?" Arga bertanya, tersenyum lebar. "Ini dia lagu yang sangat cocok untuk malam ini." Dengan irama gitar yang mengalun lembut, Rania mulai bernyanyi. Suaranya mengalir indah, menambah kehangatan malam itu. Semua teman-teman pun bergabung dalam irama, bercanda sambil bertepuk tangan mengikuti lagu.

Amara hanya bisa tersenyum sambil menahan rasa cemburunya. Ia merasa terasing di antara teman-temannya, sementara Rangga berusaha untuk tetap tenang, meskipun hatinya berdesir melihat kedekatan Rania dan Arga. Setiap lirik yang dinyanyikan Rania seolah menggambarkan perasaan yang terpendam, namun suasana tetap meriah.

Ketika lagu selesai, tepuk tangan pun bergemuruh, dan Arga tidak henti-hentinya memuji suara Rania. " luar biasa! Seharusnya kita sering-sering begini!" katanya, membuat Rania tersipu malu. Namun, di sudut lain, Amara hanya bisa menatap dengan hati yang dipenuhi rasa cemburu.

Rangga menahan napas, berusaha menepis perasaannya. "Ini hanya lagu. Kami semua teman," ucapnya dalam hati, meskipun kesedihan dan cemburu tak bisa dipungkiri.

~~

Langit MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang