13. he knows

42 16 0
                                        

Rena merasa hidupnya begitu tidak adil. Mengapa dia selalu merasa bersalah ketika membalas perilaku jahat orang lain yang membuatnya sakit hati? Padahal dia hanya memperlakukan mereka seperti mereka memperlakukannya. Namun dia menjadi sangat tidak tenang karena terus dihantui perasaan bersalah.

Akhir-akhir ini, Kala sering membatalkan janji dengannya atau tak jarang pula mengabaikan Rena karena alasan yang sudah pasti tidaklah nyata. Tapi ketika Rena turut bertingkah seperti Kala, mengapa perasaan menyebalkan itu mengganggunya?

Hari ini Kala mengajaknya pulang bersama, tapi untuk pertama kali Rena menolak dengan alasan yang sama sekali tidak benar. Rena bilang kalau dia dijemput. Padahal faktanya dia pulang bersama Reno. Sialnya gara-gara kebohongan itu Rena jadi terus-terusan merasa bersalah pada Kala. Padahal sepertinya Kala saja tidak memedulikan perasaannya saat laki-laki itu berbohong.

Lalu sorenya Kala tiba-tiba datang ke rumah, untung waktu itu Reno lagi tidur dan mamanya juga sedang di rumah tetangga. Jadi tak perlu ada sesi tanya jawab karena kehadiran Kala. Pasalnya sudah bukan rahasia lagi kalau Reno itu kemusuhan dengan Kala, bisa-bisa Kala diusir dengan tak terhormat jika Reno tahu.

Saat ini, Kala tak mengajak Rena ke Asteria Café seperti biasa. Lelaki itu mengajak Rena ke danau buatan yang memang sering dijadikan tempat untuk muda-mudi mencari ketenangan.

Suasana di danau buatan ini agak ramai, seperti biasa. Tapi keramaian tersebut tak lantas membuat tempat ini terasa sesak karena di sekelilingnya banyak sekali pohon-pohon rindang serta rerumputan Jepang yang menyelimuti tanahnya. Membuat tempat ini tetap terasa damai dan sejuk.

Apalagi dengan banyaknya tanaman teratai yang terapung-apung di atasnya serta kawanan angsa yang tengah membersihkan diri di tepian danau, menambah kesan estetis tempat ini. Meningkatkan ketertarikan setiap pasang mata untuk terus memandanginya tanpa mau berpaling barang sebentar saja.

"Kamu kenapa bohongin aku, Na?"

Lama terdiam, Kala tiba-tiba bersuara dengan mata yang tetap tertuju pada rombongan angsa putih bersih di depannya. Sementara Rena yang merasa tertuduh dengan kalimat itu pun mengernyit sambil menatap wajah rupawan Kala dari samping.

"Bohong? Soal apa?"

"Kamu bilang hari ini dijemput, tapi aku lihat kamu pulang sama Reno."

Rena menelan ludah. Jadi Kala tahu? Padahal Rena sudah sengaja pulang agak telat untuk memastikan keadaan sudah aman dan Kala tidak melihatnya. Ternyata usahanya sia-sia.

"Aku—"

"Aku belum selesai." Kala akhirnya mau menatap Rena, menyelami netra gadis itu. "Waktu di kantin aku juga denger Reno marahin cewek buat bela kamu. Waktu itu aku mikir mungkin Reno cuma belain biasa karena nggak suka ceweknya ngomong sembarangan. Tapi siangnya kamu bikin pemikiran aku goyah. Kamu bohongin aku. Bilangnya mau dijemput tapi malah pulang sama dia. Kamu sama Reno ada hubungan apa? Atau kamu marah karena aku dekat sama Lavi, terus mau balas dendam?"

Rena diam. Dia jadi semakin penasaran apa yang Ayesha katakan sampai Reno bisa semarah itu. Bahkan pembelaan Reno sampai membuat beberapa orang salah paham tentang hubungan mereka.

Ketika di perjalanan pulang Rena sempat menyinggung soal ini pada Reno. Namun karena Reno sedang berada dalam mode senggol bacok jadinya Rena mengurungkan niat dan menunda pertanyaannya. Takutnya Reno kesal dan malah menurunkannya di jalan.

"Reno adik aku. Adik kandung. Kalo kamu nggak percaya, pulang nanti aku bisa nunjukin kartu keluarga aku. Apa mungkin kalo kamu mau nanya langsung ke Mama ya silakan. Biar nggak nuduh aku bohong."

"Adik? Sejak kapan?" tanya Kala dengan ekspresi yang sama persis seperti Fiola tadi siang.

Selama dia berpacaran dengan Kala, Rena memang tak pernah sekali saja memperkenalkan Reno pada Kala. Dalam beberapa kesempatan, kadang dia memang membahas Reno. Namun Rena hanya menggunakan embel-embel adik tanpa menyebutkan namanya. Mungkin pernah sekali, tapi sepertinya Kala lupa.

FOOLAFFAIR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang