CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!
Jangan lupa tekan vote dan berikan dukungan komentar kalian 🙆🏻♀️❤️Diramaikan ya🫶🏻
ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢
"Tunggu." Galen mengangkat tangan, matanya menyipit penuh tanya, menatap Ainsley dengan intens. "Kau bisa jelaskan lebih lanjut?"
Ainsley menarik napas panjang, lalu mendekat hingga duduk tepat di hadapannya. Tatapannya mengandung kegetiran yang mendalam, seolah setiap kata yang akan keluar adalah luka yang terkuak lagi.
"Ayahku…" ucapnya dengan suara yang sedikit gemetar. "Dia yang memaksaku meninggalkanmu, Galen. Kau tahu betapa berkuasanya dia dulu, bahkan dia mampu menghancurkan keluargamu. Tapi yang lebih parah..."
Ainsley menggigit bibirnya, matanya berkaca-kaca sebelum ia melanjutkan. "Kematian ibumu... itu bagian dari ancamannya. Dia ingin memastikan, kalau aku bersikeras tetap di sisimu, aku akan kehilanganmu untuk selamanya."
Galen terdiam, terpaku, matanya membeku menatap Ainsley yang kini tampak begitu rapuh. Seolah seluruh kebencian yang selama ini ia simpan menguap seketika, menyisakan kesedihan yang tak pernah ia pahami.
"Aku takut, Galen," bisik Ainsley, suaranya pecah. "Takut jika aku melawan, aku akan benar-benar kehilanganmu. Jadi, aku pikir... lebih baik aku melepaskanmu dalam hubungan ini daripada harus kehilanganmu sepenuhnya."
"Ainsley…" panggil Galen, hampir tak kuasa berkata. "Maafkan aku…"
Tak ada yang pernah menyangka, kebencian bertahun-tahun ini hanyalah kabut dari kesalahpahaman yang telah membakar mereka hidup-hidup. Membuat mereka berkelana dalam kehancuran, terperangkap dalam bayang-bayang dendam tanpa tahu alasan sesungguhnya.
Galen baru sadar kini, wanita yang telah ia sakiti tanpa ampun, yang selama ini ia anggap pengkhianat, justru adalah satu-satunya orang yang berjuang untuk keselamatannya. Demi Tuhan, Galen tak pernah tahu.
Tapi kini semuanya telah hancur. Tak ada yang bisa kembali seperti semula. Cintanya, pernikahannya, bahkan anak yang seharusnya ia nanti. Semua sudah luluh lantak, sia-sia karena kebodohannya sendiri.
ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢
Sepanjang perjalanan pulang, suasana dalam mobil terasa hening dan penuh ketegangan. Galen fokus pada kemudinya, sementara Ainsley larut dalam pikirannya, menatap keluar jendela tanpa benar-benar melihat.
Pembicaraan mereka malam tadi terasa seperti badai yang menghantam keras, membuka semua hal yang selama ini tertimbun dalam diam. Ainsley dulu benar-benar percaya Galen membencinya, terutama setelah pria itu menemukannya di rumah pelacuran, memperlakukannya seperti barang yang tak berharga. Dalam benaknya, ia hanyalah sosok menjijikkan yang dibeli dan dihakimi.
Namun siapa sangka, di balik kebencian dan luka itu, ada rasa sakit yang sama-sama mereka pendam. Bertahun-tahun mereka berjalan di atas duri yang mereka ciptakan sendiri, menahan perasaan yang tak pernah terucap.
Tetapi apa artinya semua ini? Apakah segalanya akan berubah hanya karena satu percakapan? Ainsley tahu jawabannya tidak sesederhana itu.
Mereka memang sudah saling memaafkan untuk luka masa lalu, tapi melanjutkan semuanya seakan tak pernah ada apa-apa? Itu bukan hal yang bisa diterima begitu saja.
Terlebih saat mengingat betapa dalam luka yang Galen tinggalkan. Di saat-saat Ainsley paling membutuhkan, dia malah diabaikan. Dan bahkan hingga mereka kehilangan buah hati mereka, rasa sakit itu masih membekas tajam, tak mudah dilupakan, apalagi dimaafkan.
Mobil berhenti tepat di depan gedung apartemen. Dengan gerakan cepat, Ainsley melepas sabuk pengamannya dan membuka pintu Ferrari merah itu, siap melangkah pergi.
Namun sebelum sempat keluar sepenuhnya, tangan Galen mencengkeram pergelangan tangannya, menghentikan langkahnya.
"Ainsley," suaranya terdengar lembut namun penuh harap. "Bisakah... kita memulai semuanya dari awal lagi? Lupakan status suami-istri, mari kita coba lagi sebagai Ainsley dan Galen. Hanya itu."
Ainsley terpaku sejenak, menatap Galen dengan sorot mata yang sulit dibaca. Lalu, dengan tenang ia melepaskan cengkeraman tangan pria itu.
"Coba lebih keras, Tuan."
Tanpa menunggu balasan, Ainsley menutup pintu mobil dengan debuman pelan, melangkah pergi tanpa menoleh. Namun, ketidakpuasan Galen belum usai. Ia menurunkan kaca jendela, tak mau kalah begitu saja.
"Heii, Nyonya!" panggilnya sedikit keras, menarik perhatian Ainsley yang baru beberapa langkah menjauh. "Jadi itu tadi jawaban iya atau tidak?"
Ainsley menoleh, ia terdiam sejenak menatap pria didalam mobil yang tengah menunggu jawabannya. Setelah beberapa saat, ia tersenyum simpul saat kemudian kembali bicara.
"Fifty-fifty," balasnya.
Bukan jawaban yang Galen inginkan, bahkan ucapan wanita itu malah semakin menimbulkan banyak tanya dibenaknya.
ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢
Pernahkah kalian percaya, bahwa ada cinta yang tak pernah pudar, tak peduli seberapa perih jalan yang ditempuh?
Tidak ada manusia yang benar-benar bisa menolak suara hatinya. Mau sekeras apapun dia mencoba membantah, sekuat apapun berpura-pura, selalu ada sudut dalam hati yang menyimpan satu nama. Nama yang tak pernah tergantikan, tak peduli berapa banyak luka yang menyertainya.
Seberapa kejam masa lalu, seberapa pahit ingatan, pada akhirnya dia akan selalu menjadi tujuan terakhir.
Begitulah yang dialami Ainsley. Dia, yang terluka, yang hatinya hancur berkeping-keping oleh pria yang paling ia cintai, Galen Barnaby, suaminya. Pria yang telah membenamkan dirinya dalam kegelapan, yang berkali-kali melukainya tanpa ampun.
Namun Ainsley tahu, tak ada guna berbohong pada hatinya. Sejauh apapun dia melangkah, sekuat apapun dia mencoba melepaskan, suara pria itu selalu memanggilnya pulang.
Pulang kepadanya, pulang pada pelukannya.
Gila? Mungkin. Karena bahkan setelah segalanya, perselingkuhan yang begitu nyata di depan matanya, malam-malam yang ia lalui sendirian, hingga saat hidup bayi mereka terenggut, dia masih tetap merindukannya. Masih tetap mencintainya, seolah semua derita hanyalah bagian dari cinta yang tak bisa ia hapus.
Jika ada wanita yang sebegitu dalamnya terjebak dalam cinta, dia adalah Ainsley Victoria Lysander. Wanita yang tetap berdiri sebagai Nyonya Barnaby, meski dunia tak pernah memberinya alasan untuk tinggal.
Ajakan Galen kemarin siang masih menggema di pikiran Ainsley. Pria itu ingin mengulang semuanya dari awal, bukan sebagai suami-istri yang terjebak dalam masa lalu, tetapi sebagai Ainsley dan Galen, dua orang yang saling mencintai.
Ainsley ingin sekali berkata "iya." Hatinya terikat erat pada Galen, rindu yang ia pendam rasanya sulit tertahan. Namun, dia tak bisa begitu saja menyerahkan dirinya kembali. Dia tahu, cinta saja tidak cukup.
Seorang wanita harus bijak dalam menjaga hatinya, terlebih pada seseorang yang pernah gagal menghargainya.
Ainsley memang gila karena cinta, tapi dia tidak bodoh.
Namun, semua pertimbangan logika itu runtuh ketika ia membuka pintu apartemennya pada Minggu pagi yang cerah di kota Melbourne ini. Di sana, berdiri Galen dengan senyum lebar yang memperlihatkan lesung pipinya, matanya menyipit seperti bulan sabit, memancarkan kehangatan yang sulit ia abaikan.
"Nyonya Barnaby, pagi yang cerah ya," sapanya dengan nada riang. "Bagaimana kalau kita jalan-jalan? Mencicipi es krim di pagi hari... tidak terlalu buruk, kan?"
ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢
Lose Or Get You
[30 Oktober 2024]
-
-Disinilah dimulainya kisah Ainsley dan Galen, bukan sebagai sepasang suami-istri namun sebagai dua jiwa yang saling mencintai dan sama-sama berusaha untuk kembali bersama.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya🕊️
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSE OR GET YOU
عاطفية[SEQUEL FADED DESIRE] [Mature 18+]‼️ Setelah hampir tiga tahun terpisah, Galen dan Ainsley akhirnya dipertemukan kembali. Galen, yang selama ini memendam penyesalan dan kebencian terhadap dirinya sendiri, berjuang keras untuk menebus kesalahan masa...