22. bertemu bunda

9 0 0
                                    

"Lo kenapa belum ngerjain tugas bagian lo? Rena udah selesai nyari materi, njir. Tinggal nunggu tabel laporan." Alurra yang lagi duduk sila di karpet bulu itu menatap kesal pada Jastara yang dari tadi cuma menopang dagu dengan posisi tengkurap memperhatikan buku.

Jastara yang masih pada posisinya itu mendongak sebentar, "Tenang aja, Al. Tugasnya lagi gue pertimbangin ini."

"Pertimbangin apaan?"

"Pertimbangin kapan gue mau mulai ngerjain."

Jawaban itu sontak membuat Jastara mendapat geplakan maut di belakang kepala dari Renan. "Monyet, lo! Gue mau bikin PPT-nya, jancuk!"

"Bajingan. Selo, sat! Iya ini gue kerjain elah, mau dibikin grafik apa tabel?" Jastara bangkit sambil mengusap kepala yang terasa nyut-nyutan.

Rena yang sekarang lagi mengerjakan tugas matematika itu menyahut, "Grafik aja biar estetik."

"Oke, bentar."

Alurra manggut-manggut, lalu menggeser tubuhnya buat mendekati Rena sambil membawa catatan matematika.

Rena, Alurra, Jastara, dan Renan saat ini tengah berada di kediaman Alurra. Mereka ada kerja kelompok untuk mata pelajaran olahraga yang akan dipresentasikan besok. Kelompok mereka kebagian tema 'Dampak olahraga terhadap kesehatan mental dan fisik siswa' yang butuh survey sebagai bahan dasar.

Sebetulnya tugas ini sudah dari minggu kemarin, cuma Alurra yang kebagian membuat kuesioner itu sok sibuk banget, otomatis penyebarannya juga jadi telat. Kemarin data yang dibutuhkan baru bisa kekumpul. Tapi karena Alurra ada rapat OSIS, mereka baru bisa mengerjakan sekarang.

"Tuh guru kesambet apaan, sih, anjir? Bisa-bisanya olahraga disuruh presentasi!" omel Jastara yang sekarang sudah bersila dengan laptop di hadapannya.

"Ini namanya olahraga otak, bahlul! Begitu aja kagak paham," sahut Renan. Kini lelaki itu duduk di sebelah kanan Rena. Jadi posisinya Rena ada di tengah-tengah Alurra dan Renan, sementara Jastara duduk sendirian di depan ketiganya.

"Mana ada sistem kek gitu, nyet! Namanya aja pendidikan jasmani."

"Tinggal kerjain aja kenapa, sih? Udah dikasih tugas paling gampang juga, protes mulu!" Rena menatap garang pada Jastara yang seketika cengengas-cengenges.

"Eh, Al. Lo paham soalnya, nggak?" tanya Renan yang melihat Alurra hanya sibuk menyalin jawaban dari buku Rena.

"Paham," Alurra mengangguk-angguk. "Paham kalau gue nggak ngerti!"

Renan tergelak. "Sama! Gue juga nggak ngerti kenapa gue nggak paham."

Kemudian dua manusia itu tertawa bersama. Membuat Rena mendengkus karena akhirnya Renan juga ikut-ikutan menyalin jawaban tugas matematikanya.

"Eh, Ren. Gue mau nanya, nih."

"Nanya apaan?" balas Rena seraya membuka tutup botol minum. Soal-soal matematika itu bikin dia serasa dehidrasi padahal beberapa menit lalu dia sudah minum.

"Lo udah putus dari cowok lo, 'kan? Kelas sepuluh ada yang naksir lo katanya. Anaknya tajir, Ren! Bapaknya punya restoran gede ala-ala Korea gitu, lah. Gampang kalo mau lo porotin." Renan berujar santai seraya menaik-turunkan alis, memandangi Rena yang jadi tersedak karena ucapannya. "Eh, buset! Pelan-pelan, napa."

Alurra yang melihat Rena kesakitan karena tersedak bukannya bersimpati malah mengimbuhi, "Oh iya! Lo pada tau Jaidan, 'kan? Ketos yang mukanya serem itu. Dia juga suka Rena, njir! Lo tau, nggak, Nan? Tiap ada acara mesti dia nyuruh konsumsinya beli ke tokonya Tante Lina. Mana beli konsumsi, kan, harusnya job desk anak konsumsi, tapi setiap ke toko Tante Lina pasti dia sendiri yang ke sana. Tante Lina sampe hapal muka dia!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FOOLAFFAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang