Chapter 38

356 79 19
                                    

"Tuan ruka..hikss!"

Bibi marry menangis dengan tubuh yang gemetaran ketakutan. Perlahan kakinya akan berdiri menggapai tepian kolam, tapi tangan Bibi marry segera ditarik ani disingkirkan dari kolam itu.

"Kamu pikir saya akan membiarkan kamu menolong dia!"

"Nyonya ani, Tuan bisa meninggal Nyonya."

Tangan Bibi marry terkatup memegang kaki ani, merosot ke lantai. Air matanya berderai deras.

"Tuan ruka sangat menyayangi Nyonya ani. Tuan tidak pernah menyimpan kebencian terhadap Nyonya. Tuan ruka selalu memikirkan kebaikan tentang Nyonya ani dan Tuan Muda ben. Bahkan meski Nyonya menjadikan Tuan ruka sebagai pembantu. Tuan tidak pernah marah ataupun mengeluh. Tuan ruka selalu berusaha menebus kesalahan almarhum ibunya pada Nyonya."

Tangisan Bibi marry sangat tulus menatap wajah ani, mencoba meluluhkan kekerasan hati perempuan itu.

"Nyonya," mohon Bibi marry berlutut, mengingat bagaimanana ruka sangat menyayangi ani. Bibi marry tidak ingin anak sebaik ruka harus meninggal di tangan wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya. Meski ani bukan ibu kandungnya.

Salah satu hal yang Bibi marry tidak bisa lupakan adalah kejadian di hari kelulusan ben saat SMA. Saat itu Henry tidak datang ke acara wali murid siswa dan ani yang dipaksa datang ke sana.

Menjelang sore setelah acara wali murid selesai, hujan turun begitu deras di kota london untuk pertama kali di hari akhir musim panas.

"Sudah sore Tuan ruka, hujannya belum juga berhenti. Pak sopir juga belum menjemput, Bibi pesankan taksi saja ya Tuan. Biar Tuan ruka tidak pulang kemalaman ."

Ruka yang mengenakan seragam SMA mengangguk, lalu membuka tas mengambil satu payung untuk Bibi marry.

"Gunakan ini Bibi, biar Bibi marry tidak kehujanan."

"Kalau Bibi menggunakan payung ini. Lalu Tuan ruka nanti pakai payung apa?"

"Saya masih punya satu payung lagi Bi. Bibi marry tenang saja."

Ruka menunjukkan payung hitam di dalam tasnya yang masih terlipat rapi di antara tumpukan buku pelajaran.

Bibi marry tersenyum mengerti, lekas menerima payung biru muda pemberian ruka dan bergegas berjalan keluar dari gerbang untuk mencegat taksi.

Ani yang baru saja keluar dari kelas ben membawa tas milik ben, dan pakaian toga yang ben lepaskan setelah acara wisuda. Ruka melihat ani berdiri di koridor sekolah tampak menelpon sopir rumah mereka.

"Kamu di mana? Kenapa belum sampai di sini."

"Maaf di luar hujan lebat Nyonya. Saya terjebak macet."

"Pokoknya saya tidak mau tahu! Kamu jemput saya sekarang!"

Ani terlihat kesal, membawa barang-barang berharga milik ben yang sudah pergi berpesta dengan teman-temannya.

Ruka yang melihat ani berjalan ke teras bermaksud menerobos hujan menghampiri perempuan itu lalu menyodorkan payungnya.

"Ibu bisa menggunakan ini untuk pulang." Sebuah payung yang disodorkan ruka membuat wanita itu memicingkan mata.

"Saya tidak sudi menerima payung darimu!"

Ruka tersenyum menaruh payung itu di genggaman tangan ani.

"Ini bukan payung milik saya tapi milik ben. Ben selalu menitipkan payungnya di tas saya," bohong ruka agar ani tidak menolak payung pemberiannya.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang