CHAPTER 10

204 14 0
                                    

" Aku rasa hujan nya sudah reda, aku akan pergi karena aku ada pekerjaan yang harus dilakukan." ucap Sonya yang sedikit canggung kepada Gaby.

" Tentu dokter bisa pergi dan terima kasih sudah menemani." ucap Gaby yang tersenyum kepada Sonya.

Sonya pun pergi dari kamar tersebut dan kembali bekerja seperti seharusnya, setelah sore hari tiba Sonya sudah berada diruangan nya untuk mengerjakan beberapa laporan yang harus diselesaikan bersama dengan asisten nya.

" Saya akan lembur dan mungkin akan tidur disini untuk menyelesaikan laporan pasien yang sudah harus dilaporkan besok, anda bisa pulang tidak perlu lembur." ucap Sonya kepada asisten nya.

" Baik dokter." ucap asisten nya yang lalu pergi meninggalkan Sonya dari ruangan nya itu.

Sonya mengerjakan pekerjaan nya hingga larut malam dan dia belum makan malam apapun karena terlalu sibuk dengan laporan medis pasien nya itu, dia memesan makan di aplikasi makanan lalu dia keluar untuk mengambil sendiri makan tersebut di lobi rumah sakit dana saat berada dirumah sakit dia melihat kedua orang tua Gaby keluar dari lift rumah sakit dan meninggalkan rumah sakit dengan mobil nya.

" Pasti mereka pergi menjenguk Gaby tadi, aku akan melihat keadaan Gaby sekarang." ucap Sonya yang pergi mengambil makanan yang dia pesan lalu pergi masuk kedalam lift menuju kamar inap Gaby.

Saat Sonya keluar lift ada dua petugas keamanan dan juga beberapa orang di sekita lorong gedung itu dan membuat Sonya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, Sonya menhampiri kamar Gaby namun ada petugas kebersihan yang terlihat sedang merapihkan potongan dari peralatan makan yang berserakan di lantai.

" Ada apa ini ? apa yang terjadi ?" tanya Sonya.

" Kerabat dan pasien yang berada di kamar ini melakukan perdebatan hingga penganiayaan kepada..." ucap petugas keamanan.

" Penganiayaan ?" ucap Sonya yang menaikan nada bicara nya lalu pergi masuk kedalam kamar tersebut begitu saja.

Terlihat wajah Gaby terluka parah di beberapa sisi serta beberapa luka lebam ditubuh nya dan Gaby sedang mendapatkan perawatan dari dokter jaga yang bertugas saat ini.

" Lakukan visum untuk setiap sisi luka yang dia dapatkan, masukan semua setiap pecahan alat makan itu kedalam plastik dan berikan kepada saya nanti dan minta rekaman cctv ruangan ini juga." ucap Sonya yang nada bicara nya semakin naik karena kesal.

Setelah semua hal yang diminta Sonya sudah dia dapatkan, Sonya meletakkan semua barang bukti kedalam brangkas diruangan kerja nya lalu dia menyelesaikan semua pekerjaan nya dengan cepat lalu dia kembali kekamar Gaby namun Gaby terlihat sudah tertidur karena Gaby diberikan obat penenang agar dia bisa beristirahat.

Sonya duduk disamping ranjang Gaby sambil memegang tangan Gaby dan dia menatap pasien muda tersebut dengan begitu dalam dan tanpa sengaja air mata sonya jatuh karena hatinya tiba-tiba merasakan sakit saat melihat beberapa luka di tubuh pasien muda itu.

" Aku akan menemani mu malam ini, tidurlah." ucap Sonya.

Gaby bangun dari tidur nya di pagi hari dan melihat ada tangan seseorang yang memegang tangan nya sepanjang malam, Gaby menatap Sonya yang tertidur didekatnya itu dan membuat dia tersenyum melihat hal ini.

" Ouw kamu sudah bangun ? bagaimana keadaan mu ?" tanya Sonya yang baru bangun dari tidur nya.

" Apakah dokter tidur disini sepanjang malam ?" tanya balik Gaby kepada Sonya.

" Aku yang bertanya terlebih dahulu, bagaimana keadaan ku bukan malah balik bertanya." ucap Sonya yang sedikit kesal dengan Gaby.

" Aku harus menjawab apa lagi, aku tentu harus baik-baik saja dan menerima bahwa hidup ku harus seperti ini." ucap Gaby yang tiba-tiba tertawa keras dihadapan Sonya.

" Gaby...ini tidak lucu sama sekali, sejak kapan orangtua mu melakukan kekerasan seperti ini kepada mu ?" tanya Sonya.

" Sudah sejak kecil, papah selalu memukul ku setiap kali aku melakukan apapun yang dia anggap salah ataupun tidak sempurna namun sejak aku dewasa dan tidak tinggal bersama dengan mereka aku tidak mendapat penganiayaan lagi." ucap Gaby.

" Mengapa kamu tidak bicara sejak awal kepada ku semua nya, laporkan penganiayaan ini karena aku sudah mengumpulkan semua bukti serta saksi nya lalu akan ada pengacara yang terbaik yang akan mendampingi mu." ucap Sonya.

" Tidak, aku tidak akan melakukan itu dan tidak bisa melakukan itu." ucap Gaby yang menolak mentah-mentah

" Kenapa ? kamu tidak perlu takut jika papah mu tidak membiayai pengobatan nya maka aku akan melakukan pembayaran untuk semua pengobatan mu hingga kamu kembali pulih." ucap Sonya.

" Aku tidak bisa bercerita kepada dokter sekarang namun terima kasih karena sudah begitu peduli dengan ku." ucap Gaby yang tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca.

Setelah melakukan perundingan dengan apa yang terjadi kepada Gaby akhirnya rumah sakit menbgeluarkan surat bahwa Gaby sudah bisa pulang dan akan mendapatkan perawatan jalan untuk keadaan medis yang di alami nya sekarang.

" Saya akan membayar berapapun tapi biarkan anak saya tetap berada di rumah sakit ini karena akan membuang waktu jika bulak-balik untuk terapi dari rumah ke rumah sakit." ucap ayah Gaby.

" Kami tidak bisa menahan pasien sudah membaik lebih lama di rumah sakit karena kami harus menerima pasien lain yang membutuhkan perawat intensif." ucap staff.

" Jika anda tidak keberatan, Gaby bisa tinggal dengan saya dan saya bisa mengantar dia terapi karena saya akan berangkat kerja dirumah sakit ini setiap hari dan anda tidak perlu repot mengurus anak anda dirumah juga." ucap Sonya yang tiba-tiba muncul diruangan adminitrasi.

" Itu ide yang bagus, Gaby akan ikut dengan dokter Sonya selama pemulihan." ucap ayah Gaby yang setuju begitu saja.

" Tapi pah kita tidak tahu dimana dokter Sonya tinggal, bagaimana jika anak kita kenapa-kenapa." ucap ibu Gaby yang sedikit khawatir.

" Diamlah sialan, kamu tidak perlu ikut campur...atau aku akan memukul mu." ucap ayah Gaby yang membentak ibu Gaby didepan staff dan juga Sonya dan membuat Sonya tersenyum karena muak dengan apa yang dilakukan ayah Gaby itu.

Sonya pun membawa Gaby kerumah nya orangtua nya dan Gaby duduk didepan rumah itu sambil memandangi kebun sekitaran yang ada didepan rumah Sonya itu.

" Apakah semua kebun ini milik dokter ?" tanya Gaby.

" Walau secara hukum kini perkebunan ini milik ku namun aku tetap akan mengatakan jika perkebunan ini milik ayah ku, aku tidak akan mengakui nya karena ayahlah yang berjuang seumur hidupnya untuk perkebunan nya ini." ucap Sonya dengan mata yang berkaca-kaca karena Sonya sangat merindukan orang-orang yang sudah pergi meninggalkan nya itu.

" Bagaimana jika aku bekerja dikebun mu tanpa perlu digaji, aku akan melakukan nya secara gratis untuk mu dokter." ucap Gaby yang terlihat bersemangat.

" Bagaimana kamu akan melakukan pekerjaan dengan keadaan seperti ini, pulihkan tubuh mu terlebih dahulu baru setelah itu kamu lakukan apapun yang kamu ingin kan." ucap Sonya mentertawakan Gaby.

" Apa dokter menyepelekan ku ? aku lulusan fakultas ilmu pertanian dan dengan ilmu ku perkebunan dokter akan lebih maju." ucap Gaby yang sedikit kesal karena ditertawakan oleh Sonya.

" Oh ya, kalau begitu cepat pulih dan bekerjalah dengan ku di perkebunan ini." ucap Sonya yang tersenyum lebar kepada Gaby.

" Senyuman mu indah dokter, kenapa kamu menyembunyikan senyuman mu yang indah itu...kamu harus sering tersenyum agar orang-orang tidak takut didekat mu dokter." ucap Gaby yang secara tiba-tiba memuji Sonya dan membuat Sonya menjadi malu mendengar pujian yang dilontarkan untuk nya itu.

Sonya hanya diam dan justru membawa Gaby yang berada dikursi roda masuk kedalam rumah nya itu, didalam rumah yang terlihat begitu modern dan cukup elegan itu Gaby akan tinggal selama pemulihan diri nya.

LOVE&TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang