Setelah pertemuan rahasia dengan Ratu, Vincent kembali ke ruang pribadinya di istana dengan pikiran yang dipenuhi strategi. Informasi yang diberikan Ratu sangatlah berharga, tetapi juga berbahaya. Apakah dia bisa mempercayai Ratu, atau apakah itu hanya jebakan lain untuk memancingnya membuat kesalahan? Satu hal yang pasti: Raja telah menyiapkan panggung untuk menggoyahkan fondasi kekuasaan Keluarga Alaric."Silas, panggil semua penasihat dan kepala pasukan," perintah Vincent segera setelah tiba di ruangannya. Wajahnya yang dingin tidak
menunjukkan emosi apa pun, tetapi mata tajamnya menandakan bahwa pikirannya bekerja dengan cepat. "Kita perlu membahas rencana pertahanan wilayah utara dengan segera."
Silas menunduk dalam, menahan pertanyaan yang
berputar di benaknya, lalu segera meninggalkan
ruangan untuk memanggil orang-orang kepercayaan Vincent. Tak butuh waktu lama bagi para pemimpin
utama Keluarga Alaric untuk berkumpul di dalam ruang pertemuan pribadi. Masing-masing membawa ekspresi tegang, menyadari bahwa pertemuan mendadak ini pasti memiliki arti yang sangat penting."Situasi kita berubah," kata Vincent tanpa basa-basi, menatap mereka satu per satu. "Raja sedang merencanakan sesuatu yang besar. Dia akan memicu pemberontakan di wilayah kita dengan tujuan melemahkan posisi Keluarga Alaric. Aku membutuhkan laporan terbaru tentang kondisi wilayah utara dan informasi tentang para bangsawan yang mungkin bisa dikhianati."
Seorang pria tua dengan wajah penuh garis keriput berdiri. Dia adalah Karlis, kepala intelijen Alaric, pria yang telah mengawasi keamanan dan rahasia keluarga selama lebih dari tiga dekade. “Tuan Muda, kami memang telah mengamati adanya gerakan mencurigakan dari beberapa bangsawan di utara. Beberapa dari mereka tampaknya telah melakukan pertemuan rahasia, dan jumlah persenjataan mereka bertambah dalam beberapa bulan terakhir."
"Siapa mereka?" Vincent bertanya dengan nada dingin.
"Lord Gared dari Kastil Frostwall dan Baron Henrick dari Hollow Hills," jawab Karlis tanpa ragu. "Keduanya memiliki kekuatan militer yang cukup
untuk menimbulkan kekacauan di wilayah
perbatasan. Jika mereka bergabung, itu bisa menyebabkan masalah serius."Vincent tersenyum tipis, senyum yang penuh dengan ancaman dingin. “Jadi, mereka adalah tikus-tikus kecil yang ingin bermain perang. Sangat baik. Kita akan membuat mereka memancing Raja untuk bergerak, tetapi dengan cara yang tidak dia duga."
Para penasihat dan komandan lainnya saling bertukar pandang, bingung. Vincent mencondongkan tubuhnya ke depan, jari-jarinya menyatu membentuk piramida di depan wajahnya.
"Kirimkan surat kepada mereka," katanya tenang. "Katakan bahwa aku mengundang mereka untuk menghadiri pertemuan di Kastil Alaric. Undangan itu harus terdengar ramah, seolah-olah aku ingin berbicara tentang kerja sama ekonomi atau hal remeh lainnya. Tapi pastikan bahwa nada surat itu ambigu, sehingga mereka merasa ragu untuk menolak."
Karlis mengerutkan kening. “Apa maksud Anda, Tuan Muda? Mereka bisa menganggap ini sebagai ancaman terselubung dan menjadi lebih berhati-hati."
"Itu yang kuinginkan,” jawab Vincent, senyum dinginnya semakin lebar. “Jika mereka ragu, mereka akan terburu-buru mengambil keputusan. Entah mereka datang dan terjebak di wilayah kita, atau mereka mulai menggerakkan pasukan untuk menyerang lebih dulu. Bagaimanapun juga, kitaakan tahu siapa yang benar-benar berani menentang
Keluarga Alaric."
hadir terdiam. Itu adalah rencana
Semua yang berisiko tinggi. Jika Lord Gared dan Baron Henrick menolak undangan dan malah menyerang lebih dulu, pasukan Alaric harus siap menghadapi perang
besar. Namun, jika Vincent benar, ini akan menjadi cara yang sempurna untuk memancing
pemberontakan kecil sebelum berkembang menjadi ancaman besar.
"Tuan Muda," kata Silas dengan nada tenang, "jika mereka menyerang lebih dulu, itu berarti Raja akan mendapatkan alasan untuk mencap Anda sebagai pemicu konflik. Apa yang akan kita lakukan?"
Vincent berdiri, menatap peta besar wilayah utara yang terpampang di dinding ruang pertemuan. Matanya menyapu permukaan peta itu, menelusuri setiap titik strategis yang ada. "Jika mereka menyerang, kita akan membiarkan mereka masuk ke wilayah kita. Biarkan mereka merasa menang dan berpikir bahwa mereka telah berhasil membuat celah di pertahanan kita."
la memandang mereka semua dengan sorot mata tajam. "Lalu, kita akan menghancurkan mereka dengan serangan balik yang tak terduga, menghancurkan pasukan mereka di medan yang sudah kita siapkan. Ketika itu terjadi, aku akan mengirim pesan kepada Raja-mengesankan padanya bahwa aku bukan mangsa yang lemah, melainkan musuh yang lebih berbahaya dari yang
dia duga."Silas menunduk dalam-dalam, menghormati rencana Vincent. "Saya akan memastikan persiapan pasukan dilakukan sesuai perintah Anda, Tuan Muda."
"Baik," jawab Vincent singkat. "Jangan membuat kesalahan. Kita harus bergerak cepat dan tanpa cela. Jika gagal, bukan hanya Keluarga Alaric yang hancur-tetapi juga seluruh wilayah utara."
Medan perang di dataran utara dipenuhi dengan suara dentingan pedang dan raungan prajurit yang terluka. Bau darah menyengat di udara, bercampur dengan debu dan asap dari kamp-kamp yang terbakar. Di tengah-tengah medan, Vincent berdiri dengan mantap di atas bukit kecil, memandang ke arah pasukan yang bertempur di bawahnya. Baju zirah hitam legamnya berkilauan di bawah sinar matahari sore yang mulai redup.
Pertempuran ini adalah titik puncak dari permainan licik yang telah ia siapkan. Sesuai rencana, pasukan gabungan Lord Gared dan Baron Henrick telah masuk terlalu dalam ke wilayah Alaric, merasa yakin bahwa mereka sedang mengejar pasukan yang mundur. Mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang dipancing masuk ke dalam perangkap besar
yang telah dirancang Vincent.
Begitu mereka cukup jauh, Vincent memerintahkan pasukannya untuk mengepung dari semua sisi, mengisolasi musuh dan membuat mereka terjebak tanpa jalan keluar. Itu adalah pembantaian yang tak terelakkan.
"Tuan Muda, pasukan musuh telah runtuh," lapor Silas dengan wajah penuh darah dan debu, tetapi matanya berbinar karena kemenangan. "Lord Gared sudah tewas, dan Baron Henrick ditangkap. Apa perintah selanjutnya?"
Vincent menatap medan perang yang dipenuhi mayat musuh, bibirnya melengkung dalam senyum dingin. "Hancurkan sisa pasukan mereka. Biarkan hanya beberapa yang hidup untuk membawa berita ini kembali ke Raja."
Silas mengangguk dalam. "Dan mengenai Baron Henrick?"
"Bawa dia padaku," jawab Vincent tanpa ragu. "Aku akan memberikan Raja hadiah yang tidak akan dia lupakan."
Ketika Baron Henrick yang terluka dan terikat diseret ke hadapan Vincent, pria tua itu berlutut dengan wajah pucat penuh ketakutan. "Duke Alaric, ampunilah aku! Aku hanya mengikuti perintah-"
"Diam," potong Vincent dengan suara yang tenang
tetapi penuh ancaman. "Kau pikir aku tidak tahu siapa yang memerintahkanmu bergerak? Kau dan sekutumu hanyalah boneka dalam permainan Raja."
Baron Henrick gemetar, tak mampu membalas. Vincent menunduk, menatap langsung ke mata pria tua itu dengan kebencian yang dingin. "Kirimkan pesan ini kepada Rajamu. Katakan padanya, jika dia mencoba menantang Keluarga Alaric lagi, aku tidak akan berhenti pada para bangsawan kecil sepertimu. Aku akan datang langsung untuknya, dan kali ini, aku tidak akan berhenti sampai tahta kerajaan berada di bawah kendali Keluarga Alaric."
Baron Henrick mengangguk gemetar, tak mampu berkata apa-apa. Vincent berdiri tegak, matanya menyala penuh tekad dan kekuatan. Pertempuran ini hanya awal. Perang yang lebih besar masih menunggu di depan. Tetapi satu hal yang pasti: siapa pun yang berani menantang Keluarga Alaric akan berakhir sama seperti mereka yang tergeletak mati di bawah kakinya sekarang-dihancurkan tanpa ampun, dan dilupakan.
Dengan kemenangan ini, Vincent menegaskan posisinya sebagai penguasa sejati di wilayah utara. Dan pesan yang ia kirimkan kepada Raja akan menggema di seluruh kerajaan.
Tahta dari rahasia dan besi telah mulai bergerak, dan tidak ada yang bisa menghentikan monster yang terbangun dari kedalaman kegelapan.
Cape ngetik
1148 kata
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne Of Secrets And Iron 〘TAMAT〙
FantasíaKetika seorang pria tak berperasaan dari dunia modern terbangun dalam tubuh Duke Vincent, seorang bangsawan muda yang terkenal karena kebrutalannya, ia mendapati dirinya berada di pusat permainan politik yang mematikan. Di kerajaan yang penuh dengan...