Keberhasilan penyerangan terhadap benteng Whitelock membuat Vincent semakin menguatkan posisinya di kerajaan. Kabar tentang kebakaran besar dan keruntuhan keluarga Whitelock menyebar dengan cepat, mengukuhkan reputasi Vincent sebagai duke yang tidak hanya kejam, tetapi juga cerdas dan tak terduga. Banyak bangsawan mulai meragukan kekuatan mereka sendiri, dan Vincent mulai merasakan kekuatan politik yang sedang berputar di bawah kakinya.
Di tengah perayaan kemenangan, Vincent memanggil para penasihatnya untuk mendiskusikan langkah selanjutnya. Mereka berkumpul di ruang pertemuan yang megah di benteng Alaric, ruangan dengan dinding batu yang kokoh, dihiasi dengan trofi dari peperangan sebelumnya. Di tengah meja, tersaji peta kerajaan yang menunjukkan semua wilayah yang kini berada di bawah pengaruhnya.
“Setelah Whitelock jatuh, siapa yang kita target selanjutnya?” tanya Gavriel, yang duduk di samping Vincent, masih dengan aura semangat setelah keberhasilan mereka.
Vincent menyandarkan punggungnya di kursi, matanya menyapu peta dengan penuh perhatian. “Keluarga di selatan lainnya tidak akan bisa bertahan lama setelah mendengar tentang apa yang terjadi di Whitelock,” jawabnya. “Namun, kita tidak boleh meremehkan mereka. Kita harus menggunakan taktik yang lebih halus untuk menghancurkan mereka.”
“Apakah kita perlu membakar lebih banyak benteng?” tanya salah satu penasihat, dengan nada skeptis.
“Tidak,” kata Vincent tegas. “Kita sudah membuat cukup banyak kebisingan. Selanjutnya, kita harus bergerak di bawah bayangan. Kekuatan politik di balik perang ini tidak hanya terletak pada senjata, tetapi juga pada strategi dan manipulasi.”
Gavriel mengangguk, mengerti maksud Vincent. “Jadi, kita akan menggunakan taktik infiltrasi dan subversi?”
“Persis. Kita akan menanamkan ketidakpercayaan di antara mereka, membuat mereka saling menyerang,” Vincent menjelaskan. “Mereka tidak perlu tahu bahwa kita adalah yang menggerakkan semua ini. Ketika mereka saling menghancurkan, kita akan muncul sebagai penyelamat.”
Salah satu penasihat lainnya, seorang wanita tua dengan rambut abu-abu, bertanya, “Tapi, Tuan, apakah kita sudah mempersiapkan langkah-langkah ini? Mereka mungkin akan membalas dengan cara yang tidak terduga.”
Vincent tersenyum tipis, matanya menyala dengan antisipasi. “Mereka sudah mulai mengira bahwa mereka bisa bergerak bebas. Mereka tidak tahu bahwa kita telah menyiapkan benih-benih keraguan dan kecurigaan. Di antara para bangsawan ini, selalu ada satu atau dua orang yang ambisius dan tidak puas dengan posisinya. Kita hanya perlu memberi mereka sedikit dorongan.”
---
Dengan rencana yang matang, Vincent mulai menebar jaringnya. Ia mengirimkan mata-mata ke berbagai daerah di kerajaan, mengumpulkan informasi dan mencari tahu siapa saja yang memiliki ambisi tersembunyi. Setiap pertemuan yang berlangsung di antara bangsawan, setiap bisikan yang terdengar, semua itu menjadi alat untuk menggerakkan rencana Vincent.
Di lain sisi, Vincent menyusun strategi untuk menarik perhatian para bangsawan lainnya. Ia mengundang mereka untuk menghadiri perayaan besar di benteng Alaric. Dengan menjadikan perayaan sebagai ajang unjuk kekuatan, Vincent berharap bisa menarik perhatian semua pihak dan mengeliminasi ancaman yang mungkin muncul di tengah kebisingan.
Perayaan itu diadakan dengan megah. Seluruh benteng dihias dengan kain-kain berwarna cerah dan lampu-lampu yang berkilauan. Makanan melimpah dan anggur terbaik disajikan untuk semua tamu yang hadir. Vincent, dengan pakaian yang sangat elegan, menjadi pusat perhatian. Wajahnya yang dingin dan tajam memancarkan aura kekuasaan yang membuat banyak orang terpesona sekaligus ketakutan.
Seiring malam semakin larut, Vincent mulai berinteraksi dengan para tamunya. Setiap percakapan yang terjalin direncanakan dengan cermat. Ia menanamkan ide-ide yang bisa menimbulkan keraguan di hati para bangsawan. Ia berbicara tentang ketidakstabilan politik, ancaman dari luar, dan bagaimana perlunya bersatu dalam menghadapi tantangan bersama. Namun, di balik itu semua, ia juga membisikkan pernyataan-pernyataan yang meragukan loyalitas satu sama lain.
“Bangsawan Balthasar memang selalu berbicara tentang persatuan,” Vincent mengisyaratkan kepada salah satu tamu, “tapi kita semua tahu bahwa dia memiliki ambisi lebih besar. Apakah Anda benar-benar percaya dia tidak berencana untuk mengambil alih posisi kita semua?”
Tamu itu, seorang bangsawan muda bernama Lord Harlan, tampak terkejut. “Sungguh? Aku tidak pernah mendengarnya sebelumnya. Itu akan sangat berbahaya bagi kita semua.”
Vincent tersenyum, merasakan angin segar dari keraguan yang baru saja ditanamkan. “Ya, kita harus waspada. Satu kesalahan kecil bisa membawa kehancuran.”
Dengan setiap percakapan, Vincent terus menanamkan benih-benih kecurigaan. Satu demi satu, para bangsawan mulai merasa gelisah. Mereka saling curiga satu sama lain, dan malam itu berubah menjadi malam yang penuh dengan ketegangan.
---
Di sudut lain dari benteng, beberapa bangsawan berkumpul dalam kelompok kecil, saling berbisik dan bertukar pandangan. Lord Balthasar, yang menjadi target utama Vincent, merasakan gelagat aneh di sekelilingnya. “Apa yang sedang terjadi? Kenapa semua orang terlihat begitu gelisah?” tanyanya kepada beberapa rekan yang berdiri di sisinya.
“Vincent,” jawab salah satu bangsawan dengan suara pelan. “Dia terus-menerus mengungkit masalah persatuan dan ketidakstabilan. Aku rasa dia memiliki agenda tersembunyi.”
Balthasar mengerutkan kening. “Aku tidak menyukainya. Kita harus bersatu dan tidak terpecah belah, jika tidak kita semua akan jatuh.”
Namun, keraguan yang ditanamkan Vincent sudah mengakar. Dalam ketegangan yang meningkat, Lord Balthasar berbalik, mencermati orang-orang di sekelilingnya. “Kita harus berbicara lebih serius tentang Vincent. Dia mungkin ingin menguasai kita satu per satu.”
---
Malam perayaan berlanjut, tetapi di dalamnya, ketidakpastian terus berkembang. Vincent, yang memantau dari jauh, bisa melihat bahwa rencananya mulai membuahkan hasil. Keluarga bangsawan yang biasanya solid kini tampak saling menjauh, dipenuhi oleh rasa curiga dan keraguan.
Ketika semua tamu pulang, Vincent menyadari bahwa langkah selanjutnya adalah memperdalam keretakan di antara mereka. Ia perlu menemukan cara untuk mengadu domba satu dengan lainnya, dan untuk itu, ia membutuhkan alat.
Dari sisa-sisa kekuasaan Whitelock yang telah runtuh, Vincent mulai memanfaatkan informasi yang tersisa. Ia mengumpulkan bekas-bekas pengkhianat yang selamat, memanfaatkan kebencian dan kesedihan mereka untuk menggerakkan agenda pribadinya. Semua akan digunakan untuk melemahkan kekuatan bangsawan yang tersisa, dan menguasai seluruh kerajaan.
“Siapkan semua informan kita,” perintahnya. “Kita akan mulai membangun narasi yang akan membuat semua orang saling menyerang.”
Bersama dengan bayangan malam, Vincent Alaric melangkah ke jalur permainan yang lebih dalam, di mana setiap gerakan akan menentukan nasib kerajaan. Dengan wajah tanpa emosi, ia menyaksikan bayangan-bayangan di sekelilingnya bergerak, dan ia tahu bahwa kekuasaan sejati tidak hanya ada di ujung pedang, tetapi juga di dalam kekacauan yang bisa diciptakannya.
“Ini hanya permulaan,” gumamnya, sebuah senyum penuh keangkuhan menghiasi wajahnya. “Kerajaan ini akan menjadi milikku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne Of Secrets And Iron 〘TAMAT〙
FantasyKetika seorang pria tak berperasaan dari dunia modern terbangun dalam tubuh Duke Vincent, seorang bangsawan muda yang terkenal karena kebrutalannya, ia mendapati dirinya berada di pusat permainan politik yang mematikan. Di kerajaan yang penuh dengan...