Chapter 8

3.5K 222 10
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa tekan vote dan berikan dukungan komentar kalian 🙆🏻‍♀️❤️

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

Ainsley tersentak saat bibir hangat Galen tiba-tiba menyentuhnya, membuat jantungnya berdegup kencang. Yang membuatnya semakin kesal pada dirinya sendiri adalah kenyataan bahwa ia tidak menolak. Sesaat, tubuhnya membeku di tempat, sebelum akhirnya matanya terpejam, tenggelam dalam sensasi yang sudah lama tak ia rasakan.

Galen menciumnya perlahan, dengan cara yang begitu menguasai namun tetap lembut. Ia menggigit kecil bibir Ainsley, membuat wanita itu tanpa sadar melenguh, seolah setiap gesekan di antara mereka membawa percikan yang membakar.

Udara pagi yang tadinya dingin kini terasa mendidih, seakan seluruh dunia menghilang, menyisakan hanya mereka berdua di sana. Setiap sentuhan Galen seakan menusuk seperti alkohol yang memabukkan, membuat Ainsley kehilangan kendali atas pikirannya.

Namun, tiba-tiba, seolah tersadar dari mimpi buruk, Ainsley mendorong kuat tubuh Galen hingga ciuman mereka terputus. Nafasnya memburu, dadanya naik turun, sementara matanya menatap tajam pria itu yang masih memasang senyum menyebalkan.

"Berani sekali kau menyentuhku!" seru Ainsley penuh amarah, suaranya menggelegar di udara pagi yang sunyi.

Galen hanya terkekeh pelan, serak dan penuh godaan. Ia mengusap bibirnya yang masih basah dengan ibu jarinya, lalu berkata dengan nada penuh ejekan, "Kau tidak menolak, Nyonya."

Kemarahan Ainsley memuncak. Tanpa pikir panjang, ia mengayunkan kakinya dan menendang keras tulang kering Galen, membuat pria itu meringis kesakitan. Setelah itu, tanpa melihat lagi, Ainsley berlari menjauh, wajahnya merah padam campuran antara malu, marah, dan kebencian yang membara.

Sementara itu, Galen hanya tertawa kecil, mengusap kakinya yang masih linu. Matanya tetap mengikuti sosok Ainsley yang semakin menjauh, senyum liciknya tak kunjung hilang.

"Mau sekeras apapun kau, Ainsley... pada akhirnya, kau tetaplah dirimu," gumamnya.

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

Ainsley berdiri di depan wastafel, memandangi cermin dengan tatapan kosong. Wajahnya basah oleh air dingin yang baru saja ia gunakan untuk menyegarkan pikirannya. Namun, yang kembali menghantui adalah sensasi itu — sentuhan bibir Galen, hangat dan lembut, masih terasa membara di bibirnya. Jemarinya perlahan menyentuh bibir yang baru saja ia basuh dan samar-samar, kenangan ciuman pria itu kembali menghantamnya.

Tidak! Ainsley cepat-cepat menggelengkan kepalanya, mencoba membuang pikiran yang menyesakkan itu. Tidak ada ruang untuk kelemahan. Dia tidak boleh, dan tidak akan luluh secepat ini. Galen mungkin ahli dalam membuatnya bimbang, tetapi ia harus tetap kuat.

Tiba-tiba, suara bel apartemennya berbunyi, ditekan beberapa kali dengan kesabaran yang sangat tipis. Ainsley menghela napas dalam, matanya menajam penuh kekesalan. Siapa lagi kalau bukan Galen? Si pengganggu yang tidak pernah tahu kapan harus menyerah.

Dengan langkah cepat dan penuh amarah, ia keluar dari kamar mandi, berjalan langsung menuju pintu. Tanpa berpikir dua kali, tanpa mengecek terlebih dahulu, Ainsley membuka pintu apartemennya dengan kasar.

"Apa lagi maumu kali ini, Galen!" serunya dengan suara tajam.

Namun, seruan kemarahannya tiba-tiba menguap begitu saja saat ia melihat siapa yang berdiri di ambang pintu. Bukan Galen. Melainkan Wild.

"Oh, maaf," gumam Ainsley, sedikit terkejut dengan kemunculan yang tak terduga.

Wild, yang tampak sedikit canggung dengan respons agresif Ainsley, mengerutkan dahinya. "Aku mengganggumu? Maafkan aku jika—"

LOSE OR GET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang