Chapter 1

6.6K 329 16
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa tekan vote dan berikan dukungan komentar kalian 🙆🏻‍♀️❤️

Disclaimer!!

Cerita ini adalah Sequel.
Sebelum membaca, wajib hukumnya kalian membaca FADED DESIRE terlebih dahulu.

Terimakasih💅🏻

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

Melbourne, Australia.

Ainsley menutup pintu apartemennya dengan terburu-buru, lututnya nyaris terantuk pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ainsley menutup pintu apartemennya dengan terburu-buru, lututnya nyaris terantuk pintu. Pagi ini benar-benar bencana. Dia bangun terlambat, matanya masih terasa berat setelah tidur hanya beberapa jam. Begitu jam 2 dini hari, episode drama favoritnya baru selesai dan kini, penyesalan itu menghantamnya seperti palu godam.

"Kenapa aku harus begadang nonton itu?" gumamnya penuh sesal.

Ainsley buru-buru berlari menuju halte bus hanya untuk melihat bus terakhir yang bisa membawanya ke sekolah sudah melaju menjauh. Bus yang seharusnya menjadi penyelamat pagi hari sudah melaju pergi, meninggalkannya hanya dengan asap knalpot dan rasa frustrasi.

"Fuck!" makinya frustrasi, menendang udara seolah bisa mengembalikan bus yang telah pergi.

Ainsley menjatuhkan dirinya di kursi halte, napasnya tersengal. Tangannya memijat pelipis, sementara matanya sesekali melirik ke arloji di pergelangan tangannya.

"30 menit lagi? Benar-benar hari sial," gumamnya. Waktu yang cukup untuk memikirkan segala keputusan buruknya pagi ini.

Mobilnya masih di bengkel sejak seminggu lalu, dan dia belum punya waktu untuk mengambilnya. Pikirannya berputar-putar mencari solusi, tetapi semuanya terasa buntu.

Saat dia sedang termenung dalam lamunannya, deru suara mesin yang akrab di telinganya terdengar mendekat. Ainsley menoleh dan matanya menyipit. Di hadapannya, sebuah Ferrari merah berkilau melambat dan berhenti. Kaca jendela hitamnya turun, memperlihatkan seorang pria duduk di balik kemudi. Pria itu berpakaian kasual, tapi tetap memancarkan kesan elegan.

Ainsley menghela napas lebih panjang. Kenapa harus dia? Dari sekian banyak orang di Melbourne, dari jutaan manusia yang bisa saja muncul di halte ini, kenapa harus suami sialannya yang menghentikan mobil tepat di depannya?

"Great," gumam Ainsley dengan sarkasme pahit, merasakan betapa sial harinya kini semakin menjadi-jadi.

Galen menatapnya dari balik setir dengan tatapan yang tenang, bibirnya terangkat sedikit membentuk senyum tipis, seolah menikmati kekesalan yang tergurat di wajah Ainsley.

"Hai," ucapnya, suaranya terdengar renyah. "Butuh tumpangan?"

Galen telah berada di Melbourne sejak dua hari lalu dan sejak saat itu, hidup Ainsley tak lagi tenang. Entah bagaimana pria itu menemukan jejaknya setelah ia bersembunyi selama tiga tahun. Kedatangannya tiba-tiba di sekolah tempat Ainsley mengajar membuat dunianya berputar kembali ke masa lalu yang ingin sekali ia lupakan.

LOSE OR GET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang