- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Revan dan Samsul--di posisi masing-masing--mendengar dengan jelas adu mulut antara Reva dan Desi. Kedua pemuda itu berusaha keras untuk tetap berkonsentrasi dengan apa yang mereka cari. Meski rasanya ingin sekali mengomentari adu mulut tersengit yang pernah Reva lakukan, keduanya lebih memilih untuk fokus pada pencarian ruang ritual di rumah itu.
"Aku baru saja memeriksa satu kamar di bagian sini, Sul. Tidak ada apa-apa di dalamnya. Hanya kamar kosong yang sepertinya tidak dipakai," lapor Revan.
"Aku juga baru memeriksa satu ruangan. Yang aku periksa ini adalah bagian dapur, Van. Aku akan segera berpindah ke pintu sebelah. Siapa tahu di sebelah adalah ruang ritual yang kita cari," balas Samsul.
Kedua pemuda itu segera meninggalkan tempat yang sudah mereka periksa.
"TUTUP SAJA MULUTMU ANAK KECIL SIALAN!!!"
"KAMU YANG SIALAN, PEMELIHARA KUNTILANAK!!!" balas Reva.
Suara keduanya menghentikan langkah Samsul maupun Revan selama beberapa saat. Kedua pemuda itu meringis dengan kompak, usai mendengar betapa Reva tidak mau mengalah jika sudah adu mulut.
"Kualitas adu mulutnya Reva semakin number one, ya, Van. Salut, aku," puji Samsul.
"Iya, kamu benar. Mulut pedasku saja rasanya masih kalah kalau dibandingkan dengan mulut Adikku. Tante Hani benar-benar mengajarkan banyak hal pada Reva, melebihi Beliau mengajar Oliv selama ini," balas Revan.
"Kamu harus bersyukur, Van, karena Reva belajar banyak hal dari Tante Hani. Bayangkan, bagaimana jika Reva belajar banyak hal dari Papiku. Kamu pasti akan stress lahir batin di rumah ataupun di tempat kerja, karena Reva pasti akan terlihat sekonyol Papiku sepanjang waktu," ujar Samsul.
"Kalau itu enggak usah kamu ingatkan, Sul! Aku paham, kok, betapa gilanya kehidupan ini apabila Reva memilih belajar sesuatu dari Papimu. Melihatmu konyol setiap saat saja sudah membuatku ingin meledak, apalagi jika Reva juga begitu!" omel Revan.
"Tapi nanti Reva pasti akan ketularan konyol, kok. Dia akan menikah dengan Sammy, Van. Kamu tahu, 'kan, kalau aku dan Sammy tidak ada bedanya saat sedang kumat?"
Revan langsung menepuk keningnya, saat teringat fakta tak penting itu. Ia benar-benar harus menyabarkan diri, saat nanti Sammy menjadi Adik iparnya. Ia jelas tidak bisa menghindari kontak dengan Sammy, karena dia akan semakin sering berkunjung ke rumah Keluarga Rahadi setelah resmi menjadi menantu.
Sebuah tuas pintu dibuka pelan-pelan oleh Revan. Aroma menyengat kemenyan merah langsung menyambutnya. Kedua matanya terpaku selama beberapa saat, ketika mengamati isi ruangan tersebut. Ia melihat semua keperluan ritual tersedia sangat lengkap di sana. Bahkan, asap putih yang pekat juga masih mengepul dari atas sebuah wadah tanah liat berukuran besar. Tampaknya Desi sedang melakukan sesuatu, sebelum terpancing keluar dari ruangan tersebut. Kini Revan meyakini, bahwa ruangan itu adalah ruang ritual yang dicarinya.
"Sul. Segeralah ke bagian sini. Aku menemukan ruang ritual perempuan itu," pinta Revan.
"Sudah ketemu, Van? Oke ... aku akan langsung menuju ke tempatmu," tanggap Samsul.
Samsul berjalan mengendap-endap di belakang Desi, karena dirinya harus menyeberang ruangan untuk bisa sampai ke tempat Revan berada. Ruby dan Reva melihat keberadaannya, lalu segera mengarahkan fokus Desi hanya pada mereka di tengah pertarungan yang masih berlanjut. Samsul kembali bisa bernafas lega, ketika akhirnya sampai di seberang ruangan tanpa ketahuan. Ia segera mencari keberadaan Revan dan menemukannya tak lama kemudian.
"Itu. Lihatlah," tunjuk Revan.
Samsul menatap ke arah ruang ritual yang kini pintunya telah dibuka lebar oleh Revan.
"Eh? Kok ada jeruk dan nanas? Buat apa itu? Termasuk sesajen, gitu?" tanya Samsul.
"Ya. Dua buah itu termasuk sesajen untuk kuntilanak. Sebagai tanda bahwa si pemelihara mengharapkan bantuan dari kuntilanak itu, agar dirinya dibuat tidak bisa hamil meski sering berhubungan badan dengan seorang laki-laki," jawab Revan.
Samsul terdiam selama beberapa saat. Ia berusaha mencerna jawaban yang baru saja didengarnya dari Revan. Pikiran polos Samsul sedikit shock, karena harus mendengar hal aneh yang sangat tidak biasa tersebut.
"Uhm ... dengan kata lain, kalau si pemelihara kuntilanak sedang berhubungan badan bersama seorang laki-laki, maka kuntilanak peliharaannya akan ikut melakukan kegiatan itu bersama pemeliharanya? Benar begitu, 'kan?" tanyanya, untuk meyakinkan diri.
"Ya. Itu benar. Hanya dengan cara itu si kuntilanak bisa membantu tuannya agar tidak hamil, meski sering berhubungan badan. Oke ... mari berhenti membicarakan soal arti keberadaan sesajen nanas dan jeruk. Sebaiknya kita segera menghancurkan ruang ritual ini, agar ritual pesugihan perempuan itu bisa segera diakhiri," ajak Revan.
"Ya. Aku setuju. Sebaiknya memang kita berhenti membicarakannya dan kembali bekerja," balas Samsul, mencoba mengenyahkan isi pikirannya soal sesajen nanas dan jeruk.
Revan segera mengeluarkan beberapa botol air dari dalam ranselnya. Ia akan mendoakan air dalam botol-botol tersebut, sebelum dipakai untuk menghancurkan wadah ritual yang masih membara. Samsul mulai mengeluarkan energi untuk membantu melingkupi diri Revan, yang kali itu akan melakukan penghancuran ruang ritual. Ia akan melindungi pemuda itu sejak awal, untuk mencegah adanya serangan tak terduga apabila ada penghalang yang dipasang oleh Desi. Semuanya masih tidak tertebak sampai detik itu, karena Desi bukanlah orang yang dikenal oleh Rijad sebagai RT Desa Ciasem Tengah. Desi bukan warganya, sehingga sama sekali tidak ada info yang bisa membuat segalanya jelas.
"Ayo, Sul. Baca doa bersamaku," perintah Revan.
"Ya, ayo."
Revan sendiri saat ini sudah siap menyiram sebuah wadah berukuran sedang, yang berisi arang membara bertabur kembang tujuh rupa. Di tengah-tengah wadah tersebut tertancap sebuah keris kecil, yang tampaknya hanya bisa dicabut apabila wadahnya telah hancur. Samsul memejamkan kedua matanya, sambil terus mengeluarkan energi tanpa henti ke arah tubuh Revan. Konsentrasinya semakin terpusat, sehingga sulit bagi siapa pun memecahnya lagi setelah kedua matanya terpejam.
"A'udzubillahi minasy-syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. Bismillahilladzi la yadhurru ma'asmihi syai'un fil ardhi wa laa fis sama'i wa huwas sami'ul 'alim."
Revan langsung menuangkan air ke atas wadah di hadapannya. Suara retakan perlahan-lahan mulai terdengar. Wadah tanah liat itu akan segera hancur, karena Revan menuang air yang sudah ia doakan tepat pada intinya.
KRAKKK!!! PRANGGG!!!
Wadah tersebut pecah dan isinya berserakan di lantai. Desi mendengar suara tersebut, membuatnya berhenti menyerang ke arah Reva dan Ruby. Perasaannya semakin tidak enak, terutama karena ia mendadak memikirkan kuntilanak peliharaannya. Namun ia tidak bisa pergi begitu saja dari hadapan Reva dan Ruby, yang jelas tidak akan membiarkannya mencoba memeriksa ruang ritual. Reva dan Ruby juga tahu bahwa Samsul dan Revan pasti baru saja berhasil menghancurkan ruang ritual yang menjadi tugas mereka. Membuat keduanya segera menyerang mati-matian ke arah Desi yang mulai kehilangan konsentrasi.
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/379244773-288-k436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNTILANAK
Terror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 4 Perjalanan kali itu berbeda dari biasanya. Iqbal merasa ada yang begitu mengganjal dalam hatinya selama perjalanan berlangsung. Sejak mendengar soal permintaan tolong klien dari Ruby, sesuatu seakan langsung me...