CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!Jangan lupa tekan vote dan berikan dukungan komentar kalian 🙆🏻♀️❤️
ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢
Ainsley terdiam, matanya terpaku pada kasur di hadapannya, memandangi setiap lekukan kain dan menyadari betapa kecilnya ruangan ini. Di dekatnya, Galen berdiri dengan tangan mengusap tengkuk leher, raut wajahnya tampak canggung. Tatapannya sesekali beralih ke arah Ainsley, ada rasa ragu yang tergantung di matanya.
"Hanya ada satu kamar tamu... dan yah, kau tahu, rumah ini kecil," Galen tersenyum kaku, mencoba menjelaskan.
Ainsley berdehem pelan, merasakan canggung yang merayap pada dirinya. "O—oke. Tak masalah." Ia melangkah ke arah kasur, duduk di tepi dengan hati yang sedikit berdebar.
"Aku bisa tidur di sofa ruang tengah saja, kalau begitu. Kau tidurlah di sini," Galen berujar, hendak melangkah pergi, namun langkahnya terhenti ketika Ainsley memanggilnya.
"Kenapa?" Suaranya pelan namun cukup untuk membuat Galen kembali berbalik, menatapnya dengan bingung.
"Aku takut kau tak nyaman. Tidurlah saja, besok siang kita pulang," Galen menjawab, suaranya lembut.
"Tidur saja di sini, masih ada ruang," jawab Ainsley seraya menepuk sisi kosong di sebelahnya. Lalu, tanpa menunggu jawaban, ia merebahkan tubuhnya, punggungnya menghadap Galen. "Kemarilah."
Galen hanya terdiam sejenak sebelum akhirnya ia mengalah dan perlahan melangkah menuju kasur, ia kemudian merebahkan dirinya di sisi kasur yang kosong. Suasana hening menggantung di antara mereka, hanya suara napas yang terdengar beriringan. Ia memandangi punggung Ainsley yang terbaring membelakanginya, sesuatu yang tak terucap mengisi benaknya.
"Ibuku..." suara Galen terdengar pelan, nyaris seperti bisikan. "Dia tak tahu apa yang terjadi di antara kita… lebih tepatnya, aku tak pernah memberitahukannya."
Ainsley terdiam, tetap menghadap ke sisi lain, namun ia mendengar tiap kata Galen dengan jelas.
"Yang dia tahu," lanjut Galen, menatap punggung Ainsley dengan tatapan yang tak bisa disembunyikan, "kita adalah sepasang suami istri yang bahagia."
Kata-kata itu menggantung di udara, membawa sebuah kenyataan pahit yang tak terucap namun sangat terasa.
Kasur sedikit berderak saat Ainsley mengubah posisinya. Kini, ia berbalik, menatap langsung ke mata Galen yang ternyata sudah lebih dulu memperhatikannya.
"Apa yang kau ceritakan tentangku pada ibumu?" tanya Ainsley pelan, ada rasa ingin tahu dalam sorot matanya.
Galen tersenyum samar. Pandangannya beralih ke langit-langit kamar, seolah sedang menggali kenangan yang tersimpan di sana.
"Aku bilang padanya... kau adalah wanita yang lebih indah dari bulan purnama. Kau cantik seperti mawar yang mekar, suaramu lembut meski kadang cerewet seperti burung kenari," ucapnya dengan nada yang lembut, senyumnya tak pudar, seolah setiap kata menggambarkan Ainsley yang ia kenal.
Ainsley merasakan detak jantungnya sedikit lebih cepat mendengar itu. "Lalu?" tanyanya pelan.
Galen menghela napas panjang, tatapannya kini beralih padanya. "Ibu selalu penasaran. Setiap aku datang, dia bertanya, ‘Mana istrimu? Bawa dia kemari,’ tapi aku selalu membuat alasan. Ironisnya, saat itu, aku pun merasakan hal yang sama… keinginan untuk bisa benar-benar bersamamu dan menemuimu lagi."
Ainsley terdiam, pandangannya melekat pada Galen. "Sejak kapan kau tahu dia ibumu?"
Galen menarik napas sejenak, matanya menerawang jauh. "Setelah lulus kuliah. Ayahku membawaku ke sini, dan saat itulah aku tahu bahwa wanita yang selama ini kuanggap ibu… bukanlah ibu kandungku."
Ainsley melihat sedikit luka di mata Galen. "Apa kau marah?"
Galen menggeleng pelan. "Tidak, hanya terkejut. Baik Ibu Aaliyah maupun Lucia, mereka berdua wanita luar biasa yang memberikan kasih sayang dengan caranya masing-masing. Jika ada yang membuatku marah, itu adalah kebohongan Ayahku… tentang aku, tentang dia, dan tentang bagaimana aku terlahir dari seorang pelayan yang dulu menjadi simpanannya."
Ainsley terdiam, kata-kata Galen menggantung di udara seperti rahasia yang baru saja terungkap. Di antara mereka, ada ruang baru yang terisi oleh cerita yang begitu dalam, sebuah kebohongan yang menyakitkan namun juga menghubungkan mereka dalam kejujuran yang baru ditemukan.
"Saat itu, seharusnya aku ada di sisimu, bukan?" bisik Ainsley pelan, nyaris tak terdengar. Matanya menatap dalam, menyiratkan penyesalan yang sulit ia sembunyikan.
Galen menoleh perlahan. Sekejap, kenangan pahit di masa lalu kembali terputar di pikirannya. Kenangan saat Ainsley pergi, meninggalkannya tanpa alasan yang ia mengerti. Ia tertawa kecil, getir.
"Itu sudah berlalu, Ainsley," balasnya dingin. "Lagipula, mungkin kau benar saat itu. Aku memang tak setara denganmu. Bahkan jika keluargaku tak jatuh miskin sekalipun, aku tetap tak sebanding. Kau lahir dari keluarga terhormat, dan ibu kandungmu... bukanlah seorang pelacur simpanan. Dari segala sisi, aku kalah, Ainsley."
"Tidak seperti itu," Ainsley langsung duduk, wajahnya mencerminkan kesedihan dan kesalahan yang telah lama ia tahan. "Demi Tuhan, aku tak pernah melihatmu seperti itu."
Galen menghela napas panjang dan ikut duduk, tatapannya beralih ke jendela di mana bayangan gelap laut nampak samar-samar.
"Aku mengerti, Ainsley. Kau tak harus menjelaskan. Mungkin orang lain pun akan melakukan hal yang sama. Untuk apa bertahan dengan seseorang yang kehilangan segalanya? Ketika kau punya Marvel, pria yang punya segalanya, keluarga yang sama terhormatnya dengan keluargamu? Semua orang pasti memilih opsi kedua, kan?"
Ainsley terdiam. Wajahnya memucat seiring dengan tiap kata yang keluar dari mulut Galen. "Jadi... apa selama ini kau berpikir aku meninggalkanmu demi Marvel?" suaranya mulai bergetar, matanya merah, nyaris meneteskan air mata yang ia coba tahan.
Galen mengunci tatapannya pada Ainsley, mencoba membaca kebenaran yang mungkin tak pernah ia pahami. "Bukankah memang begitu?"
"Tidak!" ucap Ainsley dengan cepat, nada suaranya tajam namun penuh kesedihan. "Itu tidak benar, Galen. Itukah alasanmu selama ini menyimpan kebencian untukku? Karena kau pikir aku pergi demi pria lain?"
Tanpa sadar, Ainsley mendekat, tatapannya lurus menembus mata Galen. "Aku tak pernah meninggalkanmu untuk orang lain. Tidak pernah."
Galen hanya bisa terdiam, keduanya saling menatap dalam diam. Siapa sangka, ia baru menyadari bahwa kepergian Ainsley yang menyisakan luka di hatinya ternyata lahir dari kesalahpahaman yang mereka biarkan menggantung bertahun-tahun.
ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢
Lose Or Get You
[27 Oktober 2024]
-
-Bayangkan mereka deeptalk seperti ini sebelum nikah 🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSE OR GET YOU
Romance[SEQUEL FADED DESIRE] [Mature 18+]‼️ Setelah hampir tiga tahun terpisah, Galen dan Ainsley akhirnya dipertemukan kembali. Galen, yang selama ini memendam penyesalan dan kebencian terhadap dirinya sendiri, berjuang keras untuk menebus kesalahan masa...