Chapter 35

624 94 57
                                    

Lili yang ada di dekat pharita meraih tangan perempuan itu perlahan. Menggenggamnya hati-hati. Pharita menatap Lili tajam, melihat tangan mungil yang membalikkan telapak tangannya. Gerry menggeleng kencang sambil menangis di samping Lili, dia takut pharita akan memarahi Lili.

"Jangan Lili!" larang Gerry sesenggukan.

pharita menatap Gerry datar,

"Kenapa jangan!" tanya pharita membuat anak laki-laki itu mundur melepaskan tangan Lili semakin takut.

"HUWAAAA..... GURU! HUWAA.... GURU RUKA!" tangiasan Gerry menjadi-jadi memanggil ruka.

Pharita yang ingin menenangkan Gerry, meraih kepala bocah itu ingin menepuknya, tapi Gerry justru berlari menjauh sampai terjatuh beberapa kali di tanah karena menghindari pharita.

"Dia kenapa menangis?"

pharita gusar, menatap punggung Gerry yang kini sudah sampai di tempat ruka.

[Gerry takut dengan Nona pharita.]

Lili menuliskan kalimat itu di telapak tangan pharita. Netra pharita melihat bibir Lili memperhatikannya.

[Lili bisu Nona.]

Lili tersenyum manis, menggenggam jemari pharita. Kemudian menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi. pharita yang tidak begitu mengerti dengan bahasa isyarat terdiam beberapa detik, lalu meraih ponselnya di saku jas. Mengetikkan sesuatu.

[Kenapa anak laki-laki itu takut pada saya?]

Lili meraih ponsel Pharita lalu membalasnya.

[Karena Nona terlihat menyeramkan.]

Alis pharita berkerut dalam." Sisi mana dari saya yang terlihat menyeramkan?"

Lili mengembangkan bibirnya tersenyum, kemudian meminta pharita merunduk.

"A.. uh.. i... um." Lili berkata gagu. Memegang bibir pharita yang tertutup rapat dan meraba mata indah pharita yang hitam kelam sangat tajam.

"Lili berkata, kamu terlihat menyeramkan saat sedang marah pharita."

ruka datang dengan kursi rodanya ditemani anak-anak yang lain. Sementara Gerry bersembunyi di belakang punggung Ruka menggosok matanya yang berair. Gerry berhenti menangis setelah ruka menenangkannya.

"Lili dan Gerry ingin mengajakmu bermain. Tapi kamu terlihat marah."

"Saya tidak marah."

ruka terekekeh kecil, "Benarkah calon istri saya ini tidak marah?"

Pharita diam lalu melihat pria di kursi roda itu yang tertawa. Mata dingin pharita yang tidak sengaja berpapasan dengan Gerry, membuat bocah itu menciut di belakang ruka, memegangi bahu gurunya.

"Lihat, baru saja kamu memandang Gerry dengan tajam. Dia jadi takut kalau kamu pandangi seperti itu."

"Saya hanya menatapnya, saya tidak ingin memukulnya. Kenapa dia harus takut?"

"Guru!" gumam Gerry nyalinya menciut lagi.

Ruka merasa pharita benar-benar tidak bisa bersikap lembut pada anak kecil. Wanita itu bahkan tidak tersenyum dan justru menatap dingin mereka. ruka memanggil Gerry untuk mendekat, bocah itu diam-diam melirik Pharita lalu melangkah maju ragu-ragu berdiri di samping kursi roda ruka.

"Gerry, calon istri guru memang galak. Tapi hatinya sangat lembut. Dia menatap Gerry sedari tadi karena calon istri guru ingin membelikan Gerry ice cream."

"Ice cream?"

"Iya, ice cream."

"Tapi guru_"

ruka tersenyum manis lalu mencegah Gerry yang akan mengatakan sesuatu. Pharita masih kaku, tapi dia mengeluarkan beberapa ratus pound dari dompetnya memberikan uang itu di depan Gerry.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang