- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Tatapan Karel saat ini tertuju hanya pada Iqbal. Ia ingat betul yang dikatakan oleh Ziva melalui telepon, ketika ia masih berada di dalam kamar penginapan. Iqbal ditakuti oleh beberapa jenis makhluk halus. Sehingga pastinya makhluk halus yang takut pada Iqbal akan berusaha menjauh, jika tahu kalau pemuda itu akan mendekat. Karel jelas langsung menduga seperti itu, karena ia sangat yakin dengan kemampuan Nadin ketika merasakan energi negatif. Ia tahu bahwa kemampuan gadis itu sama sekali tidak akan pernah gagal apa pun yang terjadi.
"Jangan salah paham dulu. Aku enggak menuduh, kok. Aku hanya mengatakan sesuatu berdasar fakta," ujar Karel.
"Fakta? Fakta apa maksudmu, Rel? Ngomong jangan setengah-setengah, dong. Bisa mati penasaran aku kalau kamu ngomong setengah-setengah begitu," keluh Iqbal.
Semua orang ikut mendengarkan. Mereka juga ingin tahu apa maksud ucapan Karel sebenarnya mengenai Nadin yang masuk ke kandang ayam bersama Iqbal.
"Kata Ibuku, dulu setelah Tante Rere terjerat teluh kain kafan, kamu akhirnya terlahir dengan keadaan ditakuti oleh beberapa jenis makhluk halus, Bal. Jadi jika ada makhluk halus yang mendadak pergi saat tahu kamu akan datang ke arahnya, itu bukan hal yang mengejutkan. Justru itu adalah yang perlu kita anggap biasa, karena kamu memang menakutkan bagi beberapa jenis makhluk halus. Jadi kegagalan Nadin tadi, bukan karena dia salah merasakan posisi energi negatif. Tapi karena kamu ada di sampingnya. Sehingga makhluk halus yang tadi berdiam di sini langsung pergi saat tahu kamu mendekat," jelas Karel.
Revan dan Samsul kembali bertepuk tangan dengan kompak. Mereka berdua--lagi-lagi--merasa terpukau dengan kelebihan tak terduga yang Iqbal miliki, sehingga membuat mereka tak bisa menahan diri untuk memberikan apresiasi.
"Luar biasa, Bal. Luar biasa. Selain gila karena bucin pada Nadin, ternyata kamu juga gila karena bisa membuat setan ketakutan," ungkap Revan, sangat jujur.
"Itu benar, Bal. Hebat, kamu. Pertahankan prestasi terselubungmu itu, Bal! Pertahankan!" saran Samsul.
"Ya ... ya ... ya ...! Nanti akan sekalian aku buatkan daftar nama-nama setan yang takut pada Iqbal. Nomor satu sudah jelas kuntilanak, 'kan?" Reva ingin mencari kejelasan.
Iqbal langsung menjambak rambutnya sendiri, usai mendapat respon di luar nalar dari Revan, Reva, dan Samsul. Ia benar-benar ingin mencak-mencak saat itu juga. Namun ia memilih memajukan bibirnya sebagai tanda protes pada kedua pemuda itu.
"Duh ... kalian itu apa enggak punya komentar lain, hah? Aku merasa baru saja memenangkan medali emas saat kalian bertepuk tangan. Bisa enggak, jangan membuat aku terlihat lebih konyol lagi di depan Nadin? Ayolah ... bisa, 'kan? Buat aku terlihat lebih ganteng dan menarik di depan Nadin saja. Ya ... ya ... ya ...?" mohon Iqbal.
Nadin pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum, usai mendengar permohonan absurd Iqbal kepada Samsul dan Revan. Sebelum Revan atau Samsul sempat menjawab permohonan itu, Karel sudah lebih dulu merangkul Iqbal agar kembali serius pada diskusi mereka.
"Hanya saja, Bal, uhm ... sebaiknya kali ini kamu tidak ikut dengan kami apabila Nadin kembali merasakan energi negatif di tempat lain. Masuklah paling terakhir, setelah kami memeriksa tempat yang ada energi negatifnya," saran Karel.
Iqbal langsung menekuk wajahnya, usai mendapat saran paling menyebalkan yang pernah ia dengar. Ia ingin sekali mengajukan protes. Namun tidak tega saat melihat wajah Nadin yang tadi sempat terlihat penuh kekecewaan, setelah energi negatif yang dirasakannya mendadak hilang. Jadi mau tak mau, Iqbal jelas hanya bisa patuh dan setuju dengan saran dari Karel.
"Setuju. Sebaiknya Iqbal menunggu di luar kandang saja sementara waktu. Dia boleh masuk, apabila kita semua sama-sama tidak bisa menangani kuntilanak yang tadi menyerang," tanggap Ruby.
"Eh ... tapi kalau kuntilanak yang tadi siang datang lagi, bagaimana, Dek Ruby? Siapa yang akan menanganinya? 'Kan, kuntilanak itu cuma takut sama Iqbal," Samsul mendadak teringat.
"Samsul ... jangan makan gaji buta, dong, ganteng. Kalau Iqbal sedang tidak diperbolehkan menghadapi kuntilanak oleh Karel, maka sudah jelas kamu yang harus menghadapinya bersama Karel dan Nadin," ujar Ruby, sambil menepuk-nepuk lembut pundak Samsul.
"Tapi kalau Samsul merasa enggak mampu menghadapi kuntilanak itu, gimana kalau aku saja yang ...."
"Enggak, Bal!!! Enggak!!!" sahut yang lainnya, kompak.
Iqbal benar-benar di dorong keluar kandang ayam oleh Reva dan Revan. Pintu kandang ayam langsung ditutup rapat-rapat, agar Iqbal tidak bisa melihat ke dalam. Pemuda itu kini hanya berdiri sendirian di depan kandang, sambil memainkan celurit bulu ayam kesayangannya. Langit mulai memerah di ufuk barat. Suara shalawat mulai terdengar melalui toa masjid yang baru saja dinyalakan. Sebentar lagi waktu maghrib akan tiba dan kemungkinan kuntilanak itu akan datang lagi semakin jelas.
"Guys, ada yang kalian temukan di dalam?" tanya Iqbal.
Tidak ada jawaban dari anggota timnya. Iqbal masih memainkan celurit bulu ayam di tangannya, sambil menunggu kabar ataupun panggilan dari yang lain.
"Guys? Kok enggak ada yang jawab? Ayolah ... aku jangan dikucilkan sampai segininya, dong. Bisa ngomel tujuh hari tujuh malam loh aku, kalau sampai dikucilkan kayak begini," ancam Iqbal, masih bermain-main.
Tetap saja tidak ada jawaban. Bahkan suara hela nafas dari para sahabatnya pun sama sekali tidak terdengar melalui earbuds di telinganya. Hal itu membuat Iqbal merasa heran, namun sama sekali tidak berani mendekat karena tadi sudah dipesankan untuk tidak masuk sebelum dipanggil. Kini ia sedang berusaha menenangkan hatinya. Ia meyakinkan diri, bahwa semuanya baik-baik saja karena ada Karel, Nadin, dan Samsul yang akan menjaga Ruby, Revan, dan Reva. Sayangnya, keadaan menjadi terasa dingin sesaat setelah ia memikirkan hal itu.
"Cepat masuk! Mereka dalam bahaya!"
Kedua mata Iqbal membola. Ia tahu betul suara siapa yang baru saja berbisik di telinganya. Ia bergegas berlari menuju kandang ayam yang sejak tadi tertutup pintunya. Dan ketika ia masuk ke sana, ia menemukan pemandangan yang tidak pernah diduga sama sekali. Semua anggota timnya terjebak di seluruh penjuru dinding kandang ayam dengan mulut tersumpal jerami dan tubuh yang kaku.
"NYAI MURTI!!! BANTU AKU LEPASKAN MEREKA!!!" teriak Iqbal, sambil menatap penuh amarah ke arah kuntilanak yang kembali terpojok akibat kedatangan pemuda itu.
Nadin, Karel, dan Samsul melihat dengan jelas munculnya sesosok kuntilanak lain di kandang ayam itu setelah Iqbal berteriak. Kuntilanak itu sangat dikenali oleh Karel dan Samsul. Karena selama ini kuntilanak itu tinggal di dekat rumah Iqbal dan selalu dicari-cari oleh pemuda itu untuk diajak berkenalan. Mereka tidak tahu, kalau ternyata Iqbal akhirnya berhasil berkenalan dengan kuntilanak tersebut hingga kini dia bisa meminta bantuannya.
BRUAKKHHH!!!
Dalam sekejap, semua yang tadi terjebak di dinding kandang ayam akhirnya terlepas dan jatuh ke lantai semen. Mereka semua meringis kesakitan. Namun sebisa mungkin, mereka berusaha untuk tetap bertahan agar Iqbal bisa berkonsentrasi memojokkan kuntilanak yang menyerang mereka habis-habisan.
"Nyai Murti ... tolong amankan setiap jalan keluar yang bisa dia lewati. Bantu aku agar dia tidak bisa lolos dari sini," pinta Iqbal, sambil menyiram celurit bulu ayam dengan air yang sudah ia doakan.
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/379244773-288-k436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNTILANAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 4 Perjalanan kali itu berbeda dari biasanya. Iqbal merasa ada yang begitu mengganjal dalam hatinya selama perjalanan berlangsung. Sejak mendengar soal permintaan tolong klien dari Ruby, sesuatu seakan langsung me...