15. tentang haga

21 8 0
                                    

Lina itu termasuk ibu rumah tangga yang aktif, bukan tipe ibu-ibu yang betah lama-lama di rumah. Maka dari itu, setelah kedua anaknya tak lagi bergantung padanya dan mampu melakukan segalanya sendiri, ia menjalankan sebuah bisnis cake shop sebagai kesibukan.

Cakes Time, merupakan sebuah ide random dari Rena yang waktu itu masih menjadi siswi tingkat akhir sekolah dasar, yang kemudian Lina pilih sebagai nama cake shop-nya sebab ia pun tak ada ide lagi selain menggabungkan nama kedua anaknya.

Awalnya ia akan menggunakan nama 'Zaphyr Cake' yang merupakan hasil kombinasi antara Zareno dan Zephyra. Sayang sekali Reno menentang, bocah itu bilang nama yang ibunya pilih terlalu aneh untuk diucapkan. Jadilah Lina memutuskan untuk menggunakan ide Rena saja.

"Kalo semuanya udah dikasih keju langsung dimasukin oven ya, Ren. Suhunya 160 derajat aja," titah Lina dengan tangan yang sibuk membulat-bulatkan adonan, sebelum kemudian diserahkan ke Reno untuk ditaburi keju.

"Oke, Ma." Reno membalas sambil merapikan remahan keju yang berjatuhan di atas loyang. Setelahnya, loyang berisi biskuit itu Reno masukkan dalam panggangan dengan suhu sesuai arahan Lina. "Biar Reno yang lanjutin. Mama istirahat aja," ujarnya, tak tega melihat Lina masih berkutat di dapur usai hari yang panjang di toko.

Sebetulnya ketika Lina mengajaknya membuat biskuit keju ini, Reno sempat menolak karena tak mau ibunya kelelahan. Seharian ini Lina telah mengurus toko sejak pagi dan baru pulang pukul tujuh. Seharusnya sehabis membersihkan diri, Lina langsung istirahat, bukannya mengajak Reno berkutat di dapur.

Namun, nampaknya stok energi Lina masih terlampau banyak sehingga dia tak mau mendengar perkataan putra kesayangannya itu.

Wanita itu tertawa singkat, lantas membalas, "Lebay kamu, Ren. Bikin kue tuh hobi Mama, mau bikin sebanyak apa pun Mama tetep enjoy. Lagian tinggal dikit ini, paling seloyang lagi."

"Tapi kalo cape bilang ya, Ma?"

"Amann, sayang...."

Reno tak menanggapi lagi. Kali ini merapikan dapur serta mencuci peralatan yang sudah tak diperlukan untuk meringankan pekerjaan Lina.

Sembari mencuci, sesekali Reno memeriksa layar ponsel, memastikan ada pesan masuk dari Rena atau tidak. Namun, sudah sejak pukul setengah delapan sejak Lina mengajaknya ke dapur hingga kini hampir jam sembilan malam, Rena bahkan belum membaca pesannya. Apa yang dilakukan Rena sampai selarut ini pun gadis itu belum tiba di rumah? Membuka chat-nya pun tidak.

"Kamu mau Mama beliin apa, Ren?" tanya Lina mengalihkan perhatian putra sulungnya dari ponsel.

"Nggak ada. Reno cuma mau bantu Mama."

Lina melirik punggung tegap Reno tak terima. "Harus ada! Kamu udah repot-repot gini masa nggak dapat apa-apa. Gimana, sih."

Lelaki itu memutar bola mata malas, "Reno, kan, dapat biskuitnya, Mama gimana, sih?" balasnya mengikuti Lina.

Wanita itu mendelik. Untung ini Reno, jadi dia maafkan meskipun bocah itu sudah menirukan gaya bicaranya. "Ya udah, kalo nggak mau, Mama kasih uang aja, ya? Kali ini harus mau!"

"Terserah Mama."

"Oke. Nominalnya terserah Mama!"

Reno bergumam untuk merespons.

Memang bukan hal aneh lagi kalau Reno selalu ditawari dibelikan sesuatu usai membantu Lina, tak peduli bantuan Reno itu atas paksaan atau inisiatif sendiri. Makanya tidak heran bila uang simpanan Reno lebih banyak dari Rena.

FOOLAFFAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang