Chapter 22 - Enough With You

13K 640 10
                                        

Welcome!

This story is made with love, so please respect it. Read, enjoy, and support!

Jangan lupa follow Instagram aku ya [@astihrbooks_]

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

Sudah dua hari Ainsley terbaring tak sadarkan diri, tubuhnya dikelilingi alat-alat medis yang bersuara pelan namun konstan—seolah menjadi satu-satunya bukti bahwa ia masih berjuang. Hari berganti malam, dan malam kembali menjelma pagi. Tapi Galen tak pernah benar-benar pergi dari sisinya.

Hingga akhirnya, pada pagi itu, kelopak mata Ainsley mulai bergerak.

Perlahan. Ragu. Lelah.

Cahaya putih dari langit-langit kamar membuat matanya sedikit menyipit. Dunia masih buram. Suara-suara di sekitarnya seperti teredam kabut—namun satu hal perlahan menjadi jelas. Sosok itu.

Galen.

Duduk di sebelah ranjang, tubuhnya sedikit membungkuk, seolah tak sanggup menjauh terlalu jauh dari Ainsley. Matanya yang sembab menatap lurus ke wajah yang begitu ia rindukan.

“Galen…”

Satu kata. Pelan. Serak. Tapi cukup untuk membuat dunia pria itu terhenti sejenak.

Galen sontak menoleh. Wajahnya berubah, seketika. Mata yang tadinya penuh amarah dan lelah kini diliputi air, bergetar oleh syukur dan kelegaan.

“Sayang…” bisiknya pelan, nyaris seperti doa.

Ia berdiri, mendekat, lalu membungkuk hingga wajah mereka hanya terpisah beberapa inci. Satu tangannya tetap menggenggam tangan Ainsley yang dingin dan lemah, tak mau melepaskan. Seolah jika ia longgarkan sedikit saja, wanita itu akan hilang darinya.

“Mana yang sakit, hm? Katakan padaku, biar aku buat hilang semuanya.”

Ainsley hanya menatap. Tak mampu berkata apa-apa lagi. Tapi sorot matanya cukup menjawab. Ia tahu Galen di sana. Ia tahu, pria itu tak pernah meninggalkannya.

Dari sisi ruangan, August yang berdiri membisu akhirnya bergerak. “Aku panggil dokter,” ucapnya pendek sebelum berlalu, membiarkan mereka berdua dalam keheningan yang penuh perasaan.

Galen menunduk kembali, bibirnya mengecup pucuk kepala Ainsley dengan sangat lembut—takut melukai, tapi lebih takut kehilangan. Tangannya mengusap sisi kepala wanita itu, hati-hati pada balutan perban yang melingkari luka di sana.

Matanya menelusuri setiap inci wajah Ainsley. Luka lebam di pipi, sudut bibir yang membiru, guratan luka yang menghiasi kulit halusnya.

Tuhan… batinnya nyaris runtuh.

Melihat ini jauh lebih menyakitkan daripada ditikam ribuan kali di tempat yang sama.

"Demi Tuhan… maafkan aku, Ainsley."

Bisikan itu pecah di udara, lirih namun mengguncang. Suara Galen bergetar, sarat luka dan penyesalan yang tak sanggup ia sembunyikan lagi. Tangisnya pecah, menggulung dalam sesenggukan yang begitu asing bagi seorang pria sekuat dirinya. Seolah seluruh dunia runtuh bersamaan dengan air matanya.

Dan di hadapannya, Ainsley hanya bisa menatap. Mata yang sembab, tubuh yang lemah, dan hati yang nyaris tak punya sisa kekuatan… kembali hancur saat melihat pria itu luluh lantak karena dirinya.

Air matanya jatuh—bukan karena luka, bukan karena rasa takut yang sempat membekapnya, tapi karena cinta yang masih tertinggal dan rasa sakit melihat Galen tersiksa dalam kepedihan yang sama.

LOSE OR GET YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang