Chapter 11 - Rose-Patterned Plaster

14.7K 782 18
                                        

Welcome!

This story is made with love, so please respect it. Read, enjoy, and support!

Jangan lupa follow Instagram aku ya [@astihrbooks_]

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

Jantungnya sudah berdetak kencang sejak tadi. Sejak ia dengan bodohnya mengajak pria itu ke rumahnya. Dan sekarang, saat tangan besar dan hangat itu menyentuh kulitnya, Ainsley merasa dadanya bisa meledak kapan saja.

Duduk di kursi meja makan, ia hanya bisa terdiam, menatap Galen yang dengan serius mengobati luka kecil di jemarinya. Bagaimana pria itu menorehkan obat merah dengan begitu hati-hati, meniupnya seolah ingin mengusir rasa sakit, lalu membalutnya dengan plester bermotif bunga mawar.

Plester bermotif bunga mawar.

Ainsley menatapnya, perasaan aneh menggelitik dadanya. Itu hanya goresan kecil. Jadi kenapa pria ini terlihat begitu peduli?

"Hati-hatilah saat memegang pisau."

Itu sudah kesekian kalinya Galen mengulang kalimat itu, tapi tetap saja, suaranya terdengar hangat.

Saat pria itu sedikit mendongak, tatapan mereka bertemu.

Galen tersenyum. Bukan senyum yang meledek atau meremehkan, tapi tulus-seperti seorang perawat yang sepenuh hati merawat pasiennya.

"Kau duduk saja." Galen menegakkan tubuhnya. "Aku yang akan memasak untukmu."

Ainsley terpaku. Matanya mengikuti langkah pria itu yang bergerak ke dapur, punggungnya tegap, tangannya dengan cekatan membuka keran wastafel.

Ia masih belum bisa berpaling saat suara air mengalir memenuhi ruangan.

"Apakah ini salah satu sikap sok baikmu?" tanyanya akhirnya, suaranya lebih rendah dari yang ia harapkan.

Galen tidak langsung menjawab. Ia mencuci tangannya di bawah aliran air, gerakannya lambat, nyaris sengaja menciptakan ketegangan di udara.

Lalu, setelah beberapa detik yang terasa begitu panjang, ia menoleh sedikit, ekor matanya menangkap sosok Ainsley yang masih terduduk di kursinya.

"Sok baik?" ulangnya pelan. "Aku rasa tidak."

Ainsley diam, menunggu kelanjutan ucapannya.

Galen mematikan keran, menepuk tangannya pelan, sebelum suaranya kembali terdengar.

"Hanya saja, mulai sekarang, aku bersumpah atas nyawaku..." Ia menjeda, membiarkan ketegangan menggantung di antara mereka.

"Aku tidak akan membiarkanmu terluka. Barang segores pun."

Ainsley tertawa. Bukan tawa yang menyenangkan, bukan pula yang penuh kebahagiaan. Itu tawa yang nyaring, menggema di ruangan, seolah ejekan kasar bagi pria yang berdiri di hadapannya.

Pria yang tiga tahun lalu menghancurkan hidupnya.

"Kau serius?" tanyanya sambil berusaha mengatur napas. Gelak tawanya hampir membuatnya menitikkan air mata, bukan karena lucu-tapi karena ironi yang menyakitkan.

Di seberang sana, Galen hanya diam. Tatapannya tetap tak terbaca, tetapi Ainsley tahu ia mendengar setiap kata yang keluar dari bibirnya.

"Kau," Ainsley mengangkat jari telunjuknya, jari yang masih terbalut plester motif mawar lalu menunjuk pria itu. "Kau sudah menggoreskan luka yang amat dalam padaku tiga tahun lalu, Galen."

Galen tetap diam. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini.

Perlahan, jari Ainsley turun, bergerak ke dadanya sendiri. Menekannya.

LOSE OR GET YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang