1 | Perasaan Tidak Enak

886 78 93
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Iqbal berhenti di ambang pintu depan kantor, setelah rapat dengan tim selesai. Pemuda itu memegangi dadanya dan mengusapnya beberapa kali.

"Guys, boleh aku jujur?"

Semua tatap langsung tertuju padanya, meski sebenarnya mereka semua sedang sibuk mengurus barang masing-masing.

"Ada apa, My Prince?" Nadin menatapnya sedikit khawatir.

"Perasaanku mendadak enggak enak. Aku ... aku merasa ada yang mengganjal dan membuatku ingin tertahan di sini," jawab Iqbal, apa adanya.

Revan mendekat pada pemuda itu, lalu merangkulnya dengan  tegas.

"Istighfar, Bal. Ayo, kita istighfar bersama-sama," ajaknya.

"Astaghfirullah hal 'azhim. Astaghfirullah hal 'azhim. Astaghfirullah hal 'azhim."

Revan menepuk-nepuk pundak Iqbal, lalu meremas bahu pemuda itu seperti biasa.

"Lawanlah jika ada yang mencoba menghasutmu. Perasaanmu enggak enak, mungkin karena ada hal yang masih mengganjal dan belum kamu selesaikan di rumah. Cobalah tenangkan diri, agar perasaanmu bisa kembali damai," saran Revan.

Iqbal mengangguk. Ia langsung meraih ranselnya dan juga koper milik Nadin, agar bisa disimpan ke bagasi mobil milik Karel.

"Hari ini kita akan pergi menggunakan mobil. Kota Subang cukup dekat dari Jakarta, jadi tidak perlu naik pesawat seperti biasanya. Jadi bagi Karel dan Revan yang membawa mobil, akan memberikan tumpangan pada yang lain. Silakan segera putuskan siapa-siapa yang akan ikut di mobil kalian, agar tidak perlu ada yang rebutan," saran Ruby.

"Sudah jelas aku akan ikut di mobilnya Abangku tercinta, By," sahut Reva, sambil melirik ke arah Revan yang tengah menimang-nimang Pangsit di depan pintu kantor.

"Aku akan ikut di mobil Karel bersama My Prince-ku, By. Jadi, apakah kamu mau ...."

"Dek Ruby ...."

Samsul telah merentangkan tangannya di samping mobil milik Karel, sambil menggenggam setangkai mawar merah. Reva ingin menghentikan kegiatan gila pemuda itu, agar tidak perlu melihat pertunjukkan absurd apa pun. Namun sayang, langkahnya langsung dicegah oleh Nadin dan Iqbal sebelum ia berhasil mewujudkan niatnya. Ruby sendiri kini sudah berbalik dan tersenyum ke arah Samsul. Kedua pipinya bersemu merah jambu, akibat menahan perasaan terhadap pemuda itu.

"Cuma ... kamu ... sayangku di dunia ini. Cuma ... kamu ... cintaku di dunia ini. Tanpa ... kamu ... sunyi kurasa dunia ini. Tanpa ... kamu ... hampa kurasa dunia ini. Cuma ... kamu ... sayangku di dunia ini. Cuma ... kamu ... cintaku di dunia ini*."

Setangkai mawar merah yang tadi digenggam oleh Samsul kini telah berpindah ke tangan Ruby. Samsul langsung membukakan pintu mobil milik Karel, agar Ruby bisa masuk lebih dulu daripada Nadin ataupun Iqbal.

"Silakan masuk, Dek Ruby," ujar Samsul, penuh dengan senyuman.

"Terima kasih, Samsul. Terima kasih juga untuk bunga dan lagunya," ucap Ruby, penuh ketulusan.

Setelah Ruby masuk ke mobil milik Karel, Samsul pun hendak ikut naik. Namun sayang, suara Revan mendadak terdengar dan membuatnya diam di tempat.

"Sampai kamu ikut masuk ke mobilnya Karel, Sul, bakal kulepaskan Pangsit dari tanganku agar dia mengejarmu," ancam Revan.

Iqbal, Nadin, dan Karel pun menertawai Samsul dengan perasaan puas. Reva membuka pintu bagian tengah mobil milik Revan, lalu memberi tanda pada Samsul untuk segera berpindah haluan.

KUNTILANAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang