Setelah perjalanan panjang melewati malam di Kalimati, paginya mereka akhirnya tiba di Ranu Kumbolo. Kabut tipis masih menyelimuti danau yang indah itu, menciptakan pemandangan yang tenang dan damai. Mereka duduk sebentar di pinggir danau, menikmati keindahan alam yang menenangkan setelah perjuangan panjang menuju puncak. Tubuh mereka masih terasa lelah, namun perasaan bahagia dan lega semakin mendominasi.Rania duduk di tepi danau, menatap air yang tenang sambil mengingat semua pengalaman yang telah mereka lalui. Amara dan Kayla berdiri di sampingnya, sesekali bercanda ringan untuk menghilangkan sisa-sisa kelelahan.
"Kayak di film, ya?" Kayla berkata sambil melirik ke arah danau. "Kita udah kayak sekelompok pahlawan yang baru pulang dari petualangan."
Amara tertawa, "Iya, pahlawan yang lelah dan bau keringat."
"kalau bau kringat nggak dengan gue gue,gue mah tetap wangi!" Rania menjawab sambil mencibir.
"iyalah ga wangi gimana,baru jalan berapa langkah aja lo udah nyemprot in parfum mulu"ucap amara sambil tertawa ringan
Arga, Rangga, dan Aldi duduk sedikit berjauhan, berbicara tentang momen-momen di puncak dan rencana perjalanan selanjutnya. Aldi mendengar candaan itu dan ikut menimpali, "Kalau lo semua pahlawan, berarti gue harus jadi 'pahlawan yang terjatuh'. Gue udah jatuh lebih dari sekali."
"Pahlawan terjatuh dengan luka heroik!" Rangga menambahkan, menggoda Aldi.
"Heroik? Yang ada heroik-heroik yang lucu!" Aldi tertawa, mengangkat kakinya yang sakit. "Gue lebih mirip badut yang jatuh di tengah sirkus!"
Setelah beberapa saat, mereka sadar bahwa perjalanan belum berakhir. Mereka masih harus melanjutkan turun ke basecamp Ranu Pane. Dengan hati yang lebih ringan dan penuh kenangan, mereka mulai bergerak menuruni jalur. Langkah-langkah mereka mungkin berat karena kelelahan, namun semangat mereka tetap tinggi.
Saat perjalanan menuju Ranu Pane, mereka tidak lagi berbicara banyak, hanya menikmati sisa-sisa perjalanan terakhir ini dengan perasaan campur aduk. Lelah, bahagia, lega, dan juga sedikit sedih karena petualangan ini akan segera berakhir. Namun, mereka tahu, kenangan dari perjalanan ini akan selalu mereka bawa, dan persahabatan yang terjalin akan semakin kuat.
---
Setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan, mereka akhirnya tiba di basecamp Ranu Pane. Semua tampak kelelahan, wajah-wajah yang sebelumnya ceria kini tersirat lelah. Rania, yang sejak awal perjalanan berusaha keras untuk mengikuti ritme pendakian, kini hampir pingsan. Langkahnya semakin berat, dan detak jantungnya semakin kencang.
"Rania!" teriak Kayla, panik melihat temannya mulai limbung. mata rania terlihat mulai sayu.
Sebelum Rania sempat jatuh, Rangga sigap menangkapnya.
"rann lo gpp" tanya rangga berusaha menyadarkan rania yang sudah terlihat semakin lemah. Rania tidak bisa lagi bertahan, dan Rangga langsung mengangkatnya ke punggungnya dengan hati-hati.
"Jangan khawatir, gue bawa lo ke mobil," Rangga menambahkan, berusaha terdengar santai meskipun di dalam hatinya, dia merasa cukup khawatir. Dia tahu betapa sulitnya perjalanan ini bagi Rania.
"turunun ngga,gue masih kuat jalan" Rania berbisik, suaranya hampir tak terdengar. Rangga mengangguk, berusaha memastikan dia akan menjaga Rania dengan baik.
"Lo tenang aja. Kita semua udah sampai di sini. Sekarang saatnya istirahat," Rangga berusaha menenangkan Rania, meski dia sendiri merasa lelah. Teman-teman mereka yang lain mengikuti di belakang, merasa terharu melihat kepedulian Rangga.
"Coba lihat, Rania! Lo diselamatkan superhero," Aldi berkomentar, sambil tertawa kecil meskipun dia tahu situasi ini cukup serius. Dia tidak mau membuat suasana terlalu tegang, jadi candaan itu muncul sebagai cara untuk mengangkat semangat.
"Superhero atau bukan, yang penting dia ngangkat lo," Kayla menimpali, senyumannya terukir di wajahnya meski tetap khawatir.
Mereka mulai melangkah pelan menuju mobil, dan Rangga berusaha menjaga agar Rania tetap nyaman di punggungnya. Dengan setiap langkah, Rania merasa lebih tenang meskipun kelelahan masih membayangi. Teman-teman mereka membentuk barisan di belakang, saling memberi dukungan dengan senyuman dan kata-kata semangat.
Akhirnya, setelah melewati jalan setapak yang cukup panjang, mereka tiba di mobil. Rangga dengan hati-hati menurunkan Rania dan membantunya masuk ke dalam mobil. "Lo bisa duduk di sini dan istirahat. Kita pasti sampai dalam keadaan baik-baik saja," Rangga berkata, berusaha memberikan kepercayaan kepada Rania.
Rania hanya mengangguk lemah, terima kasih terucap dari bibirnya. "Makasih, Rangga. Gue bener-bener berusaha, tapi nggak tahu kenapa tubuh gue langsung drop."
rangga hanya membalasnya dengan senyuman kecil
Setelah semua masuk ke dalam mobil, suasana di dalam terasa lebih hangat. Mereka saling bercerita tentang pengalaman seru yang telah dilalui.
"Gue masih nggak percaya kita bisa sampai di puncak!" Kayla berkata, kegirangan.
"Ya, perjalanan ini memang bikin capek, tapi semua terbayar dengan pemandangan yang kita lihat di sana," Arga menambahkan, mengenang kembali saat mereka berdiri di puncak Mahameru, momen-momen haru dan tawa yang tidak akan terlupakan.
Aldi pun tidak mau ketinggalan. "Dan foto kita yang paling konyol, jangan lupa!" serunya, membuat semua tertawa. "Walaupun kaki gue pincang, tapi harus ada satu pose yang epic, kan?"
Dengan tawa yang mengalir, mereka semua tahu bahwa meskipun perjalanan ini telah menguras fisik mereka, pengalaman dan persahabatan yang terjalin selama pendakian akan selalu menjadi kenangan berharga yang tak tergantikan. Dengan perasaan campur aduk-kelegaan, kebahagiaan, dan sedikit kesedihan karena petualangan ini telah berakhir-mereka melanjutkan perjalanan pulang, siap untuk mengingat setiap momen yang telah mereka lalui bersama.
~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Mahameru
Teen Fictionenam sahabat memutuskan untuk melakukan pendakian menuju puncak Mahameru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Masing-masing dari mereka memiliki alasan yang berbeda untuk mengambil langkah berani ini. Dalam perjalanan menuju puncak, mereka tidak hanya m...