07. angry reno

45 24 8
                                        

Karena kejadian kemarin malam, Rena jadi menyesal telah membeli sepatu yang sama dengan Kala. Sebab, setiap matanya menatap pada sepasang sepatu tersebut, pikiran Rena secara otomatis langsung teringat pada lelaki itu.

Seharusnya kemarin dia tidak perlu memedulikan Kala. Mau Kala bertengkar dengan Haga sampai matahari terbit dari barat pun, seharusnya dia memilih pergi saja daripada endingnya dia yang harus memisahkan mereka kemudian mencetuskan ide sepatu kembar tiga.

Beruntungnya, kemarin Haga betul-betul mengantarkannya sampai depan pagar rumah. Atau kalau tidak, rasa antipatinya pada sepatu itu akan semakin menjadi, dan bisa saja dia nekat menjual kembali sepatu tersebut.

"Gimana caranya gue move on kalo sepatu aja masih kapelan gini?" Bibir Rena mendumel nelangsa tanpa henti. Sepatu itu dia lempar asal ke atas meja belajar, sementara dirinya bertolak ke arah kamar mandi buat membersihkan diri.

Sebetulnya Rena baru bangun tidur, tapi ketika dia lagi mengambil handuk untuk dibawa ke kamar mandi, matanya tak sengaja menubruk kardus sepatu yang dia beli kemarin. Sepatu itu terlalu menarik perhatiannya. Hingga dia menunda sebentar niat mandinya buat sekadar membolak-balikan benda berwarna hitam itu walaupun ujung-ujungnya dia banting ke meja.

"Lo habis beli sepatu, Kak?" Tiba-tiba suara Reno terdengar dari luar. Rena yakin bocah itu sedang berada di sekitaran meja belajarnya, karena arah suara Reno memang terdengar dari sana.

"Iya!" jawab Rena dari dalam. Dia masih belum selesai dengan acara mandinya, jadi tidak bisa keluar untuk menemui Reno. Lagi pula aneh sekali Reno sudah ke kamarnya pagi-pagi begini.

Setelah itu, Rena tak lagi mendengar suara Reno. Hanya ada suara gemercik air dari shower yang dia gunakan. Dia pikir, Reno sudah pergi. Tapi tak lama kemudian suara lantang lelaki itu kembali menyerobot indra rungunya.

"Buat gue, ya!"

"Apanya?!" Rena balas berteriak, takut suaranya kalah dengan bunyi guyuran air.

"Sepatunya, lah, dodol!"

"Emang sepatu lo kenapa?!"

Di luar, Reno berdecak. Mendekatkan diri dengan berdiri di depan pintu kamar mandi persis supaya tidak perlu teriak-teriak. "Gue mau yang baru."

"Sepatu lo juga baru beli beberapa hari, anjir!"

"Pelit, lo! Lo mau nyaingin Aladdin make sepatu kegedean?"

Rena yang lagi mengusapkan sabun di tubuhnya turut berdecak. Bukannya dia tak mau memberikan sepatu itu pada Reno. Hanya saja, bagaimana nasibnya nanti kalau Reno tahu sepatunya kembaran dengan Kala? Reno pasti akan menghujatnya habis-habisan.

Tapi di sisi lain, sepatu itu terlalu besar untuknya. Kemarin stok untuk ukuran yang lebih kecil lagi kosong, yang ada tinggal ukuran buat manusia bongsor seperti Haga dan Kala. Makanya Rena berakhir membeli sepatu jumbo ini demi Kala.

Kebetulan, ukuran sepatu Haga, Kala, dan Reno serupa. Sebab tinggi ketiganya juga tak begitu berbeda. Apa dia lebih baik merelakan sepatu itu pada Reno?

"Ya udah, sana ambil!" Kalau Reno menghujat, dia tinggal tutup kuping.

"Dari tadi, kek!"

Rena tak lagi menanggapi. Terus-terusan mengobrol sambil mandi bikin dia hampir kembung meminum air yang keluar dari shower.

Namun sialnya, meski sudah berikrar untuk menutup telinga kalau Reno benar-benar mengamuk, perasaan Rena tetap tidak tenang. Hatinya yang lagi galau ini belum siap tersakiti lagi dengan hujatan-hujatan Reno nantinya.

Yah, tapi siapa peduli.

***

Saat ini seharusnya jadwal kelas Rena adalah Bahasa Indonesia. Namun, karena Bu Nadin lagi ada tugas lain, kelasnya hanya diberi tugas untuk mengerjakan soal kemudian mengumpulkannya. Lantaran soal yang Bu Nadin beri hanya terdiri dari 10 pertanyaan, Rena serta anak-anak sekelasnya bisa menyelesaikan dalam waktu singkat. Sementara untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, waktunya adalah dua jam. Maka dari itu, sisa waktu yang kosong digunakan anak 12 IPA 2 untuk bersantai.

FOOLAFFAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang