[[♠]]
Helios mendudukkan dirinya di kursi belakang, bersama seorang pria dengan wajah garang yang nampaknya sudah tua, mungkin sekitar 60 tahunan. Pria dengan setelan jas biru navy tersebut pun menghisap cerutunya, lantas ia hembuskan gumpalan asap dari mulutnya. "Jalan," titah pria itu dengan suara beratnya pada sang sopir.
Dari ujung mata Helios melirik sosok yang mirip dengan dirinya, mungkin saat ia tua nanti. "Gak kerja?"
Mematikan nyala di cerutunya pria itupun lantas melirik pada sang putra. "Gak, khusus hari ini ayah ingin memukulimu saja," jawabnya datar.
Mendengarnya Helios pun mengangguk, tersenyum miris, tubuhnya memang kekar tapi ia masih tak yakin bisa menahan pukulan maut dari Hulk di sampingnya. "Tapi ini kan bukan sepenuhnya salah Helios."
"Ayah tahu, tapi tetap saja itu merusak martabat ayah. Beruntung kabar tentang kamu yang adalah anak ayah belum tersebar luas. Sudah ayah bilang lebih baik kamu menjadi penerus ayah saja, tak perlu susah payah mencari koneksi untuk diajak bekerjasama. Ujung-ujungnya malah diracuni oleh anak buahmu sendiri kan? Betapa bodohnya. Siapa yang meracuni kamu? Sebentar, ayah lupa namanya, nomor 111 kan?"
"111?" Helios mengernyitkan alisnya bingung.
"Hm, bukankah dia tahanan nomor 111 saat di lapas yang sekarang sudah hancur itu?"
Helios terdiam sejenak, ia sendiri sedikit lupa dengan nomor di pakaian tahanan milik Jeva dulu. "Ya, mungkin, namanya Jeva," jawab Helios.
"Jeva? Wanita?"
"Bukan, dia hewan minus akhlak."
Mendengar jawaban tersebut ayah Helios, Huan pun hanya menatap malas sang putra. "Setidaknya dia lebih pintar darimu, nak."
"Dia cuma Hoki, jangan sembarang," ketus Helios.
Huan pun merotasikan bola matanya semakin malas dengan sikap kekanak-kanakan sang putra, padahal putranya kini sudah berusia 31 tahun. "Kau mau balas dendam?"
"Tentu, anak buah durhaka seperti jalang itu harus tahu konsekuensi karena telah mengusik kita."
"Hm, terserahmu, ayah tidak punya waktu untuk mengurusi drama anak-anak. Lebih baik ayah berkunjung ke rumah Lexa, membicarakan kerjasama. Mungkin lebih bermanfaat," sahut Huan. Sungguh, ia memang tak peduli dengan kerusuhan yang Jeva buat, biarkan putranya saja yang mengurusnya sendiri.
"Dokter Alexa? Bocah baru puber itu?"
"Umurnya 26 tahun, dan sifatnya lebih dewasa darimu."
"Dewasa? Cih! Orang dia juga cuma bisa ngelola penjualan organ-organ manusia, apa hebatnya."
"Hebatnya dia belum tertangkap dan hancur sepertimu."
Mendengarnya Helios pun bungkam, sial, hanya gara-gara sedikit kecerobohan ia jadi dipandang rendah seperti ini oleh ayahnya sendiri. Gue bunuh Lo nanti jalang sialan, batinnya merasakan dendam kesumat yang sangat dalam pada Jeva.
"Andai kamu anaj satu-satunya ayah, sudah ayah buang kamu ke laut," ucap Huan dengan santainya.
Helios pun melirik sinis pada sang ayah. "Kenapa gak ngangkat anak aja? Drama banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
SICK ROAD [END]
RandomRefa terkekeh miris melihat pemandangan di depannya, puluhan orang berseragam Oren yang tengah makan siang, pula dengan penjaga berseragam polisi di setiap sudut tempat itu. "Gak, harusnya gue mati setelah ditabrak truk, tapi apa-apaan tempat ini." ...