22

1 1 0
                                    

Halo

🍂

"Mel! Lo dari mana aja?!", ucap Laura sambil menepuk pundak Amelia yang baru sampai di depan rumah.

Gadis itu berbalik badan membuat kedua sahabatnya ini kaget.

"Mel?.. kenapa? Kok mata Lo sembab gini?", tanya Jesi sambil melihat wajah Amelia.

"Cerita sama gw Mel", ucap Jesi lagi.

Tak lama Amelia menangis membuat kedua sahabatnya panik bukan main, apa yang membuat Amelia menangis?.

"Kenapa nangis? Cerita sama gw, siapa yang jahatin Lo".

Gadis itu tak menjawab, ia malah memberikan dua surat ke Jesi dan Laura.

Jesi dan Laura kemudian perlahan membaca isi surat itu, mereka juga sepertinya kebingungan dengan isi surat itu.

"Kok bisa? Bukannya biru?", ucap Laura.

"Lo nemuin ini di mana?", tanya Jesi sedangkan Laura mengelus pundak sahabatnya.

"Di taman, ada anak kecil yang bilang kalo ada cwo yang kasih ini".

"Ya tuhan..".

"Karena penasaran gw cari tau dan nemuin dia, gw kira itu biru tapi ternyata bukan".

Jesi yang melihat raut wajah Amelia langsung memeluknya bersama dengan Laura, pelukan itu membuat Amelia merasa nyaman.

"Sttt.. udah udah..", ucap Jesi mencoba menenangkan Amelia.

Jesi melepas pelukannya dan kemudian mengusap air mata Amelia dengan lembut layaknya seorang ibu yang menguap lembut pipi putihnya yang sedang menangis.

"Sabar ya, mungkin itu cuma halusinasi Lo aja".

Laura Hany terdiam sambil memegangi surat di tangannya, jika seperti ini memang hanya Jesika yang mengerti.

"Tapi, kenapa dia bisa tau kalo gw lagi mikirin orang yang udah meninggal?".

"Mungkin kebetulan aja, udah.. jangan dipikirkin lagi ya..".

"Gw berharap itu biru".

"Mel, biru kan udah ga ada, Lo harus terima kenyataan ini walau pahit.. kita ada di sini kok kita ini sahabat Lo dan akan selalu begitu", ucap Laura sambil tersenyum.

"Makasih", ucap Amel sambil memeluk kedua sahabatnya dengan erat.

Amelia sangat beruntung memiliki dua sahabat seperti Jesi dan Laura, mereka selalu ada di saat Amelia butuh dan sebaliknya.

"Sayang ini kenapa?", tanya vino yang baru sampai membuat pelukan mereka terhenti.

"Gapapa".

"Sayang! Liat", ucap Gilang sambil membawa satu bunga tanpa tangkai di tangannya.

"Sini aku pakein".

Gilang mendekat kearah telinga Jesi dan memasangkan bunga itu di dekat telinganya sedangkan Amel hanya terdiam.

"Cantik", ucap Gilang menoel hidung Jesi membuat Jesi tersenyum malu-malu.

cantik.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang