20. sesuatu yang membingungkan

14 4 0
                                    

"Udah lima menit. Gue mau masuk!"

Rena berdecak sebal dalam pelukannya pada Reno. Tapi tak urung dia tetap menurut. Menjauh dari dada bidang Reno yang kini bajunya sudah basah oleh air mata Rena.

"Pelit banget lo, ah. Cuma lo yang bisa gue peluk sekarang!"

Setelah keluar dari rumah sakit, Rena tak berujar sepatah kata pun pada Reno mengenai apa yang membuatnya kehilangan hampir seluruh tenaga dan wajah memerah sembab. Rena cuma meminta Reno segera membawanya pergi dari rumah sakit. Di perjalanan, ketika Rena yang senantiasa banyak omong pun tiba-tiba jadi pendiam. Saat motor Reno sampai di toko Mama, baru Rena mau bicara sambil meminjam tubuh Reno lima menit buat dia peluk.

"Baju gue udah banjir begini masih belum cukup?"

"Kan gue belum puas!"

"Bodo amat!"

Reno langsung pergi setelah menoyor kepala Rena. Mereka sengaja mampir ke Cakes Time buat membantu Mama. Soalnya, sewaktu mereka datang buat mengambil titipan Mama, toko lagi hectic karena banyak pesanan dan pembeli. Jadi Rena mengajak Reno ke sini karena tak tega melihat Lina dan pegawainya kewalahan.

Begitu masuk, pemandangan toko yang lumayan ramai dengan pengunjung mayoritas remaja perempuan langsung tertangkap netra. Kehadiran Reno di sana cukup menonjol. Banyak pasang mata di sana yang otomatis menoleh dan terang-terangan menatap. Bola mata Rena menggulir jengah. Penglarisnya sudah datang.

"Eeehhh, ada keponakan Tante. Kebetulan banget di sini lagi riweuh." Salah satu pegawai yang sekaligus merupakan adik Lina itu menghampiri. Wanita itu mengulurkan tangan untuk disalami keponakannya secara bergantian. "Ren, kamu jadi penglaris di sini aja, ya. Bantu-bantu layanin pelanggan. Tuh, rame banget!" Dia menunjuk deretan etalase yang dikelilingi pengunjung.

"Ren yang mana, Tan?" tanya Rena bingung. Tante tidak menyebutkan nama dengan jelas.

"Reno, dong! Kamu ikut Tante ke belakang, yuk!" Tante menggandeng tangan Rena, menggiringnya ke bagian belakang toko di mana kue-kue itu dibuat. Tapi baru dua langkah, wanita itu berhenti lagi. Berbalik menghadap Reno karena Reno tak kunjung beranjak. "Tunggu apa lagi, Reno? Cepet ke sana, tuh! Bantuin mbak-mbaknya."

Reno berdecak. Sebetulnya dia lebih suka membantu di dapur walaupun pekerjaan di sana lebih melelahkan. Dia tak suka berurusan dengan banyak orang, apalagi perempuan. Namun mau tak mau dia tetap beranjak dari sana. Menghampiri pengunjung untuk membantu mengarahkan mereka. Tasnya dia titipkan pada Rena untuk disimpan di belakang.

"Nih, ini adonan cake roll, kamu tuang ke loyang tipis-tipis. Harus rata!"

"Iya Tanteee!" Rena berujar jengah, tangannya sibuk mengikat tali apron di belakang punggung biar seragamnya tak terkena adonan.

"Oke, good! Kalau udah semua langsung dibawa ke tante."

Rena menggumam buat menanggapi. Mama punya empat pegawai, satu sebagai kasir, yang tiga bertugas membantu Mama di dapur. Sekarang Mama lagi membuat adonan menggunakan mixer besar, makanya waktu melihat Rena datang, Mama cuma melihatnya sebentar dan mengatakan bila Rena bisa membantu mencetak adonan.

Sementara itu Tante bertugas di bagian panggangan, mengawasi kue-kue yang dipanggang dalam oven besar sambil sesekali membantu mencetak adonan. Lalu pegawai satu lagi kebagian menimbang bahan dan menghias kue yang sudah selesai dipanggang.

Rena menuang adonan roti gulung itu dengan hati-hati biar tak sampai bercecer ke mana-mana. Setelahnya ia ratakan pakai spatula biar ketebalannya sama. Ponsel Rena di letakkan di depannya buat memutar musik supaya makin semangat kerja. Volumenya kecil, tak mau mengganggu yang lain.

FOOLAFFAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang