Chapter 6 - Unclear Feelings

19.4K 946 11
                                        

Welcome!

This story is made with love, so please respect it. Read, enjoy, and support!

Jangan lupa follow Instagram aku ya [@astihrbooks_]

ֶָ֢𐚁๋࣭⭑ֶָ֢

“Aku juga hancur... Ainsley.”

Kalimat itu akhirnya keluar. Sebuah bisikan rendah, namun lebih berat dari beban yang telah mereka pikul selama tiga tahun terakhir.

“Jika kau hancur, lalu aku apa?”

Bisikan Ainsley begitu pelan, tapi menghantam tepat di pendengaran Galen, seperti belati yang diputar dalam luka lama yang belum sepenuhnya sembuh.

Tatapan mereka masih saling bertaut—tajam, lekat, seolah tak ada celah sedikit pun bagi dunia luar untuk menyelinap masuk ke dalam ketegangan di antara mereka.

“Kau hancur, lalu aku bagaimana, Galen?” ulang Ainsley, suaranya sedikit bergetar. “Malam itu... saat aku kehilangan segalanya. Putri kita. Kau di mana?”

Galen terdiam.

Itulah kesalahan paling fatal dalam hidupnya.

Namun, dari sudut pandangnya, ia juga adalah korban. Ia dijebak. Ia tak berdaya. Dan tetap saja, pada akhirnya, itu semua tidak mengubah kenyataan bahwa ia tidak ada di saat Ainsley paling membutuhkannya.

“Harus aku jelaskan dari mana?”

Ainsley menggeleng pelan, bibirnya melengkung tipis—senyum yang lebih mirip kepedihan yang sudah tumpah begitu lama hingga nyaris terasa hambar.

“Aku sudah tak butuh segala penjelasan itu, Galen.” Matanya yang hijau keemasan bersinar dingin di bawah lampu jalan. “Sudah tiga tahun berlalu. Tak ada artinya lagi. Semua sudah berakhir di malam itu.”

Berakhir.

Kata itu menggema di benak Galen, membakar tenggorokannya lebih dari alkohol paling keras sekalipun.

Jakunnya bergerak, seolah ada kata-kata yang ingin ia keluarkan, tapi tak satu pun huruf berhasil melewati bibirnya.

Pada akhirnya, ia hanya bisa menatapnya.
Menatap wajah wanita yang dulu ia cintai, wanita yang masih ia cintai, wanita yang... entah bagaimana, tetap menjadi pemenang dalam setiap detik ingatannya.

Sial.

Galen mengusap wajahnya kasar, mendongak menatap langit malam sebelum menghela napas panjang.

“Ah... kau membuatku gila,” desahnya, lebih kepada dirinya sendiri.

Ainsley tersenyum kecil, kali ini lebih getir. “Aku sudah gila lebih dulu, Galen.”

Dan di antara mereka, udara terasa semakin berat—seakan semua yang belum terucap memenuhi ruang kosong di antara tubuh mereka.

Dering ponsel Ainsley memecah ketegangan di antara mereka.

Suara itu seperti lonceng pengingat, menariknya kembali ke kenyataan setelah terperangkap dalam pusaran masa lalu yang seharusnya sudah ia tinggalkan.

Dengan gerakan cepat, ia merogoh benda pipih itu dari saku jaketnya. Layar yang menyala menunjukkan hitungan mundur mereka telah berakhir. Lima menit sudah habis.

“Aku harus kembali,” ucapnya, suaranya datar saat ia mencoba melepaskan diri dari dekapan Galen. Namun, pria itu tetap tak bergeming.

“Ainsley.”

LOSE OR GET YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang