Chapter 20

1.8K 223 10
                                    

CERITA INI HANYA UNTUK DINIKMATI
DON'T COPY MY STORY!!

Jangan lupa tekan vote dan berikan dukungan komentar kalian 🙆🏻‍♀️❤️

Follow Instagram [Hryntibooks_ ] untuk dapat info update dan spoiler.

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

Ciuman itu dimulai dengan lembut, namun terasa semakin menuntut, seperti api yang telah lama dipendam yang kini mencari jalan untuk membara.

Perlahan, ciuman lembut itu berubah menjadi cepat dan semakin panas. Bukan hanya bibir mereka yang bertemu, tetapi juga lidah mereka yang kini menari bersama, saling menjelajah.

Suara kecupan lembut memenuhi ruangan, sesekali diselingi lenguhan pelan yang tak terkontrol, menambah kesan mendalam pada momen yang mereka ciptakan.

Galen menggigit kecil bibir bawah Ainsley, seolah memberi jeda pada permainan mereka, namun itu bukanlah akhir melainkan hanyalah awal dari godaannya. Bibirnya pun turun ke leher Ainsley, meninggalkan jejak-jejak kemerahan di kulitnya, seakan ingin menandainya, membuatnya miliknya dalam satu malam ini.

"S-stop," lenguh Ainsley lemah, suaranya nyaris tak terdengar.

Galen tidak mengindahkan kata itu. Tangannya mencengkeram kedua tangan Ainsley, menjebaknya dengan satu genggaman, sementara tangan lainnya menarik pinggulnya lebih dekat. Hawa di antara mereka terasa semakin panas, melupakan segalanya termasuk bacon dan sosis yang tengah Ainsley panggang di atas kompor.

Aroma gosong tiba-tiba menyelinap ke indra penciuman mereka, memaksa realita kembali. Ainsley tersadar, segera mendorong Galen dan memutar kepalanya ke arah wajan yang kini berasap.

"Oh fuck!" serunya buru-buru mematikan kompor.

Dibelakang, Galen terkekeh kecil seraya mengelap bibirnya yang basah dengan ibu jarinya. Ini lucu, sekaligus konyol. Bagaimana bisa, momen panas mereka luntur seketika hanya karena sosis dan bacon yang gosong diatas wajan.

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

Ainsley berdiri di depan cermin, menatap bayangannya sendiri. Tubuhnya hanya berbalut celana dalam dan bra, memperlihatkan tanda-tanda kemerahan di leher dan dadanya yang baru saja ditinggalkan oleh Galen. Sisa-sisa ciumannya masih terasa, bekas sentuhan pria itu seakan tertinggal di setiap inci kulitnya.

Setelah insiden makanan gosong di dapur, Galen tak memberi kesempatan untuknya protes. Ia menariknya kembali, membenamkannya dalam dekapan penuh gairah, tak peduli betapa Ainsley berusaha untuk menjauh.

Namun, pada akhirnya ia tak bisa melawan, bahkan tidak juga ingin. Tubuhnya seolah mengkhianati logika, larut dalam godaan Galen yang tak terelakkan.

Ainsley menghela napas panjang, menunduk dalam kebingungan. Mengapa ia tak melawan? Mengapa justru ia merasa terpikat dan bukannya marah atau kesal? Semua pertahanan dirinya runtuh di hadapan pria itu. Ada sisi dirinya yang tak dapat menolak, yang dengan mudahnya terlena setiap kali Galen menyentuhnya.

Sambil menggelengkan kepala, Ainsley merangkak naik ke tempat tidurnya, membiarkan tubuhnya yang lelah tenggelam di atas kasur. Tanpa menutupi tubuhnya lebih jauh, ia tengkurap, merasakan hawa dingin menyejukkan kulitnya yang hangat, hingga perlahan kantuk mulai menguasainya.

Entah berapa lama Ainsley tertidur, tapi ketika matanya terbuka, langit di luar jendela sudah berwarna keemasan, menandakan senja telah tiba. Ia mengerang pelan, mencoba mengumpulkan kesadaran sambil mengangkat tubuhnya dari kasur. Namun, gerakannya terhenti ketika menyadari kehadiran seseorang yang duduk di sofa, menatapnya lekat.

LOSE OR GET YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang