Suara benturan pedang dan teriakan prajurit bergema di dalam benteng, menciptakan suasana yang mencekam. Vincent Alaric, meskipun terdesak, tetap berdiri teguh. Dia tahu bahwa pertarungan ini bukan hanya untuk kekuasaan, tetapi untuk keberlanjutan eksistensinya dan untuk melindungi orang-orang yang ada di bawah naungannya. Namun, di dalam hati, ada pergolakan yang lebih dalam; sebuah pertanyaan tentang harga dari ambisi dan kekuasaan.
Di tengah kegelapan yang melanda, Arlen melawan dengan semangat yang tak terbendung. Setiap gerakan yang dilakukannya mengingatkan Vincent pada ketangguhan yang dimiliki oleh orang-orang yang berjuang untuk hak mereka. Meskipun mereka berlawanan, ada hal yang mengikat keduanya—sebuah rasa kehilangan dan keinginan untuk membalas dendam.
“Vincent! Ini semua harus berakhir!” teriak Arlen, menembus suara petir yang mengguntur. “Kau tidak bisa terus-menerus menindas kami! Hari ini adalah hari pembalasan kami!”
Vincent menjawab dengan serangan yang penuh kekuatan. “Kau tidak mengerti! Ini bukan hanya tentang kekuasaan! Ini tentang kelangsungan hidup!”
Dengan pedang yang saling bersentuhan, keduanya terjebak dalam pertarungan yang tampaknya tak berujung. Vincent berusaha menemukan celah untuk menyerang, tetapi Arlen seakan selalu berada di depan, mengantisipasi setiap gerakannya. Di sekeliling mereka, prajurit dari kedua belah pihak berjuang tanpa henti, dan suasana semakin kacau.
Setiap kali Vincent menyerang, bayangan masa lalunya melintas di benaknya. Kenangan akan bagaimana ia berjuang untuk mendapatkan tempatnya di dunia ini. Mengapa ia terjebak dalam lingkaran kekuasaan dan balas dendam ini? Di antara semua kekacauan, ia merasakan keraguan merayapi hatinya.
---
Malam semakin gelap dan badai tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Dalam kegelapan itu, Vincent merasakan bahwa ada sesuatu yang lebih besar sedang berlangsung. Para prajuritnya bertarung dengan segenap tenaga, tetapi sepertinya tidak ada yang bisa menghalangi semangat Arlen dan pasukannya.
Vincent memberi isyarat kepada pengawalnya. “Kita perlu mengambil inisiatif. Susun formasi! Jangan biarkan mereka memisahkan kita!”
Sementara itu, Arlen juga merasakan kekuatan di balik gerakan pasukannya. “Terus maju! Jangan berhenti! Kita harus menghancurkan benteng ini dan membalas dendam untuk keluarga kita!” serunya, menambah semangat pasukannya.
Di tengah kerumunan, Vincent melihat momen yang bisa dimanfaatkan. Ia tahu bahwa jika ia bisa mengubah arah pertempuran ini, ia akan memiliki peluang untuk mengambil alih kembali kendali. Dalam sekejap, ia berlari ke arah kelompok musuh, menyadari bahwa satu langkah yang salah bisa menghancurkan semuanya.
Dengan keberanian yang mengalir dalam nadinya, Vincent melancarkan serangan ke arah salah satu prajurit Arlen, menggertak dan mendorong musuhnya mundur. Dalam pertempuran yang tidak terduga ini, ia mulai merasakan kekuatan yang ada di dalam dirinya. Kekuatan untuk bertahan, untuk melindungi semua yang dia miliki.
---
Namun, meski Vincent berusaha keras, situasi semakin sulit. Arlen dan para pengikutnya tampaknya mendapatkan semangat baru, seolah badai di luar memberikan kekuatan tambahan kepada mereka. Suara teriakan dan ketukan pedang saling bertukar tanpa henti, menambah intensitas pertempuran.
Vincent teringat kata-kata ibunya. “Kekuatan tidak hanya terletak pada fisik, tetapi juga pada ketekunan dan keberanian.” Ia mencoba menerapkan prinsip itu, berjuang melawan setiap musuh yang menghadang.
“Jika aku kalah hari ini, semua yang telah aku bangun akan hancur,” pikir Vincent, merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat. Dia tidak hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang bergantung padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne Of Secrets And Iron 〘TAMAT〙
ФэнтезиKetika seorang pria tak berperasaan dari dunia modern terbangun dalam tubuh Duke Vincent, seorang bangsawan muda yang terkenal karena kebrutalannya, ia mendapati dirinya berada di pusat permainan politik yang mematikan. Di kerajaan yang penuh dengan...