Chapter 13

357 67 4
                                    

"Nona!"

Asisten Junet berlari terburu-buru menghampiri pharita yang masih ada di meja ruang makan berkumpul dengan kedua orang tuanya. Laura yang melihat kedatangan Junet dengan keringat mengucur deras di lehernya sedikit khawatir.

"Junet, ada apa?" tanya laura cemas.

Junet memandang sepasang suami istri itu yang kini menatapnya.

"Nyonya Laura, Tuan Benjamin, dan Nona pharita. Saya menerima kabar buruk dari rumah sakit pagi tadi. Suster yang bertugas mengontrol Tuan Ruka mengatakan jika Tuan ruka tidak ada di kamarnya. Sekarang pihak rumah sakit sedang berusaha mencarinya," jelas Junet dengan napas tersengal setelah lelah berlari.

"Ruka dirawat? Kenapa saya tidak tahu?"

Benjamin beralih menatap putrinya. Pharita hanya meminum tehnya dengan tenang. Tampak tidak terganggu.

"Rita, kamu tidak mengatakan apapun soal ruka pada Papa!"

"Dia calon suami saya Pa. Saya bisa mengurusnya."

Junet membeku, niatnya ingin melapor justru melihat perdebatan antara ayah dan anak itu. Junet segera melerai sebelum pertengkaran mereka semakin besar.

"Tuan, saya yang bersalah karena lupa memberitahukan kondisi Tuan ruka pada Anda. Nona, mungkin hanya tidak ingin membuat Tuan cemas."

Benjamin membuang napas kasar, pria berkacamata itu meletakkan sendok dan garpunya. Selera makannya langsung menghilang. Laura yang menyadari perubahan ekspresi suaminyaa, mengusap lembut pundak ayah dari putrinya itu.

"Pa, tenang. Rita pasti tidak ingin kita khawatir," tutur Laura memegang tangan pria berkacamata itu lembut.

Benjamin mengatur napasnya pelan, lalu memperhatikan pharita, yang bahkan masih menikmati tehnya terlihat biasa walau sudah mendengar kabar buruk dari Junet tentang ruka.

"Calon suamimu hilang. Setidaknya khawatir sedikit. Jangan terlihat acuh!" tegur Benjamin marah.

Pharita masih menikmati roti selainya dan menghabiskan sarapannya. Benjamin sungguh dibuat pusing dengan sikap putrinya yang sulit dimengerti.

"Junet, kenapa Ruka bisa ada di rumah sakit? Ceritakan pada saya."

Asisten Junet melihat kesungguhan di mata Benjamin, pria itu menuntut penjelasan darinya.

"Maaf Tuan , saya sendiri tidak tahu bagaimana ceritanya Tuan Ruka bisa berakhir di rumah sakit."

Jujur, Junet sendiri pun buta dengan informasi itu, ia tidak tahu apa pun. Saat itu ia hanya mengikuti arahan pharita yang tiba-tiba mengatakan pria lumpuh itu ada di rumah sakit.

Junet juga tidak menggali informasi lebih dalam, alasan yang membuat ruka bisa terluka begitu parah hingga harus dirawat di sana.

"Ruka adalah tanggung jawab saya. Papa hanya perlu memikirkan Mama."

Benjamin memijat pelipisnya pening, menatap Anaknya yang masih melanjutkan makannya.

"Pharita, dengar! Dia bukan hanya calon suamimu! Tapi juga calon menantu Papa!"

Pharita membasuh mulutnya dengan tisu, setelah selesai makan. Perempuan itu memandang Benjamin serius.

"Ruka belum menerima tawaran pernikahan saya," terang pharita.

Pharita menatap dalam iris hitam Benjamin tanpa keraguan.

"Jadi, dia bukan tanggung jawab Papa," lanjutnya lugas.

Pharita merapikan piringnya," Papa dan Mama cukup berdiam diri di rumah. Ini merupakan pernikahan saya. Karena itu saya yang akan menyelesaikan semuanya."

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang