Chapter 2

3.8K 275 10
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa tekan vote dan berikan dukungan komentar kalian 🙆🏻‍♀️❤️

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

"Bu guru," panggil Galen dengan nada santai, matanya tak lepas dari Ainsley yang duduk di atas sofa, sibuk dengan MacBook-nya.

Sedangkan Ainsley, wanita itu hanya melirik tajam tanpa mengangkat kepalanya. "Berhenti memanggilku begitu. Kau bukan muridku."

"Sayang…"

Ainsley menghela napas panjang, kepalanya mendongak saat tatapan matanya semakin tajam, ia menatap Galen dengan penuh kesal. Melihat itu, Galen hanya tertawa pelan, nyaris tanpa beban. Dia menyandarkan tubuhnya pada sofa, mengusap rambut ikalnya yang jatuh berantakan di dahi.

Matahari sudah hampir tenggelam dan di apartemen itu, hanya ada mereka berdua. Seperti hantu yang tak diundang, Galen muncul lagi dihadapan Ainsley. Meski sudah diusir berkali-kali, pria itu tetap datang dan masuk tanpa izin, seolah pintu apartemen Ainsley adalah miliknya.

Sekarang, Ainsley terjebak lagi, menghadapi pria yang pernah dan mungkin masih menghancurkan hidupnya.

Tawa Galen perlahan mereda, dan matanya tak bisa lepas dari wajah Ainsley. Wajah yang selama tiga tahun ini selalu membayangi pikirannya, wajah yang ia rindukan dengan keputusasaan yang dalam. Tanpa riasan, Ainsley tetaplah Ainsley yang cantik, wanita yang membuat dunianya jungkir balik.

"Aku merindukanmu," Galen berbisik, suaranya pelan tapi memotong keheningan dengan jelas.

Ainsley tak bereaksi, matanya masih terpaku pada layar MacBook, seolah kata-kata Galen tak lebih dari angin yang berlalu. Namun, di dalam dadanya, detak jantungnya semakin keras, meski ia tak mau mengakuinya.

Galen tersenyum kecil melihat respons dingin itu. Ia mengulurkan tangan, menutup layar MacBook dengan santai, memaksa Ainsley untuk menatapnya. "Hei, lihatlah aku. Apa pria tampan ini sama sekali tak menarik bagimu?"

Ainsley memutar bola matanya malas, mendesah, frustasi. "Apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanyanya dengan nada lelah.

"Aku hanya ingin melihatmu lebih lama," ucap Galen memiringkan kepalanya, beberapa helai rambut ikalnya jatuh ke dahi.

Ainsley, meski ia kesal tapi tetap saja tak bisa mengabaikan tatapan hangat dari mata coklat itu, sesuatu yang dulu membuatnya jatuh cinta. Rasa familiar itu mengusik hatinya, menggoyahkan pertahanannya, meskipun ia berusaha tetap kuat.

"Pulanglah," kata Ainsley dengan datar, ia kemudian berdiri mencoba menjauh. Tapi sebelum ia sempat bergerak, tangan besar Galen mencengkeram lembut pergelangan tangannya.

"Pulang kemana? Rumahku ada di sini, di hadapanku."

Ainsley berdiri di hadapan Galen yang masih duduk di sofa, tubuhnya sedikit membungkuk, pandangan mereka bertaut, seolah waktu terhenti di antara keduanya. Detik-detik jam berdetak pelan, namun keduanya tak mendengar apa pun selain detak hati masing-masing yang terpantul dalam keheningan.

Galen menarik Ainsley perlahan, membuat wanita itu sedikit terhuyung mendekat. Tidak ada paksaan, hanya sentuhan lembut penuh kerinduan.

"Aku tahu... itu bukan hal mudah. Melupakan masa lalu, memaafkan kesalahan kita, semuanya berat. Tapi, Ainsley, demi Tuhan aku tidak bisa lagi pura-pura seolah tidak ada yang terjadi. Aku tidak bisa melepaskanmu lagi. Tidak untuk kesekian kalinya," bisik Galen, suaranya berat sarat dengan ketulusan yang selama ini ia simpan.

LOSE OR GET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang