- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Reva dan Ruby tiba di rumah RT di desa itu, setelah memisahkan diri dari anggota tim yang lainnya. Hasbi segera memperkenalkannya pada pemilik rumah, sebelum mereka memeriksa bersama rekaman CCTV dari para peternak ayam.
"Aku dan Ruby baru saja tiba di rumah Pak RT di desa ini," lapor Reva, saat baru saja menginjakkan kaki di teras rumah.
Hasbi melihat dan mendengar hal yang Reva lakukan. Ia baru tahu, kalau ternyata anggota tim yang diundangnya ke desa itu akan tetap saling berkomunikasi meskipun tidak sedang bersama-sama. Padahal ia pikir, mereka akan sedikit mengalami kesulitan saat akan mengabari yang lain jika berada di tempat terpisah. Namun ternyata, semua anggota di dalam tim itu tampaknya sudah mempersiapkan segalanya sebelum pekerjaan mereka dimulai.
"Laporan kami terima, Va. Aku dan Nadin baru saja akan pergi ke arah hutan di dekat desa ini bersama seorang warga. Kalau kami tiba di sana, aku atau Nadin akan segera mengabari," balas Karel.
"Laporan diterima, Rel. Hati-hati di jalan bersama Nadin," pesan Reva.
"Aku, Revan, dan Iqbal baru saja tiba di kandang ayam pertama. Insya Allah kami akan mulai memeriksa dan memberi kabar setelah ada yang bisa kami temukan," janji Samsul.
"Oke, Sul. Aku akan tunggu kabar dari kalian."
Reva pun segera masuk ke rumah itu. Ia menjadi yang paling terakhir berkenalan dengan pemilik rumah, karena Ruby sudah lebih dulu melakukannya.
"Perkenalkan, nama saya Rijad dan ini Istri saya, namanya Emi."
Reva menjabat tangan keduanya.
"Nama saya Reva. Saya bagian dari anggota tim yang dipimpin oleh Ruby," ujarnya, seraya tersenyum sopan.
"Silakan duduk. Ini laptopnya sudah siap, apabila Eneng berdua mau langsung memeriksa hasil rekaman CCTV dari para pemilik peternakan ayam di desa ini," ujar Emi.
"Terima kasih banyak, Bu Emi," tanggap Reva, yang kemudian duduk tepat di samping Ruby.
Hasbi duduk bersama Rijad. Pria paruh baya itu membuka sebuah video yang sepertinya sudah ditonton berulang kali, sejak mereka mendapatkannya. Kini, Ruby dan Reva-lah yang harus melihat video tersebut. Mereka harus menjabarkan hal seperti apa yang bisa dilihat dari rekaman CCTV para peternak ayam di desa itu. Keduanya menatap layar tanpa berkedip. Tatapan mereka fokus pada beberapa titik, yaitu kandang ayam, ayam-ayam, dan proses hilangnya ayam-ayam yang sulit dicerna oleh akal sehat manusia.
Setelah melihat isi rekaman CCTV, Ruby dan Reva kini saling menatap satu sama lain. Keduanya siap untuk berunding, setelah melihat keseluruhan kejadian di kandang ayam.
"Apa yang kamu lihat, Va? Apa yang paling kamu tandai?" tanya Ruby, sambil membuka i-Pad miliknya dan bersiap mencatat.
"Yang hilang hanya ayam jantan berukuran sedang," jawab Reva. "Ayam betina sama sekali tidak tersentuh. Baik itu yang berukuran sedang ataupun besar. Ayam jantan berukuran besar juga tidak tersentuh. Ayam-ayam itu benar-benar aman di tempatnya."
"Oke. Sekarang menurut yang aku lihat," balas Ruby.
Reva mendengarkan. Ia ingin tahu dari sudut pandang Ruby, meski tadi ia merasa sudah melihat semuanya.
"Ayam yang hilang dari setiap kandang berjumlah ganjil. Meskipun yang hilang ada banyak, namun hitungannya tetap ganjil. Dan hilangnya ayam-ayam itu, ada jeda sesedikitnya dua detik dari kandang satu ke kandang lainnya. Tidak bersamaan."
Hasbi, Rijad, dan Emi mendengarkan sejak tadi. Mereka pun kini saling menatap satu sama lain, karena ada beberapa fakta yang memang tepat seperti yang dilihat oleh Ruby dan Reva.
"Itu benar," Rijad memulai. "Yang sering hilang dari kandang ayam adalah hanyalah ayam jantan dan berukuran sedang. Artinya, ayam jantan yang hilang itu tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Tepat di tengah-tengah. Selanjutnya, benar juga yang dikatakan oleh Neng Ruby, bahwa ayam yang hilang selalu berjumlah ganjil. Tidak peduli banyaknya seperti apa, hitungannya tetaplah ganjil."
"Berarti selebihnya daripada itu, baru kami berdua yang menyadarinya?" tanya Reva.
"Iya, Neng Reva. Untuk urusan kapan hilangnya dan apakah bersamaan atau tidak, baru Neng Ruby yang menyadari jika ada perbedaan antara kandang satu dan kandang lainnya," jawab Emi.
Baru saja Ruby hendak melanjutkan pembicaraan, suara Iqbal mendadak terdengar oleh mereka berdua melalui earbuds.
"Guys, perasaanku semakin enggak enak."
Reva langsung bangkit dari sofa, setelah memohon izin keluar pada Rijad dan Emi menggunakan isyarat tangannya. Gadis itu langsung berdiri di teras rumah. Ia sedikit gelisah, karena tahu bahwa Iqbal sedang tidak main-main dengan ucapannya.
"Istighfar, Bal. Jangan lupa untuk terus beristighfar," saran Reva.
Ruby segera menyusul keluar. Ia juga kembali ke teras, karena mulai khawatir saat mendengar nada suara Iqbal yang berbeda melalui earbuds-nya. Ia berdiri di samping Reva untuk menimbang-nimbang, apakah mereka harus menyusul ketiga pemuda di kandang ayam itu atau tidak. Hasbi ikut keluar bersama Rijad. Mereka juga ingin tahu ada hal apa yang terjadi di kandang ayam saat itu.
"Kamu merasakan sesuatu, Bal? Semacam ... energi negatif yang sering dirasakan oleh Nadin?" tanya Revan.
"Enggak. Aku enggak merasakan hal-hal seperti yang Nadin rasakan. Tapi ... entah kenapa aku rasanya enggak asing dengan keadaan yang kurasakan saat ini, Van. Seakan-akan aku sudah pernah menghadapinya sebelum hari ini," jawab Iqbal.
Ruby dan Reva terus mencoba mendengarkan.
"Maksudmu ... seakan kamu sudah pernah menghadapi makhluk halus yang baru saja akan kita hadapi? Begitu, Bal?" Samsul mencoba meluruskan.
"Ya. Itu yang aku maksud, Sul! Seakan aku sudah pernah menghadapi makhluk halus yang baru akan kita hadapi hari ini," Iqbal memberi kepastian.
Reva dan Ruby kini sama-sama mengernyitkan kening mereka, seraya saling menatap dengan ekspresi yang sulit diartikan. Pengakuan Iqbal tentunya membuat mereka bingung. Selama ini, Iqbal sama sekali tidak pernah bercerita kalau dirinya pernah atau sering menghadapi makhluk halus, meski tidak punya kelebihan apa pun. Jadi ketika mereka mendengar pengakuannya, rasa bingung adalah yang pertama kali menguar dalam pikiran masing-masing.
"Hah? Serius, My Prince? Kamu merasa seperti itu? Seakan kamu sudah pernah menghadapi makhluk halus yang baru akan kita hadapi?" Nadin ingin memastikan.
"Iya, My Princess. Begitu yang aku maksud," jawab Iqbal, atas pertanyaan Nadin.
"Tapi satu-satunya makhluk halus yang sering sekali kamu hadapi selama ini, 'kan, cuma Kun--"
"NADIN, AWAS!!!"
KRESSKK! KREK!
NGIIIIIIING~!
"Aw! Sakit!" keluh Ruby, sambil melepas earbuds-nya yang berdenging tanpa alasan jelas.
"Karel??? Nadin??? Hei!!! Jawab, guys!!!" panik Reva, mengabaikan suara denging panjang yang terdengar di telinganya.
"Ayo, Va! Kita susul mereka ke hutan!" putus Ruby.
"Nadin??? Nad??? Please jawab, Nad!!! Nadin???" Iqbal mencoba memanggil Nadin sekali lagi.
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/379244773-288-k436.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KUNTILANAK
Terror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 4 Perjalanan kali itu berbeda dari biasanya. Iqbal merasa ada yang begitu mengganjal dalam hatinya selama perjalanan berlangsung. Sejak mendengar soal permintaan tolong klien dari Ruby, sesuatu seakan langsung me...