11| perhatian kecil

23 5 0
                                    

Saat berjalan, Rania berjalan berdampingan dengan Amara, yang penuh semangat. "Gimana, Ran? Siap untuk sampai ke puncak?" tanya Amara, senyumnya cerah. Rania mengangguk, walaupun rasa lelah mulai menghampiri. "Siap! Tapi gue masih butuh lebih banyak foto untuk dibagikan di sosial media," jawabnya sambil tertawa, berusaha mengalihkan perhatian dari kelelahan yang dirasakannya.

Setelah beberapa waktu, mereka melewati area terbuka yang memberikan pandangan luas ke lembah di bawah. Pemandangan yang spektakuler membuat mereka terhenti sejenak. "Wow, lihat itu!" seru Aldi sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah pemandangan. "Seolah-olah kita terbang di atas awan!"

Mereka semua terdiam, terpesona oleh keindahan alam yang menakjubkan. Rania mengeluarkan kameranya dan mulai memotret, berusaha menangkap setiap sudut keindahan yang ada di depan matanya. "Ini akan menjadi salah satu kenangan terbaik kita," katanya dengan semangat. Dalam pikirannya, Rania berharap bisa mencetak momen ini dalam ingatannya selamanya.

Rangga tetap di belakang, memperhatikan Rania yang begitu antusias. Dia merasa ada daya tarik dalam cara Rania menikmati setiap momen. Meskipun ia tidak menunjukkan ekspresi, ada rasa ingin tahu yang tumbuh di dalam dirinya.

Setelah beberapa jam berjalan, mereka tiba di sebuah tempat peristirahatan kecil yang dikelilingi oleh semak-semak dan bunga liar. Beberapa pengunjung lain juga terlihat beristirahat di sana, berbagi cerita tentang perjalanan mereka. Aldi memutuskan untuk mengambil beberapa makanan ringan dari ranselnya. "Siapa mau cemilan?" tanyanya, menyodorkan snack kepada mereka.

Amara mengambil sepotong sambil tersenyum. "thanks, Al! Ini jadi penyemangat sebelum kita melanjutkan perjalanan." Sementara itu, Rania mengambil waktu sejenak untuk melihat sekeliling, merasakan ketenangan yang menyelimuti tempat itu.

Tiba-tiba, aldi mendekat dan berbisik kepada Rania, "gue rasa ada sesuatu antara lo dan Rangga. " Rania terkejut mendengar itu. "Maksud lo?" tanyanya, mencoba menyembunyikan rasa paniknya. aldi hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, "gue hanya merasa kalian berdua punya chemistry." Rania menatap Rangga yang sedang berdiri jauh, dan merasakan hatinya berdebar.

Setelah beristirahat cukup lama, mereka melanjutkan perjalanan. Jalur yang mereka lewati semakin menanjak, dan udara mulai terasa lebih dingin. Rania mencoba untuk tetap positif, meskipun kelelahan mulai menghampirinya. Dia tidak ingin menunjukkan kepada teman-temannya bahwa dia mulai kewalahan.

Jalan setapak di depan mereka semakin sempit, dikelilingi oleh pepohonan lebat dan semak-semak yang kadang menghalangi pandangan. Suasana semakin misterius dan menantang. "Ayo, kita teruskan. Kita hampir sampai!" seru Rangga, suaranya terdengar penuh semangat. Semua mengikuti, terinspirasi oleh keteguhan hati Rangga.

Setelah beberapa saat menanjak, mereka mendengar suara gemericik air. Rania merasa penasaran. "kayak suara air? Ada sungai di dekat sini?" Dia bertanya sambil berusaha mendengar lebih jelas.

Amara mengangguk, "Sepertinya. Ayo kita cek!" Mereka berjalan menuju suara tersebut dan menemukan sebuah aliran kecil yang jernih, airnya berkilau tertimpa sinar matahari. Aldi segera mengambil air dengan telapak tangannya dan meminumnya. "Segar banget!" serunya. Rania mengambil kesempatan untuk mengisi botol minumnya dengan air dari aliran tersebut.

Setelah cukup beristirahat dan bersenang-senang dengan air, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba, awan gelap mulai menyelimuti langit, dan angin bertiup lebih kencang. Rangga memperhatikan perubahan cuaca dengan serius. "Kita harus cepat, jangan sampai terjebak hujan di sini," katanya.

Mereka semua mempercepat langkah, berusaha menaklukkan tanjakan terakhir menuju Kalimati. Rania merasakan napasnya mulai memburu, tetapi semangatnya tidak pudar. "Hanya sedikit lagi, Rania. Kita bisa melakukannya," bisiknya pada diri sendiri.

Dengan setiap langkah, rasa lelah semakin menyiksa, namun ada harapan yang terus membara dalam diri mereka. Rangga, yang berada di depan, berhenti sejenak untuk memastikan semua anggota kelompok tidak tertinggal. Dia melihat Rania yang tersisa sedikit di belakang dan memberikan senyuman kecil, seolah-olah berkata, "semangat."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan penuh semangat, meskipun langit semakin gelap. Saat mereka mendekati Kalimati, aroma tanah basah mulai tercium, menandakan hujan yang mungkin segera datang. "Kita harus sampai sebelum hujan," kata Amara, berusaha menyemangati teman-temannya. "gue ingin melihat matahari terbenam dari sini."

Dengan langkah mantap, mereka terus berjalan. Rania menggenggam ranselnya lebih erat, merasa ada kekuatan baru yang muncul dalam dirinya. "Hanya beberapa menit lagi," pikirnya, berusaha memfokuskan pikiran pada keindahan yang akan mereka lihat di puncak.

Di tengah-tengah perjalanan, ketika mereka melewati tanjakan yang cukup terjal, Amara sempat hampir terpeleset. Refleks, Arga dengan cepat meraih tangannya, membantu menjaga keseimbangannya. "Hati-hati, Mar. Jalannya mulai licin," ucapnya penuh perhatian.

Amara merasa jantungnya berdegup sedikit lebih cepat saat merasakan genggaman tangan Arga. "thanks ga " katanya sambil tersenyum kecil

~~

Langit MahameruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang