Setelah melewati tanjakan yang cukup melelahkan tersebut , mereka akhirnya tiba di kawasan Sabana Roro Ombo. hamparan rumput yang luas dipenuhi bunga Verbena berwarna ungu, mereka semua berhenti untuk menikmati pemandangan yang luar biasa. pemandangan ini seolah memberikan nafas baru , menghilangkan rasa lelah dari pendakian sebelumnya.Matahari bersinar cerah, menyinari lautan bunga yang bergoyang tertiup angin, menciptakan suasana damai
"Ini Sabana Roro Ombo," ucap arga, menyeka keringat dari dahinya, "di sinilah tempat yang paling cocok buat istirahat sebentar."
rania berhenti sejenak, menatap hamparan indah itu dengan takjub.
"Ini cantik banget. Seperti ada di dunia lain," katanya sambil tersenyum kagum.
kayla mengangguk, "Iya, bener banget. Rasanya kayak mimpi bisa sampai di sini."
" kayak lukisan," Amara akhirnya berbicara, kagum dengan pemandangan itu.
"Ini lebih keren dari yang aku bayangkan," sahut kayla , matanya berkilat penuh rasa kagum
"Eh, gimana kalau kita foto-foto dulu di sini?" celetuk Aldi tiba-tiba, .
Ia merogoh tasnya untuk mencari ponsel dan membuat semua orang tertawa karena kehebohannya.mereka mulai ber selfi bersama dengan senyum merekah untuk menampilkan kebahagiaan mereka.
"Amara kayla, kita harus foto di sini! kalian Lihat betapa cantiknya bunga-bunga ini!" seru Rania dengan semangat, sambil mengeluarkan kamera yang berada di tas rangselnya.
mereka langsung berlari ke tengah hamparan bunga. Mereka bertiga mencari posisi terbaik di antara bunga-bunga ungu itu, dengan langit biru cerah sebagai latar belakang.
"Aldi, fotoin kita dong!" Rania memanggil Aldi, yang sedang beristirahat sambil mengunyah camilan. Aldi dengan senang hati bangkit, menerima kamera dari tangan Rania.
mereka bertiga berpose sambil tertawa, menatap ke arah kamera. Angin sepoi-sepoi membuat rambut mereka sedikit berkibar, menciptakan kesan alami dan menawan di setiap fotonya. Aldi mengambil beberapa gambar, lalu tersenyum puas.
"Nah, jadi deh. Lihat, kalian berdua kayak model beneran," Aldi berkata sambil mengembalikan kamera kepada Rania.
saat rania melihat hasil fotonya ia tersenyum kagum,ini memang salah satu kelebihan dari aldi hasil fotonya selalu memuaskan.
Kayla yang sedang menunggu rania meninjau hasil fotonya, melirik ke arah belakang tiba-tiba muncul dengan ide isengnya. Ia mendekati Rangga yang berdiri tidak jauh dari mereka, masih terdiam memandang jalur pendakian di depan. Tanpa berpikir panjang, Kayla tersenyum jahil dan berkata, “Rangga,foto bareng Rania dong. Jarang-jarang ada momen kayak gini.”
Rangga yang awalnya tidak terlalu memperhatikan mereka, menoleh ke arah Kayla dengan ekspresi datar. "Apa?" tanyanya singkat, seolah tidak mengerti maksud Kayla.
"Foto bareng Rania, masa nggak mau? Liat tuh, pemandangannya keren banget, lo nggak akan nyesel," lanjut Kayla sambil menarik lengan Rangga perlahan, mendekatkannya ke arah Rania yang masih belum menyadari percakapan mereka.
Rania, yang tiba-tiba melihat Kayla membawa Rangga mendekat, merasa sedikit terkejut. "Eh, ada apa?" tanyanya bingung, melihat mereka berdua.
"Ayo foto bareng Rangga. Udah pas banget nih tempatnya," Kayla menjawab sambil tersenyum penuh arti, matanya menyiratkan niat usil yang tak bisa disembunyikan.
Rania tersipu, bingung harus berkata apa. "Eh, gue sama Rangga? Kayaknya nggak perlu deh..." jawabnya canggung, merasa suasana menjadi aneh.
Namun, Kayla tak menyerah. Ia mendorong sedikit kedua bahu Rangga dan Rania agar berdiri lebih dekat. “Udah nggak apa-apa, sekalian buat kenangan. Ayo, Aldi fotoin mereka!” teriak Kayla dengan penuh semangat, memanggil Aldi yang masih sibuk dengan camilanya yang tadi.
Aldi langsung mengambil kameranya di tangan rania dan mengangkat kameranya dengan senyum lebar, menikmati momen canggung yang diciptakan oleh Kayla. "Siap-siap kalian! Rangga, senyum dikit lah!" canda Aldi sambil siap memotret.
Rangga, dengan ekspresi dinginnya, hanya mengangguk pelan tanpa banyak bicara. Sementara Rania berdiri di sampingnya, masih sedikit canggung namun mencoba tersenyum.
Aldi mulai mengambil gambar, menangkap momen yang terasa aneh namun manis di antara Rania dan Rangga. Rania sedikit tersenyum, tapi di dalam hatinya ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Rangga yang biasanya tak banyak bicara dan selalu terlihat serius, kali ini tak menolak ketika Kayla menariknya untuk berfoto. Meski tetap dengan sikap dingin, kehadiran Rangga di sampingnya membuat Rania merasakan sesuatu yang tak biasa.
Sementara itu, Kayla hanya tertawa kecil melihat hasil usilnya berjalan dengan lancar. "Udah, fotonya bagus kok!" serunya dengan puas, lalu menatap ke arah Rania yang masih tampak malu-malu.
"Thanks, Rangga," ucap Rania dengan suara lirih setelah sesi foto selesai. Rangga hanya mengangguk seperti biasa, tak menunjukkan banyak ekspresi.
Kayla, yang merasa misinya berhasil, hanya tersenyum penuh arti sambil melihat ke arah Aldi. "Nah, udah kan. Misi sukses!" ujar Kayla sambil terkikik, membuat suasana kembali cair dan menyenangkan. Meskipun canggung, momen itu menjadi salah satu kenangan yang tak akan terlupakan bagi mereka semua, terutama bagi Rania.
"lucu ya mereka berdua"ujar amara yang dari tadi mengamati rania dan rangga ketika berfoto
arga hanya tersenyum menanggapi nya.
puas berfoto mereka kembali melanjutkan perjalanan yang masih panjang.
---
Setelah melewati hamparan Oro-Oro Ombo yang luas dengan bunga-bunga Verbena yang berwarna ungu, mereka berhenti sejenak di bawah naungan pohon pinus di tepian jalur. Nafas mereka masih terengah-engah setelah menapaki jalur yang panjang dan sedikit berbatu. Langit biru cerah dan angin sepoi-sepoi terasa begitu menyegarkan, namun kelelahan mulai tampak di wajah mereka."Kayaknya kalau kita bisa berhenti sebentar, kaki ini bakal 'terima kasih' banget," canda Aldi sambil tertawa kecil, mengibas-ngibaskan topinya untuk menghilangkan keringat yang mengalir di dahinya.
Rania duduk di sebelah Amara, menyesap air dari botol minumnya, tangannya mulai gemetar karena kelelahan. "Aku nggak nyangka tanjakannya bakal sejauh ini," katanya sambil mengelap keringat dari dahinya. "Tapi pemandangannya, sumpah, keren banget." Suaranya penuh kekaguman, meskipun tubuhnya merasa berat. Rania selalu suka alam, dan melihat keindahan di sekelilingnya seolah menjadi obat untuk keletihan yang dirasakannya.
aldi yang berbaring di tanah, tiba-tiba menyeletuk, "Kalau kita nggak lanjut sekarang, kita bisa jadi pohon cemara di sini!" Semua tertawa mendengar leluconnya yang selalu muncul di saat-saat seperti ini. Dalam hati mereka, tawa Aldi adalah pengingat bahwa meskipun perjalanan ini melelahkan, ada banyak hal yang bisa dinikmati.
Namun Rangga, seperti biasa, tetap diam dan fokus pada perjalanan mereka. Dia berdiri sambil melipat tangannya, menatap ke arah jalur yang masih panjang menuju Cemoro Kandang. "Kalau kalian udah cukup istirahat, kita harus lanjut. Kita nggak boleh terlalu lama di sini. Semakin sore, cuaca bisa berubah." Suaranya tegas, dan meski terkesan dingin, ada rasa tanggung jawab yang besar dalam ucapannya.
Amara yang sedari tadi memejamkan mata langsung menegakkan tubuhnya, merapikan ransel dan berkata dengan nada antusias, "Ayo, jangan buang waktu. Kalau bisa sampai Cemoro Kandang sebelum gelap, kita masih punya cukup waktu untuk menikmati matahari terbenam di Kalimati." Dalam perjalanan ini, Amara selalu menjadi penyemangat, energinya menular ke semua orang.
Rania, yang merasa berat dengan ranselnya, tiba-tiba merasakan tangan dingin Rangga membantu menarik tali ranselnya yang mulai turun dari bahunya. Dia menoleh dan terkejut melihat Rangga menunjukkan perhatian, meskipun tanpa banyak bicara. "Terima kasih," ucap Rania dengan nada lirih, sedikit canggung karena jarang sekali Rangga bersikap seperti itu. Rangga hanya mengangguk tanpa ekspresi, kembali fokus ke jalur di depannya. Dalam momen itu, Rania merasa ada sesuatu yang berbeda dari Rangga—sebuah sisi lembut yang jarang ia lihat sebelumnya.
Mereka semua kemudian bangkit, melanjutkan perjalanan menuju Cemoro Kandang. Jalur yang mereka lewati kali ini sedikit lebih menanjak, namun penuh dengan pepohonan cemara yang memberikan keteduhan. Udara semakin sejuk, membuat langkah mereka terasa lebih ringan, meskipun kaki mulai terasa lelah.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Mahameru
Genç Kurguenam sahabat memutuskan untuk melakukan pendakian menuju puncak Mahameru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Masing-masing dari mereka memiliki alasan yang berbeda untuk mengambil langkah berani ini. Dalam perjalanan menuju puncak, mereka tidak hanya m...