09. kala's words

37 11 0
                                    

Sepertinya Haga suka berlama-lama dengan Rena. Makanya setelah membawa Rena ke tukang cukur, bukannya mengantar Rena pulang laki-laki itu malah mengajak Rena membeli perlengkapan MPLS besok. Jadinya dia baru memulangkan Rena ketika waktu lagi mepet-mepetnya dengan Maghrib.

Rena juga tidak menolak. Sebab dengan ini Reno pasti akan percaya kalau Rena benar-benar kerja kelompok. Nampaknya sehabis ini dia harus mentraktir Haga sebagai ucapan terima kasih karena telah membantunya lepas dari Reno.

"Thanks. Sering-sering, ya, Ga!" ucap Rena tak tahu diri ketika kakinya sudah benar-benar mendarat di jalan depan komplek.

Rena sengaja meminta Haga menurunkannya di sini. Dia khawatir kalau misalkan Haga mengantarnya hingga depan rumah, kebohongannya akan disadari Reno karena alih-alih Rajev, yang Reno lihat justru Haga. Terlebih lagi Reno pasti tahu kalau Haga merupakan sahabat dekat Kala.

"Tadi yang panik dikira selingkuh sama temen pacar sendiri siapa?" sindir Haga dengan wajah teramat julid.

Kalau bukan karena Haga sudah membantunya hari ini, Rena pastikan mulut Haga sudah dia pukul keras-keras.

Rena tersenyum lebar dengan amat dipaksakan. "Nggak tau, gue nggak kenal."

"Nggik tii, gii nggik kinil!"

"Ck!" Rena berdecak. "Pokoknya makasih!"

"Ye."

"Makasih, Haga!"

"Iya, anjir."

"Makasih!"

Haga mendengus. "Sama-sama!"

Seusai mendengar Haga mengucapkan kata demikian, senyum Rena akhirnya timbul. Gadis itu tak lagi mengucapkan kata 'terima kasih' berulang-ulang sebab tujuannya memang menunggu Haga bilang 'sama-sama'.

"Oke, see you!" Kali ini Rena benar-benar pergi meninggalkan Haga bersama motornya.

Haga memandang punggung Rena sambil menyunggingkan senyum kecil, hingga raga gadis itu menghilang setelah memasuki gerbang rumah yang tak jauh dari tempatnya singgah.

Sejauh mengenal Rena, Haga tak pernah menemukan celah di mana ia berpikir, 'oh, pantes aja Kala selingkuh'. Dia tak merasa ada yang aneh dengan Rena. Bagi orang luar, Lavi mungkin lebih baik. Namun, apa mereka tidak berpikir tentang Lavi yang mengkhianati Rena? Baginya Rena tetap lebih baik.

Sambil menaikkan standar motornya, Haga terkekeh pelan. Apabila Kala tak dapat memperlakukan Rena dengan baik, biar dia yang melakukan hal tersebut. Lagi pula, dia nyaman bersama Rena.

Tak butuh waktu hingga lima menit, Rena sudah tiba di depan pintu kamar rumahnya. Ia sempat berpapasan dengan Lina di ruang tamu, akan tetapi wanita itu hanya memerintahkannya untuk segera mandi dan berganti baju tanpa bertanya habis dari mana. Rena menduga kalau Reno sudah melaporkan ke Lina kalau dia pergi kerja kelompok.

"Lo bohongin gue?"

Rena sontak terperanjat begitu suara Reno tiba-tiba terdengar ketika dia baru selesai mengunci pintu kamarnya. Ia berbalik cepat, dan semakin terkejut lantaran rupanya Reno benar-benar ada di dalam kamarnya sambil bersedekap, memandangnya penuh tuntutan.

"Kenapa lo di sini?" tanya Rena sambil menyampirkan tas pada gantungan yang tersedia.

"Lo lupa ngunci pintu balkon." Reno menjawab tak acuh seraya membanting tubuh pada kasur kakaknya.

Rena manggut-manggut percaya. Jawaban Reno merupakan kemungkinan paling mungkin yang menjadi alasan lelaki itu dapat masuk kamarnya. Pintu kamar dan balkon selalu dia kunci ketika sekolah. Namun pagi ini kelihatannya dia lupa tak mengunci pintu balkon. Berhubung balkon kamarnya terhubung dengan balkon kamar Reno, baik dia maupun Reno dapat memasuki kamar satu sama lain selama pintu balkonnya tidak dikunci.

FOOLAFFAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang