16. kala egois

32 16 0
                                        

Rena berjalan dengan penuh semangat di lorong depan kelas. Upacara hari ini dia selamat. Rena berhasil bertahan hingga akhir. Kini alasannya terlambat masuk kelas bukan lagi karena dia mengisolasi diri di UKS. Walaupun pada akhirnya Rena tetap harus mengunjungi ruangan itu, tapi sekarang alasannya berbeda.

Tadi Rena ke UKS karena Rajev mengajaknya bertemu di sana. Lelaki itu memberikan dua buah paper bag yang salah satunya titipan untuk Lavi. Sementara yang satu lagi Rajev berikan untuk Rena, katanya sebagai ucapan terima kasih karena selama ini Rena telah menjadi perantara dirinya dengan Lavi.

"Loh, gue dapat juga?" tanya Rena ketika Rajev bilang jika paper bag warna biru yang sudah berada di genggaman Rena itu Rajev berikan khusus untuknya.

Rajev mengangguk seraya tersenyum. Senyuman yang mampu memunculkan cekungan di kedua pipinya. "You deserve it, Ren. Nggak tau diri banget kalo gue cuma bilang makasih setelah gue ngerepotin lo hampir dua tahun."

"Berarti ini fiks lo berhenti ngejar Lavi?"

Kali ini Rajev kembali mengangguk, gerakannya lebih mantap dari sebelumnya. Tak ada keraguan yang Rena rasakan walaupun hanya secuil. Rajev benar-benar ingin mengakhirinya.

Meski endingnya tak sesuai harapan, setidaknya atas bantuan Rena, Rajev bisa berinteraksi dengan Lavi.

Bagi Rajev, itu sudah cukup. Ia bisa membantu Lavi, memberikan sesuatu yang Lavi inginkan, dan tentu saja berdekatan dengan Lavi lebih lama. Sebab, Lavi selalu menghindar ketika ia mencoba mendekati gadis itu seorang diri tanpa adanya Rena.

Jadi, memang sudah sepantasnya ia memberikan hadiah untuk Rena.

Rajev sadar, mungkin saat ini sudah saatnya untuk berhenti. Dua tahun sudah cukup untuknya mengejar Lavi. Saat dia tahu Lavi dekat dengan anak kelas 10, saat itu pikirannya benar-benar terketuk, bahwa memang bukan dia yang Lavi inginkan, dan mungkin takkan pernah diinginkan.

Bagaimana mungkin ia yang sudah melakukan banyak hal, kalah begitu saja dengan anak yang belum lama Lavi kenal? Rajev kecewa. Namun, itu hak Lavi. Siapa tahu Kala memperlakukan Lavi lebih baik darinya. Dia juga tak bisa memaksa Lavi untuk memilihnya. Jadi memang lebih baik dia berhenti. Meskipun ia tahu akan sulit untuknya menghapus perasaan buat Lavi, Rajev akan mencoba.

Lalu, ini adalah langkah pertamanya. Berhenti berusaha mengambil perhatian Lavi dengan membelikan apa yang gadis itu inginkan. Meskipun Rajev tidak keberatan mengeluarkan uang untuk Lavi, tetap saja ia takut membuat Lavi risih.

"Lavi!" sapa Rena dengan sumringah begitu sampai di ambang pintu. Ia bahkan tak sabar untuk menunggu hingga dia sampai di tempat duduknya dengan Lavi. "Lihat, gue bawa apa!" sambungnya ketika sudah tiba di hadapan Lavi.

Netra Lavi menatap bingung dua paper bag mini di atas meja, meski dia sudah tahu asalnya, tapi logo merek di kedua paper bag tersebut membuatnya bertanya-tanya. Masa Rajev membelikannya perhiasan? Dari brand besar pula. Apa mungkin itu hanya paper bag-nya?

"Dari Rajev?"

Rena mengangguk semangat. "Coba, deh, lo buka terus lihat isinya apaan. Gue penasaran sama isinya." Sebab Rena belum sempat mencari tahu benda di dalam paper bag mahal itu. "Nih, punya lo yang ungu!"

Masih dengan perasaan bingung, Lavi menerima uluran Rena. Ia mengambil kotak kecil berwarna ivory dengan sedikit aksen perak di tutupnya dari dalam paper bag. Ketika tutup ia buka, matanya sontak terbelalak melihat benda yang ada di genggamannnya itu.

Sebuah kalung emas dengan liontin mutiara yang dibingkai rambatan bunga emas singgah di dalam kotak ivory tersebut. Dengan mulut masih menganga tak percaya, Lavi menunjukkan kalung itu pada Rena yang sama cengonya.

FOOLAFFAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang