Chapter 15

554 83 51
                                    

"Saya tidak ingin buang air kecil !" elak ruka lalu menepis tangan pharita yang berada di pahanya. Tangan pharita membuat ruka merinding. Terlebih saat pharita meraba pahanya.

Pharita menatap paha ruka yang tampak gemetar, lalu melihat tangannya yang sudah ditepis.

"Sepertinya kita harus mencari toilet terdekat, atau dia akan kencing di celana," tutur pharita yang dibalasi senyuman tipis dari Junet.

"Baik Nona, kita akan berhenti di mall terdekat." Junet mengubah haluan jalur mobil,

sementara ruka melihat pharita yang menatap pahanya tanpa berkedip. Wanita itu seperti ingin menelanjanginya.

Ruka menggeser duduknya susah payah, lebih merapat ke kursi duduk Bibi marry. Pharita mengerutkan keningnya tidak suka.

"Kenapa kamu menjauhi saya?" tanya pharita tampak marah.

Tangannya menarik satu paha ruka agar lebih dekat lagi padanya. Ruka lagi-lagi menggeser duduknya susah payah. Pharita tidak menyerah, saat ruka bergeser sedikit, perempuan itu juga ikut menggeser duduknya.

"Pharita, kamu punya kursi sendiri."

"Ini mobil saya. Terserah saya duduk di mana."

Bibi marry sudah semakin terpojok, tapi dia tidak bisa meminta ruka untuk kembali duduk di tempatnya. Bibi marry memilih mengalah sambil sedikit memegang jendela mobil agar ia tidak terjatuh dari kursi saat tiba-tiba mobil bergerak cepat nanti.

Junet yang melihat ruang kosong di sisi kiri kursi nonanya, hanya menggelengkan kepala. Bisa-bisanya nona presdirnya itu terus menekan ruka, tidak mau mengalah.

Seolah-olah senang mempermainkan calon suaminya.

:

:

Tidak berselang lama, Junet memasuki bangunan Mall yang cukup besar di pusat kota.

"Turun, kamu akan tersiksa jika tidak mengeluarkannya," kata pharita masih melirik paha ruka sehingga membuat pria lumpuh itu menutupi pahanya dengan kedua tangan.

Saat mobil Junet sudah berhenti di parkiran, pharita membuka pintu samping. Tapi pria yang memiliki hajat di mall ini , justru masih betah berlama-lama di dalam mobil.

Pandangan pharita menajam, tangannya menarik ruka keluar.

"Saya tidak ingin buang air kecil pharita! Saya tidak ingin buang air kecil!" kata ruka mengulanginya.

Percaya tidak percaya, pharita telah salah mengartikan dirinya. Tadi ia hanya tidak nyaman duduk di mobil mewah itu. Bukan gelisah karena ingin buang air kecil.

"Junet, siapkan kursi rodanya," perintah pharita yang langsung dituruti oleh asisten Junet. Bibi marry ikut keluar, melihat tuannya yang dipindahkan ke kursi roda.

"Apa perlu Nona saya antar ke dalam?"

Pharita diam, lalu menjawab, "ruka akan malu jika kamu mengintipnya di toilet."

Bibi marry yang mendengar ucapan pharita, menahan senyum diam-diam. Sepertinya pharita sangat memperhatikan tuannya.

Asisten Junet membulatkan mata lalu melakukan pembelaan. "Saya tidak akan mengintip Tuan, Nona. Kami sama-sama laki-laki." Junet berdehem pelan mentralkan suaranya yang sempat gugup.

"Itu artinya jika Ruka perempuan, kamu akan mengintipnya?"

"Eh?" Asisten Junet gelagapan.

"Ti-Tidak-tidak, Nona salah paham. Saya tidak akan mengintip, hanya penasaran."

Ruka yang mengetahui pengakuan Junet melotot. Asisten dan bosnya sama-sama mesum. Tidak pharita maupun Junet, mereka sama-sama berpikiran kotor.

Kursi roda ruka tiba-tiba bergerak, pharita mendorongnya dari belakang. Ruka sedikit kaget lalu memegangi pegangan kursi roda cepat.

I Wanna Be Yours (BXG) (Rupha) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang