8 | Mendadak Hilang

769 76 91
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Setelah Rijad dan Hasbi menjauh dari area kandang ayam para peternak, keduanya segera menemui para pemilik peternakan. Para pemilik peternakan tampaknya masih membicarakan soal kuntilanak yang tadi dihadapi oleh beberapa orang dari tim yang dipanggil ke desa itu. Mereka tampak takut untuk mendekat ke kandang ayam masing-masing. Karena saat ini belum ada kepastian, apakah kuntilanak tadi tidak akan kembali lagi ke sana atau masih akan kembali. Mereka jelas tidak berani menghadapi kuntilanak itu seorang diri. Rijad dan Hasbi jelas memahami kecemasan para warga. Untuk itulah mereka menyerahkan semua urusan yang berkaitan dengan makhluk halus kepada orang-orang yang sudah biasa menanganinya.

"Pak RT. Bagaimana, Pak? Apakah ada kabar baru dari orang-orang yang Bapak undang ke desa kita?" tanya Rahman--salah satu pemilik peternakan.

"Mereka bertujuh saat ini sedang menuju ke kandang ayam milik Pak Yudi, Pak Rahman. Katanya, di sana sedang terasa energi negatif dari makhluk halus. Jadi mereka teh akan memeriksa kandang ayam Pak Yudi lebih dulu, daripada kandang ayam yang lain," jawab Rijad.

"Apakah kuntilanak yang tadi siang mereka hadapi datang lagi, Pak RT? Terus, kapan atuh kuntilanak itu teh bisa diusir biar enggak datang-datang lagi ke desa kita? Kami teh takut, Pak RT," ungkap Hartati, pemilik peternakan lainnya.

"Sabar dulu, Bapak-bapak ... Ibu-ibu ... semuanya sedang diusahakan oleh orang-orang yang saya undang ke sini," Hasbi mencoba menenangkan para pemilik peternakan. "Insya Allah kita akan segera mendapatkan jawabannya, apabila mereka sudah melakukan sesuatu untuk mengusir kuntilanak itu dari desa ini. Tapi sebelumnya, mereka juga butuh waktu untuk mencari tahu soal apa yang sebenarnya membawa kuntilanak itu ke desa kita."

"Memang ada penyebabnya, Pak? Kalau memang, iya, apakah sebabnya dikarenakan oleh kami sebagai pemilik peternakan?" tanya Darul, merasa penasaran.

"Kalau menurut saya, sebabnya jelas bukan karena orang-orang yang tinggal di desa ini ataupun para pemilik peternakan. Tapi agar lebih jelas soal asal-muasal dan juga alasan datangnya kuntilanak itu ke desa ini, sebaiknya kita memang menunggu saja kabar dari mereka. Insya Allah, mereka akan menjelaskan pada kita semua mengenai dua hal tersebut."

Semua orang masih terlihat gelisah. Mereka mulai saling menatap satu sama lain secara diam-diam. Mereka tahu, bahwa saat itu sama sekali belum ada kepastian soal keamanan peternakan mereka. Namun mereka tetap mencoba untuk mengharapkan hal yang baik, karena tahu bahwa semuanya sedang diusahakan.

"Kami teh sama sekali enggak nyangka, kalau hilangnya ayam-ayam secara misterius di kandang adalah akibat diambil kuntilanak. Kami benar-benar berpikir bahwa itu teh pekerjaan maling," ujar Diki.

"Tidak ada yang menyangka sama sekali, Pak Diki. Saya juga sebagai Ketua RT di sini, sama sekali enggak menyangka kalau semua itu teh perbuatan kuntilanak. Bahkan kalau bukan karena ada saksi dan juga kalau bukan karena ada yang dengar sendiri suara ketawa kuntilanak itu, saya mah mungkin masih enggak bisa percaya kalau kuntilanak yang jadi biang keladi," tanggap Rijad, apa adanya.

"Wajib percaya, Pak RT. Demi Allah eta kuntilanak sorana meni nyaring pisan. Bayangkeun, masih keneh siang tos kitu seurina. Kumaha lamun peuting eta teh? Duh... teu kabayang ku abi mah*," sahut Minah.

"Maka dari itu saya teh sekarang hanya bisa menyarankan pada Bapak-bapak dan Ibu-ibu agar tenang. Jangan ada yang mendekat dulu ke kandang ayam masing-masing. Itu yang dipesankan oleh ketujuh orang tadi pada saya dan Pak Hasbi."

Samsul mengarahkan Revan agar tetap di belakangnya bersama Reva. Karel sudah berada di posisi samping kandang ayam bersama Ruby, ketika Nadin akan maju lebih dulu ke pintu kandang bersama Iqbal. Kandang ayam itu benar-benar memiliki energi negatif yang bisa Nadin rasakan dari jarak jauh sekalipun. Hanya saja, energi negatifnya berbeda dengan energi negatif yang tadi dirasakan oleh Nadin ketika baru tiba di desa tersebut.

"Aku dan Iqbal akan masuk," ujar Nadin.

"Kami akan menyusul setelah kamu membuka pintu kandang ayam, Nad," balas Ruby.

"Jangan lupa untuk mewaspadai setiap sudut kandang ayam setelah kalian membuka pintunya," saran Reva.

Iqbal menatap Nadin yang saat itu ada di sisinya. Ia tersenyum dengan wajah bersemu merah jambu, ketika sadar bahwa sejak tadi mereka sama sekali tidak pernah menjauh setelah bertemu di hutan. Perasaannya sangat tenang, karena Nadin terus ada di sisinya.

"Kamu mau cincin yang polos atau yang ada hiasan batu permatanya, My Princess?" tanya Iqbal, berusaha bicara selirih mungkin.

Nadin langsung mengulum senyum, sebagai tanda bahwa ia sedang berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan.

"Terserah kamu saja, My Prince. Apa pun yang kamu beri, Insya Allah akan aku terima," jawabnya.

Iqbal pun meraih rantai yang melilit pada tuas pintu kandang ayam. Ia membuka lilitannya dengan cepat, lalu mendorong pintunya hingga terbuka lebar. Pemuda itu bergegas masuk bersama Nadin seraya mengedarkan pandang ke seluruh sudut kandang ayam. Seluruh anggota tim yang lain menyusul tak lama kemudian, sesuai dengan rencana mereka tadi. Namun pada saat yang sama, wajah Nadin sama sekali tidak menggambarkan sesuatu yang bagus bagi mereka. Gadis itu seakan baru saja kehilangan jejak yang sejak tadi telah dirasakannya.

"Energi negatifnya mendadak hilang, guys," aku Nadin, apa adanya. "Sesaat setelah aku dan Iqbal masuk, energi negatifnya langsung hilang begitu saja. Aku enggak merasakan apa-apa lagi sekarang."

Semua orang kini ikut kebingungan seperti Nadin. Mereka saling pandang satu sama lain dan mulai bertanya-tanya dalam pikiran masing-masing. Nadin benar-benar tidak paham, mengapa hal seperti itu bisa terjadi secara mendadak. Padahal biasanya jika ia merasakan energi negatif, maka energi negatif itu tidak akan pernah pergi sampai sesosok makhluk halus muncul di hadapannya. Kali itu, semuanya tidak pernah terlintas dalam pikiran Nadin. Membuat Nadin merasa gagal untuk pertama kalinya saat bekerja bersama tim.

"Tenang, Nad. Tenang dulu. Mungkin ada alasannya, sehingga energi negatif itu mendadak hilang," Revan berusaha menenangkan Nadin.

"Iya, aku tahu, Van. Tapi, apa alasannya? Aku bingung sendiri jadinya kalau begini, Van. Aku belum pernah kehilangan jejak energi negatif sejak bisa merasakannya saat masih kecil. Ini pertama kalinya, Van. Ini benar-benar pertama kalinya," ungkap Nadin.

"Mungkin saja makhluk halusnya memang berpindah tempat, pada saat kita akan masuk, Nad. Itu jelas bukan salah kamu, kok," bujuk Ruby.

"Atau mungkin juga, hal itu terjadi karena kamu tadi masuk ke sini bersama Iqbal, Nad," ujar Karel.

"Hah? Gimana, Rel? Kok mendadak karena Nadin masuk ke sini bersamaku?" kaget Iqbal.

* * *

*TRANSLATE : Demi Allah itu kuntilanak suaranya nyaring banget. Bayangin, masih siang saja sudah begitu ketawanya. Gimana kalau malam, kira-kira? Duh... enggak kebayang sama sekali bagi saya.

KUNTILANAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang